Pada suatu malam saya bangun dari tidur dengan posisi tertelungkup. Pinggang sebelah kanan saya terasa sakit. Saya berpikir “wah keseleo lagi nih”. Tetapi saya membiarkan saja rasa sakit tersebut. Biasanya akan hilang sendiri dengan berjalannya waktu, pikir saya awalnya. Makin lama sakit itu semakin terasa menjalar dalam tubih ini. Kemudian, pernah suatu siang karena sangat mengantuk saya tertidur dikursi dan kemudian kaki sebelah kanan (lutut keatas) terasa semakin tebal dan kebas. Kembali, saya berpikir kalau ini bakalan hilang dengan sendirinya.
Suatu hari diakhir bulan
November. Itu adalah hari kunjungan rutin saya kerumah orang tua di Cilegon dan
pada saat kunjungan tersebut. Saya
meminta untuk diurut soalnya sakit pinggang ini sudah mulai menggangu aktifitas
saya. Saya diurut dengan tukang urut langganan disana. Sewaktu diurut oleh
tukang urut sakitnya amit-amit, sampai-sampai
berteriak saya dan rasa sakit itu sedikit berkurang setelah selesai diurut dan
perjalanan balik kerumah dari Cilegon.
Akan tetapi keesokan harinya.
Alih-alih makin baik, rasa sakit ini terus bertambah parah. Sakit yang seperti
keseleo sudah menjadi perih sekali seperti disobek uratnya. Rasa sakitnya sudah
mulai menjalar ke kaki. Kedua kaki saya mulai melemah dan rasa sakitnya
menjadi-jadi kalau sudah sore hari pada saat saya pulang kantor. Kalau kaki ini
keduanya diangkat sekaligus saat motor akan berjalan, maka akan terasa kejutan yang
menyakitkan di pinggang saya dan itu
sangat sakit sekali. Kadang saya harus menyiapkan diri akan menerima rasa
sakit. Pernah suatu waktu, motor saya dan saya tentunya melewati jalan yang beda ketinggiannya 10
centimeter, walaupun pelan dan efeknya sangat terasa dipinggang. Padahal saya
sudah berhenti dahulu unutk menghilangkan rasa sakit yang saya alami. Sakit dan
perih itu yang saya rasakan. Akibatnya kaki saya makin lemah dan pada saat
menopang beban kendaraan dengan kaki.
Akibat kaki ini lemah, saya langsung rebah ke jalan. Jatuhnya saya itu
berlangsung dengan indahnya hehehehe.
Saya terdiam dan tidak bisa bergerak. Beruntunglah ada seorang pengendara motor yang baik hati menolong saya mendirikan sepeda
motor saya. Masalah saya bukan hanya sampai disana. Didepan sudah menanti rel
kereta dengan beda ketinggian 5-10 cm dengan jalan (soalnya lewat jalan tidak
resmi alaias jalan pintas). Daripada saya kembali jatuh saya meminta kepada pengendara
yang tadi untuk membantu menyeberangkan motor saya ke seberang jalan kereta.
Terima kasih banyak kepada mas yang
telah berbaik hati menolong saya. Semoga Allah membalas dengan pahala yang
setimpal.
Back to the topic, sakit
dipinggang, hal itulah yang saya rasakan setiap hari. Saya juga berobat ke
dokter umum, sebelum dirujuk ke spesialis. Akan tetapi saya hanya diberikan
obat pengurang rasa sakit, setelah efek obat itu hilang maka rasa sakit yang
amat perih itu kembali menghampiri. Pagi
hari adalah waktu yang paling saya tunggu, karena saat itulah rasa sakit itu
hilang dan dengan bertambahnya aktifitas saya di hari itu maka rasa sakit itu
kembali datang.
Saya ingat sekali. Pada saat ada
aksi 212 dari umat Islam, yang mana saya ingin sekali hadir, akan tetapi pinggang ini makin sakit. Setiap
bergerak, tiap kali itu juga rasa sakit itu datang. Saya sholat pun kadang
duduk karena menahan rasa sakit. Kadang masih dipaksakan sholat secara normal,
akan tapi setiap bergerak selalu menderita sekali. Tiap batuk atau bersin itu
adalah penderitaan yang lain, rasanya disobek-sobek (istilah Mr. Tukul Arwana)
semua bagian dalam badan ini. Jadi saya harus menghindari penyebab batuk dan
bersin, apapun itu penyebabnya. Untuk beraktifitas saya lebih banyak duduk.
Pernah suatu kali, tim saya akan mengadakan rapat dilantai dua gedung kantor
kami dan saya keberatan akan hal ini. Saya tidak mampu menahan rasa sakit kalau
harus naik tangga.
Teman kantor mengatakan kalau
kemungkinan saya kena syaraf terjepit, tapi saya masih berpikir “tidak mungkin saya terkena penyakit itu”.
Saya tetap tidak bisa menerima kalau, saya terkena penyakit tersebut.
Akhirnya saya dirujuk ke dokter
syaraf oleh dokter kantor. Pada hari Rabu tanggal 6 Desember dengan berbekal surat rujukan dari
dokter kantor saya menuju sebuah rumah sakit yang letaknya tepat dibelakang
kantor . Saya berangkat dengan diantar oleh teman kantor yang kebetulan akan
berangkat keluar. Untuk masuk kedalam mobil membutuhkan tenaga ekstra. Tiap
kali ada pergerakan langsung saja
pinggang saya bereaksi.
Setelah masuk kedalam mobil mulai
tenang dan penyiksaan kembali terjadi saat turun dari mobil beberapa kali
pinggang ini dikejutkan oleh rasa sakit. Terus menjalar sampai ke kaki. Sesampai
di rumah sakit untuk turun penderitaan saya masih berlanjut. Ditambah lagi saya harus mendaftar berobat sendiri.
Saya menghampiri ibu sekuriti yang sedang bertugas.
Saya “Harus pakai nomor antrian ya?”
Security “Iya pak” jawabnya.
Saya “Tolong diambilin dong bu, dah ga kuat lagi saya”. Kemudian Ibu sekuriti bertanya “Pribadi atau asuransi pak?”.
“Asuransi” Jawab saya cepat. Seraya memberikan nomor antrian
sekuritinya bertanya “Perlu pakai kursi
roda pak?”. Saya menjawab “Tidak usah
bu terima kasih”. Memang saya sudah tidak mampu jalan lagi apa gengsi huh hahaha. Padahal sakitnya udah
kemana-mana huhuhuhu.
Setelah menerima nomor antrian
saya langsung berdiri di loket pendaftaran, saya seperti orang yang mau masuk
IGD. Langsung saja saya dilayani oleh petugas pendaftaran. Nomor pendaftaran saya berikan kepada suster
yang bergerombol dimeja dan pada saat pemeriksaan tekanan darah saya
dilayani ditempat saya duduk karena tiap kali saya berusaha untuk berdiri, saya
akan merasakan sakit dipinggang dan langsung terhenyak duduk karena sakit.
Tidak berapa lama, saya dipanggil
oleh asisten dokter dan sayapun masuk kedalam ruangan praktek. Saat akan
berdiri saya kembali terhenyak duduk.
Saya langsung diperiksa oleh
dokter dan disarankan untuk dirawat. Jreng
jreeeeng (dramatisir ON)…… maksud hati hanya minta obat terus pulang
sekarang pada kenyataannya harus dirawat. Sesuatu diluar prediksi. Kemudian
dengan berat hati menyetujui usul dokter
tersebut dan langsung saya diberi pengantar rawat inap. Saya sendiri pula yang
mengurus segala urusan administrasi
untuk rawat inap. Berhubung kantor saya berganti provider asuransi, maka proses
administrasi menjadi lebih lama dan obatpun terbatas.
Saya meminta ijin untuk
menghubungi kantor saya, soalnya saya tidak membawa handphone dan semua barang
masih dikantor. Saya juga harus menginformasikan hal ini kepada istri. Orang
kantor berhasil dihubungi dan akhirnya saya bisa masuk kamar perawatan saya
diberikan obat yang katanya membuat mengantuk dan benar saja, tidak lama
kemudian saya mengantuk berat dan tertidur.
Sebelum meminum obat, saya
melakukan sesi foto rontgen (hehehe) dan malamnya akan di foto MRI. Wah ini
pengalaman pertama saya di MRI. Malam sekitar jam 9an saya dibawa dengan kursi
roda ke ruangan MRI. Awal saya masuk ker rumah sakit perpindahan saya dari satu
ruangan ke ruangan yang lain menggunakan kursi roda. Saya kasihan saja melihat
susah yang mendorong saya, soalnya pasti
keberatan dengan beban tubuh ini hehehehe. Operator MRI mengatakan kalau prosesnya 20-30
menit tergantung si pasien, kalau banyak gerak bakalan lebih lama lagi. Seluruh
tubuh saya masuk kedalam mesin MRI, saya dipasangkan headphone yang saya rasa kurang
berguna. Suara alat MRI lebih keras dari lagu yang saya dengar. Dengan tabah
saya menunggu sampai pemeriksaan selesai. Keesokan harinya saya disuruh puasa
untuk pemeriksaan darah.
Dari pemeriksaan MRI diketahui
kalau posisi syaraf saya yang kena ada di 3 tempat (berdasarkan hasil
kesimpulan MRI sih). L5-L6 dll (sudah dicerna orang awam bahasa kedokterannya). Tapi dikatakan belum terlalu parah maka akan
difisioterapi saja dahulu. Sedangkan untuk hasil pemeriksaan darah saya, dokter
mengatakan normal.
Perawatan saya jalani dengan
aktifitas tidur seharian dan menikmati cairan infus. Pagi hari pemeriksaan
rutin tekanan darah dan suhu badan, dilanjut sarapan pagi, minum obat,
tidur, snack pagi , kemudian fisioterapi
pagi, kunjungan dokter makan siang, minum obat , pemeriksaan tekanan daran dan
suhu siang, tidur, snack sore,
fisioterapi sore, makan malam, minum obat dan tidur. Eh malam masih ada
tambahan susu ding hehehe.
Itulah kegiatan saya selama 8 hari di rumah sakit.
Untuk fisioterapi ada beberapa
alat yang saya gunakan disana. Untuk pertama kali, karena saya masih menderita
sekali maka di punggung saya di diginkan dahulu. Kemudian di lanjutkan dengan
alat yang akan mengalirkan arus listrik tegangan rendah ke bagian punggung saya.
Kemudian dilanjutkan dengan pemakaian alat ultrasonik yang tujuannya merusak
jaringan dan memaksa jaringan itu memperbaiki jaringan itu sendiri (kalau tidak
salah sih). Kemudian ada lagi alat untuk menyinari punggung, pemakaian
berdasarkan keinginan kita. Kalau semakin tinggi penyetelannya maka akan makin
terasa panas serta yang terakhir adalah alat traksi yaitu alat untuk
menarik. Jadi badan kita diikat kemudian ditari dari bawah sebesar setengah
berat badan.
Setelah sakit di badan saya
berkurang maka pamakaian alat yang dingin tadi tidak dipakai lagi. Sekali
fisioterapi itu memakan waktu 1-1,5 jam.
Sewaktu saya beristirahat
datanglah dokter bersama suster untuk kunjungan dan kemudian memberikan
informasi kalau saya harus memakai korset dan diberikanlah sebuah merek dan
tipe yang akan digunakan. Begitu dokternya pergi, saya lansung gugling merek tersebut dan ternyata harga
yang saya dapat paling urah adalah 2 jutaan. Wowwwww amazing…. Keesokan harinya sewaktu melakukan fisioterapi
saya bertanya kepada petugasnya fisiotrapi, apakah merek yang dipakai harus
sesuai dengan merek yang dianjurkan oleh dokter. Ternyata petugasnya menjawab
tidak harus karena yang diperlukan fungsinya yang menahan bobot tubuh dan bukan
mereknya. Dia menyebutkan sebuah merek yang harganya masih bersahabat.
Adalagi datang dokter yang
melakukan kunjungan dan yang pasti bukan
dokter syaraf saya, beliau menyarankan untuk melakukan suntik blok syaraf
sehingga rasa sakitnya akan berkurang.
Saya bilang ke dokter ini kalau saya akan berdiskusi dulu dengan istri.
Setelah bunda datang saya langsung meminta dia untuk mencari informasi tentang hal ini. Didapatkan informasi bahwa suntikan ini hanya
menghilangkan rasa sakit sementara. Rasa sakit akan bisa datang lagi. Suntikan
yang diberikan adalah berupa steroid. Akhirnya saya menolak untuk dilakukan
penyuntikan ini, akan tetapi menjelang pulang si dokter malah terus mengejar
saya. Menganjurkan untuk disuntik. Saya
malah membulatkan tekat untuk tidak disuntik
Anak-anak sudah sering bertanya
kapan ayah pulang kerumah dan akhirnya bunda membawa mereka menemui saya di
rumah sakit pada hari Sabtu. Kakak dan
Nabil datang setelah mereka menghadiri undangan pesta dari temen kakak.
Sesampai dikamar, Nabil seperti biasa menjelajah kamar perawatan saya yang
berbagi dengan pasien lain. Bunda menawarkan untuk menginap di sana kepada
anak-anak. Akan tetapi Nabil mau pulang dengan beribu alasan. Akhirnya sekitar
jam 9 malam Bunda dan anak-anak pulang.
Pada hari minggu, infus yang
terpasang sudah dilepas. Jadi aktifitas saya sudah bisa bebas. Sekarang tidak
ada lagi selang yang mengganggu. Saya dirumah sakit hanya menunggu untuk
fisioterapi sebanyak dua kali sehari dan minum obat. Saking bosannya dengan makanan rumah sakit, saya sampai turun dan
mencari makanan didepan rumah sakit. Kemudian makan dikamar hahahaha.
Sakit masih kadang terasa, jadi
saya berpikir apakah obat yang diberikan juga sama dengan obat yang diberikan
dokter kantor. Kalau efek obat habis
maka akan terasa sakit kembali. Tapi biarlah saya mau pulang dulu baru nanti
dipikirkan langkah berikutnya.
Satu minggu lebih satu hari saya
di rumah sakit. Saya kembali kerumah memang rasa sakit berkurang tapi kalau
kalau banyak bergerak makin terasa sakit.
Sepulang dari rumah sakit,
tetangga datang menjenguk. Terima kasih atas perhatian bapak dan ibu semua
kepada saya. Ada yang membawa sop iga (ampun enaknya nih sop sumpah) dan juga
ada yang membawa kue. Dalam proses penyembuhan saya membeli korset untuk
menyangga badan dan juga melakukan pengurutan tradisional dengan tukang urut dengan rumah
yang direkomendasikan tetangga. katanya biasa untuk orang sakit seperti saya.
Setelah beberapa kali melakukan
pengurutan saya merasa belum ada perubahan yang siginifikan kepada tubuh ini,
kemudian saya pindah ke tukang urut yang lain. Sekarang saya sudah tidak
menggunakan korset lagi tapi kaki ini masih terasa belum seratus persen kuat.
Saya percaya semua penyakit dan
kesembuhan itu datangnya dari Allah. Hanya sesuai dengan ijin Allah lah saya
sembuh, dan kesembuhan itu bisa melalui siapa saja. Jadi saya tidak
merekomendasikan siapapun disini yang penting yakinlah semua penyakit ada
obatnya dan semua itu hanya bisa terjadi atas kehendak Allah.
Yang pasti sehat itu mahal. Saya
baru menyadari sakit yang dialami oleh para penderita syaraf terjepit lainnya.
Semoga Allah bisa menyembuhkan para pembaca yang terkena penyakit yang sama dengan saya
dan juga penyakit lainnya. Yakinlah Allah itu dekat dan Maha Mendengar.