Road Trip ke Surabaya - Madura - Bali

1:17:00 PM


Alhamdulillah…. Akhirnya si kakak telah diterima di pesantren yang diinginkannya, tepat sebelum kami berangkat liburan keluar kota. Jadi liburan kali ini bener-bener plong banget. Pada awalnya tujuan liburan adalah menuju ke kota Malang dan Batu, menikmati objek wisata yang ada di sana. Oleh karena si kakak masih ada try out disekolah yang akan harus diikuti maka liburan kami undurkan sampai semua urusan Azra di sekolah selesai.Akan tetapi perubahan ini yang kalulan sangat berdekatan berdekatan dengan liburan akhir tahun (walaupun hanya berbeda beberapa hari) sehingga hotel-hotel di kota Batu Malang mengalami kenaikan harga. Hotel dimana kami menginap mempunyai rate awal berkisar Rp. 400rb dan menjelang libur akhir tahun naik drastis menjadi Rp. 700rb. Aje gile….. secara libur kita ga liburan eksekutip. Kalau 700rb mah udah bisa dua malam harusnya hehehe.

Keberangkatan kami juga sehari sesudah si kakak mengikuti ujian masuk pesantren yang dilakukan di Bogor pada hari sebelumnya. Dari sekitar 13 pesantren yang kami survey. Akhirnya Azra memutuskan untuk ikut ujian di Pesantren Al- Ma’tuq Sukabumi dan Pesantren Ibnu Taimiyah Bogor. Nah mengenai cerita survey sekolah Azra akan kami ceritakan pada cerita terpisah yah…. Tungguin aja…. Soalnya penulisnya moody soalnya.

Back to laptop halah….Sebenarnya, kami masih ingin  tetap pada rencana awal untuk road trip ke Malang. Akan tetapi  dengan mengalihkan tempat menginap di kota Malang (demi berhemat hihihihi), bukan di kota Batu lagi. Seperti biasa petugas survey kamar tempat kami menginap nantinya adalah bunda. Jadi dialah yang bertugas membandingkan harga kamar dari hotel yang satu dengan yang lainnya. Tentu saja mengunakan aplikasi online yang biasa kami pakai. Saya melemparkan ide ke bunda, kenapa tidak kita lanjutkan saja menuju ke Bali saja. Jujur kami semua memang belum pernah ke Bali. Ternyata ide ini disambut dengan baik oleh bunda dan bunda pun mulai mencari destinasi hotel yang akan kami tinggali selama di Pulau Bali.

Tidak perlu waktu lama bagi bunda untuk menemukan hotel tempat menginap  selama kami liburan di Bali, ditambah lagi sudah mendapatkan diskon dari aplikasi untuk reservasi hotel.

Rencana awal kami akan berangkat hanya kami sekeluarga, tanpa ada teman selama perjalanan road trip ini. Pada detik-detik terakhir, keluarga  om Wike menyatakan ingin bergabung bersama kami, untuk pergi berlibur ke Pulau Bali. Jadilah kami berdua keluarga  road trip menuju Bali. Perjalanan kami ini tidak langsung  menuju  Pulai Bali,  akan tetapi kami akan singgah terlebih dahulu di kota Surabaya dan juga akan menyinggahi Pulau Madura. Di Surabaya kami akan menginap selama 1 malam untuk istirahat. Setelah itu keesokan harinya,  melanjutkan perjalanan ke pulau Bali.

Menjelang keberangkatan sebelum segala sesuatu telah dipersiapkan dengan baik. Baik itu E-toll, makan buat anak-anak dan orang tua, menu selama diperjalanan dan tentu saja pakaian. Kami rencananya akan berangkat pada tanggal 30 Desember malam, setelah pulang dari kantor. Meeting point kami dengan  keluarga om Wike adalah di rest area di tol Cikampek di km 57.

Hari ke-1 (Satu)

Siang hari pada jam istirahat kantor pada hari keberangkatan,  saya menyempatkan diri pergi ke ke tip top supermarket untuk membeli makanan kecil yang akan dinikmati selama perjalanan (buat krucil). Sedangkan di rumah  juga dipersiapkan nasi dan menu yang akan kami bawa selama perjalanan, untuk menghemat pengeluaran. Itu tujuan utamanya hehehehe.

Kali ini eh seperti biasa nenek juga ikutan seperti kami road trip  ke Dieng lalu. Nenek walaupun sudah ga kuat berjalan jauh tapi beliau tetap bersikeras untuk ikut. Ya sudah sekalian saja kami bawa beliau.

Saya dan bunda sampai di rumah pada jam 6 sore dan saya langsung bersiap-siap untuk memasukkan barang ke dalam mobil. Sedangkan bunda  mempersiapkan menu makanan yang akan dibawa. Barang-barang yang akan dibawa telah dipersiapkan di dalam tas dan tinggal di susun saja di dalam mobil.

Selepas memasukkan barang ke dalam mobil. Sekitar jam 8 lebih 15 menit, kami meninggalkan rumah untuk menuju ke jalan Tol Cikampek untuk bertemu dengan keluarga om Wike nantinya di rest area km 57.

Perjalanan dari rumah menuju pintu tol ramai lancar, bunda saya minta untuk memantau Google map. Berhubung jalan Tol Jatibening terlihat lancar (dari gogel map). Saya memutuskan untuk masuk ke dalam tol melalui pintu tol pondok gede timur arah Jakarta dan putar balik di gerbang tol Pondok Gede Barat untuk menuju arah Timur Pulau Jawa. Kadang-kadang gogle map error kadang bener. Memang kondisi lalu lintas saat itu ramai lancar. Kali  ini saya ingin mencoba tol elevated (tol bertingkat) yang  beberapa hari yang lalu telah dibuka. Mumpung gratis (that is the point).

Tol ajrut ajrut

Begitu masuk ke dalam tol elevated, kita akan menghadapi jalanan yang bergelombang di tiap sambungan jalan. Kondisi jalan sangat tidak nyaman untuk dilalui pertemuan antara sambungan tol sangat terasa beda ketinggiannya. Kalau kaki-kaki mobil lemah bisa rusak deh. Kadang-kadang serasa kita menghantam lobang saat melewati sambungan antara jalan tol tersebut. Jalan ini tidak direkomendasikan untuk dilewati (saat itu ya) dengan kecepatan tinggi, karena akan menyebabkan kerusakan pada kendaraan. Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.
Menunggu om Wike dan keluarga

Setelah 30 menit berselang kami pun turun dari jalan tol layang tersebut. Bergabung dengan para pengguna jalan tol lain yang dari bawah. Kondisi jalanan yang ramai lancar membuat perjalanan kami cukup nyaman dan kami menunggu om Wike di rest area km 57. Sekitar 30 menit kemudian om Wike sampai di rest Area kami menunggu dan kami langsung melanjutkan perjalanan bersama untuk menyusuri jalan tol Cipali.

Seperti perjalanan yang sudah-sudah, kami sudah menyiapkan peralatan perang untuk saya, karena di tol Cipali ini sangat rentan sekali menyebabkan menyebabkan kantuk. Jalan yang lurus bisa membuat kita terlena dan terkantuk. Obatnya sih makan permen karet. Kalau permen karet masih ga mempan ya terpaksa tidur di rest area. Perjalanan menuju kota Surabaya dengan kondisi jalanan yang cukup ramai lancar kendaraan bisa dipacu hingga 100 km per jam tapi tetap waspada.

Masuk tol dulu... dan terus tol
Kali ini om Wike membawa orang tua dan juga adik ante Desi sepertinya saya juga membawa orangtua kami untuk berlibur.

Hari ke-2 (dua)

Pada jam 1 malam kami berhenti di rest area 228 di sekitar daerah Cirebon untuk beristirahat dan juga tidur sejenak. Sedangkan para ibu-ibu berbincang di luar mobil. Kondisi toilet yang ada di rest area ini sangat membuat saya takjub karena jumlah urinoir-nya yang banyak, serta kondisi toiletnya juga terjaga kebersihannya. Baru kali ini saya bisa melihat kondisi toilet yang bersih. Apa karena masih baru ya…. Mudah-mudahan akan tetap terjaga kebersihannya.

Tidak terasa saya tertidur sekitar 1 jam di dalam mobil dan dibangunkan oleh om Wike  pada jam 2.30 pagi kami pun bergerak untuk melanjutkan perjalanan untuk bergerak menuju kota Surabaya. Masih jauh lah….. Kondisi jalanan kadang ramai, kadang lengang. Jalan bisa sedikit memacu kendaraan akan tetapi, tetap waspada. Jalanan yang didominasi jalanan beton yang lurus, membuat kita harus waspada akan serangan kantuk.

Kami kembali berhenti di rest area 376 untuk mengisi bensin kendaraan dan sekalian untuk melaksanakan ibadah sholat Shubuh. Saya kembali mengisi bensin terlebih dahulu dan kemudian mematikan kendaraan di dekat masjid yang ada di rest area untuk melaksanakan ibadah Sholat. Pada saat yang bersamaan datang juga beberapa bus dengan yang diisi oleh santri-santri entah dari pesantren mana yang juga melaksanakan ibadah subuh juga di rest area ini. Akhirnya untuk mengambil wudhu saya harus membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk antri, karena kran wudhu nya cuman tersedia 3 buah (ternyata disisi lain masih ada kran yang tersedia). Ternyata dibagian belakang rest area ada juga musholla portable yang bisa digunakan untuk sholat dan lebih sepi. Ternyata om Wike melaksanakan ibadah subuh di mushola yang ada di belakang rest area.

Pagi yang cerah di jalan tol
Masih tol

Kameramen ngantuk

Selepas subuh, kami pun melanjutkan perjalanan dan pada saat ini kondisi jalanan sudah mulai terlihat lengang dan kendaraan pun bisa agak dipacu menjelang memasuki kota Semarang. Jalannya berkontur membuat rasa kantuk hilang. Dibeberapa tempat terdapat spanduk yang menginformasikan kalau kecepatan kita terpantau CCTV, tapi saya perhatikan CCTV yang digunakan sepertinya tidak seperti Speed camera.
Tambahkan teks

Sarapan dulu ah

Pada jam 6 pagi kami masuk kembali ke rest area di KM 519, di daerah Sragen untuk menikmati sarapan pagi yang mana menunya telah kami bawa dari rumah masing-masing. Kami tidak masuk ke restoran, jadi kami hanya menggelar tikar dan kemudian duduk bareng ditutupi dengan kendaraan sehingga bisa menikmati menu yang dibawa dengan tenang. Sinar matahari saat itu belum terlalu menyengat jadi kami bisa makan dengan tenang di luar mobil dengan beralaskan tikar.

Selepas makan dan kekamar kecil kami melanjutkan perjalanan untuk menuju kota Surabaya. Menjelang jam 10 pagi mata ini rasanya mengantuk berat. Demi keselamatan bersama. Saya kembali minta ijin untuk merapat  masuk ke rest area. Daripada terjadi kecelakaan, akhirnya  saya masuk ke dalam rest area untuk tidur sejenak untuk menghilangkan kantuk.

Setelah kembali segar walaupun belum maksimal, kami melanjutkan perjalanan. Kecepatan kendaraan diatur sekitar 100 sampai 120 km, kami tidak mau melewati kecepatan yang telah ditentukan (padahal kecepatan maksimalnya 100 km/jam). Soalnya takut kena tilang. Saya memperhatikan kamera yang ada di sepanjang jalan tol itu sepertinya hanya kamera pemantau saja dan bukan kamera pemantau kecepatan.

Entah ini monumen apa?
Secara umum jalanan tol dari Jakarta sampai Surabaya masih dalam kondisi baik dan hanya jalanan di daerah Semarang jalanan tol yang berkontur, sedangkan jalanan didaerah lain sebagian besar dataran rata. Kendaraan bisa dipacu akan tetapi kewaspadaan harus tetap dijaga. Karena rasa kantuk akan cepat timbul kalau jalanannya monoton.

Satu yang unik yang saya perhatikan dari pengendara di daerah Jawa Timur ini di sepanjang tol dari Solo menuju Surabaya yaitu pengendara yang akan melewati kendaraan lain akan bergerak menuju jalur kanan dan setelah melewati jalur kanan dan kembali akan merapat ke lajur kiri sehingga otomatis jalur kanan kosong dan bisa digunakan untuk melewati kendaraan yang lain. Tertib sekali pengendara mobil disini. Beda banget dengan di Tol Arah barat. Udah di kasih lampu dim masih aja stay di kanan.
Tol yang sekarang gratis

Menyeberang dulu ke Madura

Akhirnya, pada jam 11 siang kami mendarat di kota Surabaya. Tapi perjalanan kami tidak sampai disini saja. Dari awal memang kami ingin menikmati Bebek Sinjay di Pulau Madura. Bebek yang terkenal dikendaraan langsung diarahkan  untuk menuju ke pulau Madura. Tujuannya  tidak lain yaitu untuk mencoba menyeberang ke pulau Madura dengan melewati jembatan Suramadu. Mumpung jembatan ini telah gratis dan sekalian juga untuk mencicipi bebek Sinjay yang katanya enak.

Jalan menuju ke pulau Madura tidak langsung melewati tol. Akan tetapi bervariasi Antara tol dan jalan biasa. Setelah melewati jalan tol kita juga harus melewati jalan biasa terlebih dahulu sebelum menyeberang menggunakan jembatan Suramadu.

Disebuah perempatan setelah melewati jalan tol,  saya sempat berhenti di lampu merah dan ternyata ban depan saya melewati garis. Ternyata di depan ada pak polisi yang berdiri untuk memberikan bantuan kepada pengendara kendaraan bermotor yang sedang mengalami kecelakaan. Saya sedikit takut kalau seandainya pak polisi tersebut melihat ke arah kendaraan kami  dan menilang soalnya posisi ban mobil saya sudah melewati garis. Saya sering terdengar kalau Polisi disana suka menilang.

Alhamdulillah tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan saya kami melanjutkan perjalanan untuk menyeberang ke pulau Madura.

Kami telah mendekati jembatan yang dibuat oleh anak bangsa. Dahulu untuk menyeberangi jembatan ini kita harus membayar. Di jembatan Suramadu di pengendara motor dan mobil ternyata Jalurnya dipisah dengan motor diberikan jalur di sebelah kiri dan kanan jembatan dan bagian tengah hanya untuk kendaraan roda empat atau lebih. Sebelum jembatan ini ada, untuk menyeberang ke Pulau Madura kita harus menggunakan Feri. Entah bagaimana nasib kapal feri tersebut sekarang…. Mungkin dipindahkan jalur ke daerah lain.

Gerbang Kota Madura
Hujan deras menyambut kami ketika sampai di tanah Madura, akan tetapi hujan tidak lama. Selepas melewati jembatan  kondisi jalanan mulus dan  sepi sehingga kami bisa memacu kendaraan untuk menuju ke ke rumah makan bebek Sinjai tujuan kami. Kondisi jalan lancar  ini tidak berlangsung lama karena menjelang mendekati rumah makan tersebut kemacetan terjadi akibat pengaturan lalu lintas oleh para juru parkir yang ada di rumah makan. Kami sampai ditujuan dan segera booking tempat karena waktu sudah mendekati jam makan siang.  Pengunjung rumah makan tersebut telah ramai memenuhi bangku yang tersedia.

Setelah memarkirkan kendaraan, kami langsung mencari kursi yang kosong  di dalam rumah makan dan sekaligus untuk mengantri makanan. Di rumah makan bebek Sinjay di semua dilakukan oleh para pembeli sendiri, mulai dari proses  order makanan, pembayaran dan mengambil makanan dan minuman. Alhamdulilah, membersihkan meja dan cuci piring masih dikerjakan oleh pihak karyawan rumah makan. Untuk  proses pemesanan dan pembayaran yang panjang antriannya jadi dibutuhkan kesabaran, sedangkan  untuk pengambilan makanan dan minuman tidak begitu panjang antrian karena harus mengikuti nomor antrian yang diberikan pada saat pemesanan makanan. Lumayan juga untuk menghemat gaji karyawan rumah makan ini (tentu saja profit akan meningkat). Hal yang kurang dari para pekerja di rumah makan ini minim senyum dan terkesan jutek. Ini sering saya baca di komentar pengunjung rumah makan tersebut (kalau tidak percaya, silahkan buktikan sendiri).

Tuh antriannya.....
Tampak sampingnya

Selain itu rumah makan yang panas sehingga membuat mengurangi  kenikmatan saat menikmati menu yang telah kami pesan. Memang telah disediakan beberapa unit kipas angin untuk memberikan kenyamanan bagi para pelanggan. Akan tetapi jumlahnya tidak sesuai dengan panas yang kami terima.
Before 
After

Menu Bebek Sinjay

Disekitar pinggir rumah makan juga tersedia penjaja makanan kecil yang bisa dibeli kalau masih lapar.

Selesai menikmati makanan bebek Sinjay khas Madura. Kami kembali ke tanah Jawa,  untuk menuju hotel yang telah kami booking. Sedangkan om Wike menuju ke rumah saudaranya yang ada di Surabaya. Kami berpisah ditengah jalan dan akan janjian ketemuan keesokan harinya. Kami menginap disebuah apartment yang disewakan untuk umum. Kami mendapatkan lantai bagian atas.

Pada jam 2 kurang 15 menit kami sampai di hotel apartment yang kami booking. Akhirnya kami bisa beristirahat dahulu sebelum nanti mencari makan untuk malam..

Sore harinya Nabil dan kakak minta diantar untuk berenang di kolam renang yang ada di hotel ini dan bunda kebagian tugas untuk menghantarkan sekaligus mengawasi mereka berdua. Sedangkan saya dan nenek masih tinggal didalam kamar.

Setelah itu puas berenang kami bersiap untuk menuju ke suatu taman rekreasi yang berada di dekat dengan hotel tersebut. Kalau nggak salah sih namanya Kenjeran Park tidak berapa jauh dari lokasi penginapan  kami yang mana. Sedangkan  jarak dari tempat kami menginap ke Kenjeran Park  itu sekitar kurang lebih 2 km. Kondisi jalanan pada saat itu tidak terlalu ramai, ternyata memang pada malam pergantian tahun ini pemerintah Surabaya tidak melakukan acara spesial untuk menyambut datangnya pergantian tahun. Sebenarnya tidak ada agenda khusus di Surabaya selain untuk isttirahat dan menikmati bebek Sinjay.

Sesampainya kami di pintu masuk Kenjeran Park, kekecewaan yang kami dapat. Pada saat itu area wisata telah tutup dan banyak mobil yang akan masuk ke dalam lokasi wisata tersebut berputar arah. Akhirnya,  kami hanya berputar-putar di sekitar lokasi hotel.  Kami melewati jembatan Surabaya dan tembus kembali ke jalan besar saya tidak tahu itu nama jalannya. Di pinggir jalan kami melihat gerobak penjual bakso dan kami memutuskan untuk menikmati makan malam di bakso tersebut (jauh-jauh Cuma makan bakso hihihi).

View Kota Surabaya dari penginapan
Selepas menikmati bakso yang rasanya biasa saja. Kami kembali ke penginapan untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan keesokan paginya.

Hari ke-3 (tiga)

Pada jam 8 pagi, kami meninggalkan penginapan untuk menuju ke pulau Bali. Akan tetapi sebelumnya kami harus menemani om Wike  terlebih dahulu untuk menambal salah satu bannya yang terkena ranjau paku. Saya sendiri juga harus melakukan pengisian bahan bakar sebelum melakukan perjalanan jauh.

Akhirnya baru jam 9 pagi kami memulai perjalanan kami memasuki area Tol Surabaya menuju ke Probolinggo (ujungakhir tol Jawa sementara). Tidak lupa kami singgah di sebuah rest area,  kalau tidak salah di rest area 752 untuk ke kamar kecil. Direst area ini kakak minta dibelikan makanan khas Surabaya. Makanan berupa cake itu pun dibelikan bunda dan setelah itu perjalanan dilanjutkan.

Dekat Hotel....
Perjalanan menuju ke Probolinggo ramai lancar dan ternyata  sebagian besar dari pada pengguna tol adalah para pengguna tol yang akan menuju ke kota Malang. Yaitu tujuan wisata awal kami yang gagal. Pada saat ada percabangan tol ke Probolinggo dan ternyata hanya kami berdua yang berbelok ke arah Probolinggo, sedangkan sisa kendaraan menuju ke arah Malang hiks…. Hiks…….

Pada mau ke Malang semua (kecuali kami huhuhu)
Perjalanan menuju Probolinggo kami lewat  sampai dengan pembangkit listrik Paiton bisa dikatakan lancar jaya, walau kadang tersendat sedikit. Ujian yang sebenarnya baru  kami temui, setelah kami melewati pembangkit listrik Paiton sampai menuju ke pelabuhan Ketapang. Di sepanjang jalan banyak sekali pantai-pantai kecil yang dikunjungi oleh para penduduk setempat dan juga para wisatawan yang datang dari luar kota. Sehingga pintu keluar masuk pantai ini yang sangat menghambat kami untuk melaju di jalanan. Ditambah lagi ketidakteraturan para pengguna jalan yang yang jalan di bahu jalan.  Baru saya ingat kalau hari tersebut adalah hari libur nasional alias tahun baru.

Macet Rek.


Ujung tol Jawa.


Setelah melewati beberapa pantai yang mengalami kemacetan, kamipun menyerah untuk beristirahat terlebih dahulu di sebuah masjid. Selain  untuk melaksanakan ibadah sholat dan juga menikmati santap siang. Menu om Wike masih banyak tersedia sedangkan kami hamper habis hahaha…. Akhirnya menu keluarga om Wike berhasil mendarat di nasi saya. Kami tidak banyak membawa menu dari rumah.

Desa kok Bini Orang
Kesampaian Juga bunda melihat Paiton

Kerjaan Bunda in mah

Saya berpikir kalau pantai yang macet sudah tidak ada lagi (liat google sih). Jadi kalau sesudah menikmati makan siang ini tidak akan ada lagi pantai-pantai yang ramai seperti sebelum-sebelumnya. Akan tetapi asumsi saya salah dan ternyata masih ada lagi pantai yang ramai dikunjungi oleh para penduduk lokal.

Setelah macet 
Kue incaran kakak

Tambahkan teks
Setelah melalui perjuangan yang sangat melelahkan akhirnya kami bisa melewati partai-partai yang ramai dan menimbulkan kemacetan parah.  Padahal kita sudah berusaha untuk tertib untuk jalan pada lajur yang telah ditentukan eh ternyata dari belakang banyak kendaraan yang menyerobot masuk dari kiri. Lama-lama hati ini bergejolak juga untuk mengikuti perangai mereka.
Beli tiket dulu ya....

Masuk kapal yuks......


Akhirnya kami sampai mendekati pelabuhan Ketapang pada saat Maghrib tiba. Sebelumnya kami telah melewati Taman Nasional Baluran. Jalanan disepanjang taman nasional ini sepertinya baru diperbaiki. Kondisinya sangat mulus dan berliku. Saya sangat menikmati kondisi jalan seperti ini.

Sebelum memasuki pelabuhan Ketapang kami beristirahat terlebih dahulu di sebuah masjid dan juga untuk melaksanakan ibadah sholat Magrib. Hal ini merupakan hal yang tidak pernah terpikirkan oleh kami sebelumnya. Surabaya – Ketapang yang rencanya 6 jam menjadi 9 jam.

Perjalanan menuju ke pelabuhan tidak mengalami hambatan dan dan bahkan lancar setelah kami membeli tiket seharga Rp. 160rb. Kami langsung diarahkan menuju ke dermaga untuk langsung masuk ke dalam kapal di dalam kapal hanya terisi setengah dari kapasitas kapal untuk mobil, sedangkan untuk penumpang tidak banyak penumpang yang duduk di atas.

Tidak beberapa lama berselang kapal meninggalkan pelabuhan Ketapang, untuk berlayar menuju ke Gilimanuk. Perjalanan menuju ke Gilimanuk seharusnya bisa ditempuh selama setengah jam. Akan tetapi untuk menunggu antrian merapat dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam. Setelah merapat kami langsung bergerak menuju ke kota Denpasar, dimana tempat kami menginap sebelum meninggalkan pelabuhan Gilimanuk. Tentu saja harus melewati pemeriksaan dari pihak kepolisian berupa pengecekan SIM dan STNK sebelum meninggalkan pelabuhan. Juga ditanyakan maksud kedatangan kami kesana oleh pak Polisi yang ramah.
Diatas kapal
Persiapan turun


Turun kita lagi.....
Selepas keluar dari pelabuhan, saya melihat antrian panjang yang akan memasuki pelabuhan Gilimanuk. Kemungkinan sekitar ada 3 sampai 4 km kebelakang (menjauh dari pelabuhan).  Sedangkan kendaraan yang memasuki kota pulau Bali Alhamdulillah sepi. Saya langsung memacu kendaraan untuk untuk segera sampai di hotel, dengan harapan segera beristirahat tentunya.
Jalanan menuju Denpasar


Pada awal-awal perjalan di Pulau  Bali tidak kami temukan hambatan yang berarti. Jalanan yang licin dan kosong membuat kami bisa memacu kendaraan dengan kencang, akan tetapi tengah perjalanan kami menemukan antrian kendaraan yang iringan untuk melewati sebuah truk. Beberapa kali kami harus berusaha keras untuk melewati antrian tersebut. Saya melihat pengemudi disini dengan sabar sekali menunggu dan mengikuti truk yang jalannya sangat pelan. Tapi tidak saya. Sudah sangat capek pak bos…….Jalanan di pulau ini bagus dan jarang ketemu jalan jelek. Jadi enak buat dikebut hehehe….

Mendekati jam 12 malam akhirnya kami sampai di Denpasar kami berpisah dengan om  Wike. Untuk hari pertama penginapan kami berbeda, sedangkan untuk hari kedua dan seterusnya memiliki akan pindah ke hotel kami. Sehingga nantinya akan bersama-sama melanjutkan perjalanan kami. Sebelum memasuki hotel terlebih dahulu tidak lupa untuk mengisi perut yang sudah lapar dari sore. Demi keamanan kehalalan makanan  kami membeli pecel lele di pinggir jalan sebelum merapat ke hotel. Lagian tengah malam juga makanan itu saja yang tersisa. Tenyata dihotel parkiran depan juga masih tersisa satu slot untuk kami.

Akhirnya jam 12 malam kami pun sampai dengan selamat di hotel tempat kami menginap. Perjalanan akan dilanjutkan keesokan harinya menuju ke objek-objek wisata yang ada di pulau Bali.

Hari ke-4 (Empat)

Pada pagi harinya setelah bersiap-siap setelah selesai sarapan. Dua kendaraan bergerak menuju ke arah utara pulau Bali untuk menuju ke tempat wisata pertama yaitu  Monkey secret zoo. Perjalanan menuju ke arah utara pulau Bali enak dinikmati karena kondisi jalanan yang cukup mulus, berkontur dan berkontur. Walau jalanan tebilang kecil. Kondisi lalu lintas yang pada pagi itu tidak terlalu ramai tapi, tetap waspada kepada para pemotor yang yang memakai jalan. Lagian kami mengarah keluar dari kota Denpasar jadi wajar tidak terlalu macet.

Jalan kecil tapi mulus
Walaupun jalan di Bali tidak terlalu besar jarang sekali terjadi kemacetan, kecuali di kota Denpasar nya. Untuk menuju ke lokasi monkey secret zoo kami melewati jalur-jalur yang masih rimbun pepohonannya. Jadi serasa pulang kampung, karena di kiri kanan masih banyak terlihat pepohonan yang hijau hijau dan rimbun. Banyak juga  terlihat sawah-sawah disepanjang  perjalanan.

Kurang lebih membutuhkan waktu 1 jam perjalanan sampai di lokasi wisata pertama yaitu monkey secret zoo. Untuk area parkir hanya tersedia lahan parkir yang tidak begitu besar. Kita harus berusaha sendiri untuk mencari posisi parkir yang aman. Kendaraan saya sendiri mendapatkan posisi parkir di jalan menuju ke area wisata tersebut.

Masuk kampung lagi. tapi banyak bule
Sebelum tau harga tiket masuk

Akhirnya foto didepan aja cukup. 

Si eneng sampai juga di Bali

Setelah selesai memakirkan kendaraan, kami semua keluar ke untuk menuju ke lokasi wisata tersebut. Menjelang ke tiket box, terlebih dahulu bunda bertanya kepada petugas penjual tiket harga masuk  dari tiket masuk lokasi ini. Terlihat banyak para wisatawan dari mancanegara yang berkeliaran yang menikmati keasrian dan keindahan lokasi tersebut.

Ternyata harga tiket masuk per orang itu sekitar Rp 80rb untuk dewasa dan Rp 60rb untuk anak-anak. Harga tersebut sama saja untuk wisatawan lokal dan mancanegara. Kurang rela rasanya kami untuk memberikan uang sebanyak itu hanya untuk melihat monyet yang berkeliaran hehehe…..  Bisa dibayangkan kami berlima dengan ditotal sekitar 360rb hanya melihat monyet tidak worthed.

Setelah berdiskusi sebentar dengan  om Wike dan keluarga. Akhirnya kami diputuskan untuk meninggalkan lokasi ini tanpa masuk ke dalamnya (yang penting sudah sampai). Tapi untuk foto-foto sebentar tidak dilupakan.

Liat ini aja ramenya bukan main
Kalau tambang putus wassalam deh

Enak duduk disana

Perjalanan dilanjutkan untuk menuju ke Tegalalang Rice field. Di mana lokasi ini ini yaitu area persawahan yang bentuknya bertingkat-tingkat dan dijadikan destinasi wisata oleh para penduduk lokal. Padahal dikampung juga banyak hahahaha…… Tapi mumpung disini ya dinikmati saja. Paling tidak kita bisa belajar kalau keindahan alam itu kalau dikelola dengan baik bisa dijual.

Di area ini kita harus pintar-pintar mencari lokasi parkir karena lokasi parkir yang sediakan itu berada di atas perbukitan. Saya sendiri sampai tiga kali memutar kendaraan untuk mencari lokasi parkir yang memang disediakan untuk para pengunjung, akan tetapi letaknya agak menjorok kedalam.

Untuk setiap pengunjung dibebankan biaya sekitar Rp. 10rb untuk dapat masuk ke area wisata. Area wisata sendiri itu dikelola oleh tidak hanya oleh satu pengelola saja tapi beberapa pengelola. Saya melihat tempat wisata itu diberi pagar antara satu dan lainnya dan juga perlengkapan aja antara tempat yang satu dan lainnya juga berbeda.

Untung bisa mendahului petugas disana akhirnya gratis
Naik gratis turun bayar

Kita bisa menuju ke bawah untuk melihat persawahan dan berfoto ria sembari menikati keindahan alam.Di lokasi ini juga disediakan ayunan besar yang mana ayunan yang digantung di pohon kelapa dan untuk menaiki ini tentu saja kita harus membayar. Disediakan juga anyaman dari ranting-ranting pohon yang bisa dijadikan untuk tempat berfoto yang biasanya dijadikan tempat yang Instagramable. tentu saja untuk berfoto di sana tidak gratis karena untuk berfoto saja kita di akan diminta membayar Rp. 10rb.

Nte Desi dan Nabil serta Icha turun ke bawah sampai ke sawah paling bawah. Entah mengapa mereka harus turun ke bawah. Sedangkan saya dan bunda masih tetap di atas melihat-lihat pemandangan (kalau sudah turun naiknya susah hahahaha)

Setelah puas berfoto-foto dan menikmati pemandangan. Kami kemudian naik kembali ke jalan raya untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Nabil meminta untuk dibelikan minuman dan sebagai pertimbangan bagi para pengunjung bahwa disini harga minuman yang ditawarkan lumayan menguras kantong.

Mendung euy...
Jam 1 siang kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju danau Batur untuk melihat wisata di sana. Perjalanan menuju kesana kita akan dihadiahi pemandangan indah yang sangat menyejukkan mata. Kami lihat sepanjang perjalanan pohon-pohon yang ditanam secara rapi di pinggir jalan menambah keindahan.

Disebuah pendakian, kendaraan kami diberhentikan oleh para petugas yang akan mengambil uang pembelian tiket masuk ke daerah wisata danau Batur. Kami sekeluarga dihitung 4 dewasa sebenarnya itu terdiri dari 3 dewasa dan 2 anak-anak.

Jalanannya mulus abis.....
View Danah dari atas

Kami menuju kebawah

Tanjakannya lumayan

Indahnya ciptaan Allah

Turunan 

Sesampai di bagian atas untuk melihat view atas dari danau Batur. Om Wike  mengajak untuk terus menuju ke bawah untuk melihat langsung danau Batur dari bawah. Kami melewati tanjakan yang lumayan tajam tapi kalau dari atas tentu turun tapi kami pasti akan melewati tanjakan ini sewaktu kembali. Mendekati jam 2 siang kami sampai di sebuah tempat wisata yang langsung berhadapan dengan danau Batur

Setelah memarkir kendaraan kami berjalan-jalan di sekeliling area wisata tersebut ternyata di sana disediakan area pemandian air panas yang dihargai Rp. 70rb/orang. Oleh karena memang tujuan kami bukan untuk mandi air panas di sana, kami hanya menikmati pemandangan alam dan juga berfoto-foto saja.
Danau Batur

Gaya Bebas

Bapaknya

Kakak masih mau difoto
Minus ayah plus Aesya


Minus kakak dan nenek juga

Makan siang sederhana

Berhubung sudah melewati jam makan siang kami langsung booking sebuah warung kecil yang berada di depan parkiran atau belakang kendaraan kami. Kami sebenarnya bukan hanya meminjam tempat tapi beberapa menu juga kami beli, yang kami anggap sebagai ongkos sewa lapak. Adek penjual juga ramah sekali melayani, kami walaupun kami tidak banyak membeli barang-barang yang dijual. Sekalian di sini kami melakukan ibadah sholat zuhur dan dijamak dengan Ashar.

Menjelang jam 3 sore kami meninggalkan lokasi tersebut untuk menuju ke lokasi berikutnya dan bertepatan sekali hujan deras menyiram lokasi danau Batur.

Pada saat kami meninggalkan bagian bawah danau Batur banyak  kendaraan yang akan bergerak menuju ke bagian atas. Berhubung tanjakan danau tersebut lumayan curam, sehingga kita harus menjaga jarak antara kendaraan di depan dan ke belakang supaya aman. Kalau seandainya satu saat kendaraan di depan kita mundur akibat tidak mempunyai tenaga untuk mendaki.

Hutan Bambu
Jalan kecil tapi mulus
Beli tiket masuk

Tujuan wisata berikutnya adalah kampung Penglipuran yaitu kampung adat di Bali yang mulai ramai dikunjungi. Katanya disini adalah desa yang paling bersih. Menjelang memasuki kampung ini kita akan disuguhi dengan hutan bambu yang sangat lebat yang serasa kita ini kita dihutan. Petugas meminta  uang tiket masuk dihutan bamboo ini dan batas pembelian tiket biasanya sekitar jam 5 sore. Akan tetapi di lokasi wisata tersebut biasanya bisa dikunjungi sampai malam ini menurut dari para penjaga parkir yang saya ajak berbincang.

Gaya dulu
Diliatin ama yang dibelakang

Udah mulai sepi....

Tau ini apaan?

Desa ini merupakan desa adat yang mana yang bersih. Tiap rumah dari warga disini menjual berbagai macam pernak-pernik khas Bali. Kami datang pada saat pengunjung sudah mulai meninggalkan area tersebut setelah puas mengambil foto-foto kami pun bergerak menuju hotel.

Perjalanan menuju hotel ini yang menguji kesabaran, karena kemacetan panjang  kami temui di sepanjang perjalanan karena memang hotel kami, kami berada di tengah kota Denpasar yang sangat padat lalu lintasnya.

Enak dan mahal hahahaha
Di tengah perjalanan bunda melihat toko penjual kue pai susu khas Bali. Kami berhenti sejenak untuk menanyakan apakah bisa dibeli pada saat itu. Pai susu tidak bisa bertahan lama, informasinya pai susu hanya bisa bertahan 3 sampai 4 hari saja.  Diputuskan bahwa untuk membeli oleh-oleh ini akan dibeli pada hari Sabtu pagi sebelum kami meninggalkan pulau Bali.

Menjelang sampai ke hotel kami kembali diuji dengan kondisi lalu lintas yang  padat dan lampu lalin yang hanya bertahan 10 detik hijaunya. Lebih dari 6 kali kami mesti menunggu lampu tersebut hijau dan akhirnya kami bisa melewati lampu merah tersebut dan akhirnya kami sampai di hotel sekitar pukul 8 malam.

Beruntung di depan hotel ada penjual pecel lele dan untuk makan malam seperti malam kemarin kami kembali makan pecel lele.

Hari ke 5 (Lima)

Jadwal kunjungan hari rencananya kami akan mengarah ke bagian selatan pulau Bali. Tujuan kami akan menjelajah pantai-pantai daerah selatan. Kami berangkat agak siang dari sebelumnya soalnya anak-anak dibiarkan kisut dahulu sebelum jalan-jalan.
Masuk tol laut

Nusa Dua yes.....

Sepi didalam macet diluat

Setelah sarapan pagi kami meninggalkan hotel untuk menuju daerah Nusa Dua. Daerah yang dikuasai hotel-hotel mahal. Kami juga sempat mencicipi tol di pulau Bali ini. Sebelum kami sampai di Nusa Dua. Kami juga melewati toko oleh-oleh  dan diputuskan kami akan membeli oleh-oleh nanti pas pulang.

Sebelum sampai ke Nusa Dua kami terlebih dahulu tersasar dahulu kearah yang salah akan tetapi setelah berputar balik kami sampai juga ke tujuan kami.

Daerah ini memang sudah dikuasi oleh hotel-hotel mewah dan tetapi kita masih bisa masuk gratis dengan hanya membayar parkir.

Om Wike lagi ngawasin

Cuaca lagi terik-teriknya

Memang daerah ini sangat terawat dan asri. Petuga keamanan juga bekeliling untuk menjaga para pengunjung. Pantainya juga terawat dan bersih akan tetapi kita tidak bisa menyewa tempat lesehan yang ada di tempat teduh. Sebenarnya bisa tapi mesti paketan kalau tidak salah. Harganya tidak murah.Akhirnya kami melantai di pinggir pantai yang panas hahahaha.

Setelah berpuas menikmati pantai dan juga haris sudah mendekati waktu Jumatan. Kami meninggalkan pantai untuk menuju sebuah masjid yang ada di sekitaran komplek wisata ini. Alhamdulillah, daerah yang kami kunjungi tidak jauh dari masjid.

Mesjid ini penuh dipadati oleh Jemaah yang akan melaksanakan sholat Jumat. Setelah kami selesai melaksanakan sholat. Giliran ibu-ibu yang memalaksanakan ibadah sholat dan kami yang menunggu mobil.

Setelah sholat kami meninggalkan area Nusa Dua untuk menuju Pantai Pandawa. Sebelum sampai di Pantai kami bertemu dengan warung nasi Padang. Langsung saja para ibu-ibu bergerilya membeli bekal untuk kami makan di daerah pantai nantinya. Tapi memang menu disini lebih nikmat banget saya makan dan nyesel ga beli dua bungkus hihihihi.

Kami akhirnya sampai ke Pantai Pandawa, setelah membayar tiket masuk kami langsung turun kebawah menuju pantai. Lokasi pantai sendiri berada dibagian bawah dan dihiasi tebing batu yang indah. Juga terlihat beberapa pembangunan yang terbengkalai. Sepertinya hotel.

Foto dari bawah
Pantainya

Indahnya

Batunya di belah

Pintu beli tiket eh loket ding

Kami mendapatkan tempat untuk melakukan santap siang. Sebuah saung yang kosong dan lumayan besar. Saung ini masih berada agak keatas dari pantai. Sehingga kami bisa melihat pantai dari posisi kami makan siang. Kali ini kami tidak bermain air dipantai akan tetapi cukup melakukan swafoto di tempat yang sudah disediakan. Sebenar saya malas melanjutkan perjalanan soalnya udara di saung bikin ngantuk. Akan tetapi permintaan netijen tidak bisa di cegah.

Perjalanan dilanjutkan menuju Pura Uluwatu dengan  harapannya mau melihat sunset. Sesampai dilokasi ternyata lokasi penuh oleh para wisatawan local dan luar. Bahkan lokasi parkir kami itu di lapangan parkir tambahan solanya bertanah. Kami langsung disambut hujan deras. Saya melihat setiap para pengunjung memakai kain yang diikat di pinggang. Saya bertanya kepada petugas dan ternyata katanya harus pakai kain tersebut. Wah…… mending ga usah masuk kalu ini mah. Soalnya bukan ajaran agama saya….  Ya sudah akhirnya kami putuskan  untuk meninggalkan daerah ini. Padahal udah stady by di loket tiket.

Namanya juga Pura Uluwatu ya daerah ada pura ibadah umat Hindu….. Jadi ya wajar saja mereka mengharuskan menggunakan kain tersebut. Kita hargai keputusan mereka. Kalau beda aqidah mah jangan dipaksakan…

Setelah kami gagal masuk ke Uluwatu kami mengarahkan kendaraan ke daerah Garuda Wisnu kencana. Sebenarnya kami tidak terlalu berminat untuk masuk ke dalam daerah wisata ini. Pertimbangan utama adalah karena daerah wisata ini terkenal dengan mahalnya (hehehe….). Maklumlah kami jalan ke Bali ini dengan budget pas-pasan. Jadi memang harus dikontrol pengeluaran selama di perjalanan termasuk untuk  tiket masuk daerah wisata.

Keputusan akhir kami tidak masuk dan memutuskan untuk hanya melihat di bagian luar dari daerah wisata ini. Sampai sesampainya di pintu masuk dan langsung berputar arah untuk menuju ke arah hotel. Sebelum mengarah ke hotel kami merencanakan untuk membeli oleh-oleh di toko oleh-oleh yang katanya buka 24 jam di daerah jalan Raya Tuban. Untuk mencari tempat parkir mengalami kesulitan, karena tempat oleh-oleh tersebut penuh sesak parkirnya oleh kendaraan para pengunjung. Saya mendapatkan tempat parkir yang menutup kendaraan lain. Langsung saja Bunda, Nabil, Azra dan Nenek turun untuk berbelanja, sedangkan saya sendiri menunggu di luar sambil beristirahat.  Di depan dari toko ini terdapat penjual minuman yang mana saya sangat suka sekali dengan Mango smoothie nya. Saya menyeberang menuju ke toko minuman tersebut dan saya pun mendapat ketidakberuntungan bahwa minuman saya tidak tersedia pada saat itu. Saya membeli minuman yang lain yang tidak pernah saya minum.

Kurang lebih kami berbelanja sekitar 1 jam di toko ini. Saya melihat harga yang ditawarkan di toko ini untuk cendramata lumayan mahal dibandingkan di tempat toko toko lainnya. Ini akan saya buktikan nanti sewaktu saya akan berbelanja di Tanah lot dengan barang yang sama. Saya bisa mendapatkan harga yang lebih murah makan setengah dari harga yang ditawarkan di di toko ini. Setelah puas berbelanja kami kemudian lanjut untuk mengarah pulang. Sebelum kami sampai di hotel terlebih dahulu tidak lupa berbelanja asupan malam.  Kami belanja makan malam di sebuah restoran Padang, yang kami temui di sepanjang perjalanan pulang. Kami sampai di hotel pada jam 9 malam. Alhamdulillah semua perjalanan berjalan dengan lancar tanpa kendala satu apapun

Hari ke-6 (Enam)

Hari Sabtu tanggal 4 Januari 2020 adalah hari terakhir kami untuk berada di pulau Bali. Pagi ini anak-anak memuaskan hasrat berenangnya di kolam renang yang tersedia dihotel. Akibatnya kami pun berangkat agak siang dari hotel untuk meninggalkan pulau Bali, tentu saja tidak lupa sebelum berangkat kami sarapan terlebih dahulu.

Ternyata om Wike, pagi-pagi sudah sampai di pantai Kuta. Mungkin bagi om Wike belum afdol ke pulau Bali kalau tidak mengunjungi pantai Kuta. Jujur ini tidak terpikirkan sama sekali oleh saya untuk pergi pagi-pagi ke pantai Kuta,karena apabila kami mengunjungi pantai Kuta pada siang hari tentu saja kondisi pantai tersebut sangat ramai dan macet.

Pada jam 10 pagi kami telah selesai bersiap-siap untuk meninggalkan hotel. Kami bergerak menuju ke toko pai susu yang ada di jalan Nangka di daerah Kota Denpasar.Disini bunda berbelanja banyak membeli pai susu dan juga kue-kue lainnya…….

Selesai berbelanja di toko kue, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi daerah wisata terakhir yang akan kami kunjungi di pulau dewata. Yaitu daerah wisata Tanah lot yang yang berada di kabupaten Tabanan Bali. Perjalanan menuju Tanah lot menurut Google itu kurang lebih sekitar 23 kilometer saja  dari toko tadi. Akan tetapi dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di tempat wisata tersebut. Mungkin ini disebabkan oleh keramaian lalu lintas pada hari Sabtu dan juga kondisi jalanan yang agak sempit, sehingga agak susah untuk melakukan overtaking dan kendaraan lain yang melaju lambat.

Penjual Suvenir (tawar ya)
Kami sampai di Tanah lot sekitar jam 11.30 siang dan kebetulan sekali pada saat itu belum banyak para wisatawan yang datang sampai di lokasi ini. Setelah membeli tiket  dan memarkirkan kendaraan kami pun langsung masuk ke area wisata tersebut. Sedangkan untuk nenek, terpaksa duduk di bale-bale yang tersedia untuk para sopir. Karena nenek tidak bisa berjalan jauh, akan tetapi nenek bisa memuaskan hasrat  berbelanjanya. Untuk  membelikan oleh-oleh untuk anak dan cucunya  di rumah.

Kami mulai berjalan menuju bagian dalam tanah lot, yang ternyata  lumayan jauh jaraknya  dari tempat parkiran. Pada bagian luar kondisinya belum terlihat ramai, pas saat kami sampai pada bagian pantai dari tanah tersebut sudah banyak para pengunjung yang berasal dari Indonesia. Pengunjung sebagian besar  yang saya lihat itu pengunjung dari Indonesia, walaupun juga ada turis-turis mancanegara. Disini kami melihat pantai dan mengunjungi tempat-tempat yang tersedia yang bisa dijadikan spot spot untuk mengambil foto yang bagus.

Ada yang manyun
Anginnya kenceng banget

Mendung

Rameeeeee.

Sesampainya kami di area tempat wisata tanah lot. Angin menyambut dengan kencangnya. Angin laut yang bercampur dengan pasir dan cuaca yang sepertinya kurang bersahabat. Kemungkinan hujan. Setelah puas mengambil beberapa gambar untuk dokumentasi kami terus bergerak menuju ke daerah Karang Bolong.

Menyusuri pantai yang berbatu karang dan dengan ombak yang cukup kuat, serta mengambil foto-foto. Setelah puas berfoto ria kami mengarah ke pintu keluar dekat Karang bolong. Soalnya setelah puas berfoto-foto kami pun mengarah ke parkiran mobil untuk menemui nenek saat kami berjalan menuju ke arah parkiran hujan pun turun dengan derasnya dan langsung kami berteduh di toko-toko yang ada di jalan keluar dan kami pun bertemu dengan om keluarga Om like yang juga telah selesai berwisata kami memutuskan untuk melakukan salat zuhur di sini sebelum kami meninggalkan lokasi ini.

Makan siang akan dilakukan nanti  di luar daerah ini sepanjang perjalanan menuju ke pelabuhan Gilimanuk

Di sinilah saya mau membuktikan bahwa harga yang saya dapatkan untuk berbelanja tas buat Azra,  lebih murah daripada saya lihat di toko cenderamata yang ada di Denpasar. Harga yang saya dapatkan bisa setengah harga dari  yang saya lihat kemarin. Tentu saja dibutuhkan kekuatan tawar-menawar di sini. Toh tidak ada masalahnya kalau pun si penjual tidak mau dengan harga yang kita minta, masih banyak para pedagang cenderamata yang lain yang menjual barang-barang yang sama. Jadi intinya kalau mau berbelanja cenderamata. Kalau cenderamata nya itu umum dan bisa didapatkan di tempat-tempat yang lain janganlah berbelanja di toko cenderamata yang besar. Mungkin ini sudah banyak diketahui oleh para pembaca semua, tapi tidak salah saya menceritakan pengalaman saya.

Pada jam 1.30 kami meninggalkan daerah Tanah Lot, untuk menuju ke pelabuhan Gilimanuk. Berdasarkan tuntunan dari Google map, saya mengambil jalan alternatif dengan tujuan untuk menghindari kemacetan yang terjadi di jalan utama. Untuk menuju pelabuhan Gilimanuk saya di arahkan ke jalan jalan kecil yang berkelok-kelok yang melewati persawahan dan perkampungan.

Alhamdulillah  pesta udah kelar
Jalur alternatif

Akhirnya pada jam 3 sore akhirnya kami menemukan sebuah warung muslim Jawa yang ada di pinggir jalan yang akan menjadi tempat makan siang kami yang telat. Sebenarnya ada rumah makan yang berada di sebelahnya yang ramai dikunjungi oleh para penumpang mobil travel. Akan tetapi kalau terlalu ramai, tentu saja kenyaman akan kurang, jadi kami memilih rumah makan yang berada disampingnya. Rumah makan  yang tidak terlalu ramai. Untuk rasa makanan sendiri rasanya tidak terlalu jelek dan harganya pun juga tidak terlalu mahal. Jadi worthed, kalau kita makan di sini. Memang ini masalah selera bisa berbeda-beda, jadi tidak bisa saya paksakan bahwa orang akan suka. Tapi menurut saya masakan ini udah lumayan.

Setelah selesai makan siang menjelang sore. Mendekati jam 3 sore, kami melanjutkan perjalanan untuk menuju pelabuhan Gilimanuk. Kondisi jalanan sangat bagus dan terawat. Perjalanan sedikit terhambat yaitu susahnya melewati truk yang berjalan lambat, dan juga  ramainya lalu lintas dari arah yang berlawanan.

Menuju Gilimanuk
Sepi

Akhirnya pada jam 5 sore, kami pun mendarat di pelabuhan Gilimanuk. Setelah membeli tiket seharga Rp 165rb. Kami masuk ke dalam pelabuhan Gilimanuk. Pada saat antri membeli tiket seorang polisi mengetuk pintu jendela, dan mengajak kami berbincang mengenai perjalanan yang telah kami lakukan. Perbincangan ini cukup lama, karena kendaraan di depan saya  harus melakukan top up kartu terlebih dahulu.  Kemungkinan kartu yang akan dipakai kosong, sehingga cukup lama saya berbincang dengan pak polisi. Saya bertanya kapan pemeriksaan dilakukan dan Pak polisi berkata tidak perlu, karena sudah diperiksakan pada saat datang. Ternyata memang Pak polisi tidak melakukan pemeriksaan terhadap kendaraan kami, sedangkan pada kendaraan lain terlihat pak polisi memeriksa beberapa kendaraan yang akan masuk ke dalam pelabuhan.

Pada saat  mengantri masuk ke dalam kapal, kondisi yang berbeda yang saya rasakan dibanding saat saya akan masuk ke dalam Ferry di Bakauheni. Kalau pada saat di Bakauheni itu para petugas mengarahkan dan menyusun para pengendara yang akan masuk ke dalam feri sedangkan di di sini terlihat agak sedikit semrawut, atau hanya feeling saya saja.

Alhamdulillah, mungkin karena keberuntungan kami. Tidak lama waktu tunggu di pelabuhan ini tidak lama kemudian kami dipersilahkan masuk, setelah beberapa bus antar kota yang masuk ke dalam lambung Ferry terlebih dahulu.

Selamat tinggal Bali
Bunda dan anak-anak telah terlebih dahulu turun bersama dengan keluarga om Wike, sedangkan saya menunggu nenek yang tidak bisa naik ke atas kapal,  karena tangga menuju ke dek kapal lumayan terjal.

Akan tetapi kami tidak bisa menunggu di dalam mobil saja selama dikapal karena kendaraan di depan kami menghidupkan mobilnya sehingga kemungkinan asap bus tersebut  bisa masuk ke dalam mobil. Sehingga kami putuskan untuk juga naik ke dalam dek kapal. Butuh usaha yang keras dari nenek,  Satu-persatu nenek berusaha naik tangga kapal. Setelah perjuangan keras dilalui oleh nenek akirnya nenek bisa mencapai ruang tunggu penumpang.

Setelah mencari tempat duduk untuk nenek, akhirnya saya pun berjalan keluar untuk menikmati pemandangan laut.  perjalanan penyeberangan ini kurang lebih sekitar ½  jam, akan tetapi karena banyaknya kapal antri nyandar akhirnya perjalanan bisa sampai 1 jam.

Setelah mendarat di pulau Jawa, apakah kita tidak Sholat Magrib terlebih dahulu sekaligus untuk makan malam. Akan tetapi proposal saya ditolak dan kami melanjutkan perjalanan.

Akhirnya kami pun, melaksanakan shalat yang dijamak sekitar jam 19.30 malam sekalian untuk menunggu om Wike yang tertinggal di belakang. Eh ternyata…. kami pun juga ditinggalkan oleh om Wike karena mereka tidak melihat lokasi kami, padahal udah telah melakukan share lokasi. Akan tetapi karena berhubung sinyal sedikit susah di area tersebut informasi pun tidak sampai.

Keluarga om Wike setelah sholat, langsung makan malam. Sedangkan kami belum menemukan area tempat makan. Akhirnya di di daerah Situbondo,  kami berhasil menemukan sebuah restoran khas daerah sana dan kami  makan di resto kecil itu, kecuali nenek karena memang nenek tidak bisa makan pada malam hari.

Setelah selesai makan malam,  kami bergerak pelan sambil menunggu om Wike.etelah bertemu kami pun melanjutkan perjalanan. Kembali om Wike tertinggal dibelakang akibat ramainya lalu lintas pada saat itu, karena untuk melewati 1 kendaraan membutuhkan waktu beberapa saat sampai kendaraan di depan kita kosong.

Saya kembali menunggu di daerah Probolinggo pada saat akan memasuki pintu tol. Disebuah minimarket yang buka 24 jam. Akan tetapi ternyata om Wike ingin beristirahat sejenak karena mengalami kantuk berat. Pada saat itu, saya masih dalam keadaan segar. Saya terus melanjutkan perjalanan sendiri untuk menuju ke Surabaya dan rencananya akan menunggu di rest area menjelang masuk kota Surabaya.

Setelah masuk pintu tol Probolinggo, rasa kantuk pun mulai menyerang. Saya  mencoba untuk bertahan sekuat tenaga untuk mencapai rest area. Dimana saya janji untuk bertemu. Saya sampai di rest area tersebut pada jam 1 dini hari dan setelah melakukan peregangan otot sejenak . Saya langsung tertidur, sampai akhirnya kami bertemu dengan kendaraan keluarga om Wike pada jam 2.30 dini hari.

Setelah berbincang sejenak, kami pun melanjutkan perjalanan untuk mengarah ke rumah kami yang berada di di Jakarta dan Bekasi.

Kecepatan kami jaga di sekitar 100 sampai 120 km/jam dan kembali om Wike tertinggal menjelang masuk waktu subuh. Kemudian  kami berhenti di sebuah rest area untuk menunaikan ibadah sholat subuh sembari menunggu. Kami bertemu di sebuah rest area pada jam 6 pagi dan pada saat itulah kami akan berpisah. Om Wike memutuskan akan masuk ke kota Semarang, untuk melanjutkan perjalanan bersama keluarganya. Sedangkan saya memutuskan tidak melanjutkan perjalanan ke Semarang dan langsung menuju rumah.

Selepas berpisah saya langsung memacu kendaraan menuju kota Bekasi. Jalanan berkontur di Semarang kami lewati dengan aman.  Saya menawarkan kepada bunda untuk singgah sebentar di kota Cirebon. Untuk menikmati empal gentong yang telah gagal beberapa kali kami nikmati.  Bunda setuju dengan rencana ini.

Pada jam 8 pagi kami harus mengisi bensin terlebih dahulu di daerah batang. Setelah mengisi bahan bakar penuh. Perjalanan dilanjutkan untuk menuju ke kota Cirebon. Dikota Cirebon kami keluar dari pintu tol langsung menuju ke rumah makan Haji Apud yang terkenal dengan empal gentongnya.

Alhamdulillah jadi juga makan disini
Setelah memesan dan pesanan diantar langsung saja kami menikmati hidangan yang telah kami pesan dan memang tidak butuh waktu banyak untuk menghabiskan semua pesanan kami. Sebelum jam 11 kami telah meninggalkan Rumah makan tersebut untuk beranjak kembali menuju rumah. Berhubung belum jam makan siang rumah makan tersebut belum ramai oleh pengunjung.

Kondisi  tol dari Cirebon menuju Jakarta kondisi jalannya ramai lancar. Ramai karena banyak kendaraan yang juga balik menuju ke arah Jakarta. Saat kami memasuki sebuah rest area untuk ke kamar kecil. Kami kesulitan untuk mencari ruang parkir saking ramainya penghuni rest area tersebut. Akhirnya bisa ditemukan spot untuk parkir sementara dengan menutupi kendaraan orang lain. Si kakak ingin melakukan buang hajat di temenin bunda.

Selesai itu buang air kecil dan kami bergerak keluar rest area ini. Kami kesulitan keluar karena ada sebuah mobil truk yang tertutup jalan keluar. Setelah beberapa lama terhenti akhirnya kami bisa keluar dari sana.

Saya melanjutkan perjalanan menuju rumah dan pada saat memasuki Tol Cikampek saya sedikit bingung untuk mengambil jalur yang akan salah pilih apakah saya akan mengambil jalur atas atau jalur bawah. Berdasarkan pengalaman saya yang kemarin kondisi jalur atas Tol Cikampek tidak enak untuk dilalui dengan kecepatan menengah dan tinggi, dibandingkan jalan tol bawah. Saya memilih untuk jalur tol bawah. Kondisi jalan tol pada saat itu memang  kosong, sehingga kendaraan bisa dipacu kencang. Akhirnya sebelum jam 2 siang kami bisa sampai dengan selamat di rumah. Alhamdulillah, perjalanan ini tidak mengalami suatu kendala yang berarti insya Allah kita bertemu kembali di cerita kami akan datang.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images