Pada saat mudik saya dan om Wike berdiskusi mengenai jalur yang akan kami lewati pada saat balik nantinya. Belum sampai tujuan saja sudah membahas buat balik hadeh..... Awalnya saya ingin mencoba jalur lintas tengah favorit saya dulu, akan tetapi om Wike ingin mencoba jalur lintas timur, karena belum pernah mencoba jalur lintas timur tersebut. Seperti yang telah saya uraikan sebelumnya entah itu kapan hihihiiii, Saya kurang menikmati berkendara di jalur lintas ini. Ini pernah kami lakukan pada saat kami balik dari kampung 2 tahun yang lalu dengan om Ial dan om Aril. Walau jalannya lebih baik dari tengah pada saat itu, pada saat itu loh yah bukan saat sekarang. Tetapi kemudian saya berpikir, tidak ada salahnya kalau kami mencoba lagi jalur tersebut, karena sudah 2 tahun berselang.
Jalur Lintas Timur Sumatra |
Saya mulai mempersiapkan kelengkapan
perjalanan balik kami. Mulai memasang roofbox dan mulai mengatur posisi barang
didalam kabin. Untuk barang-barang didalam box akan saya masukan
besok saja, masih malas hati ini untuk menghadapi kenyataan kalau mesti berkerja
keras setahun kedepan huhuhu.
Keesokan harinya, hari terakhir kami
dirumah kampung. Rencana kami akan berangkat pada sore hari. Ini merupakan kali
pertama kami balik pada sore hari. Kami selalu balik dari kampung pada malam
hari jam 10 malam. Baik dari Padang maupun Bukittingi. Akan tetapi demi masuk ke
Palembang nya siang kami percepat waktu keberangkatan. Tujuan tidak lain untuk
menikmati wisata kuliner di kota Palembang dan waktu istirahat di hotel juga
tidak terganggu.
Barang barang telah masuk semua kedalam
roofbox dan juga kabin. Hari ini kembali saya tidak bisa istirahat dengan
tenang sebelum berangkat dikarenakan adanya kejadian diluar rencana yang mesti
diurus. Barang baru mulai dimasukkan kedalam roofbox mulai jam 12 siang dan selesai jam 1 siang. Setelah selesai memasukan barang saya langsung masuk ke dalam kamar untuk
tidur. Mata ini ngantuk sekali.
Om Ade sudah on fire mau jelajah lintas timur |
Check poin pertama yang harus dicapai
adalah mesjid Rao Rao. Saya berjanji dengan om Zaki kalau akan bertemu disini.
Perjalanan dari kampung menuju mesjid, kami harus menyeberang jalan raya Bukittinggi - Payakumbuh di daerah
baso yang terkenal sangat macet pada saat libur lebaran. Untuk menghindari
kemacetan di jalan utama saya mencoba jalur alternatif yang nantinya keluar pas
50 meter dari simpang baso.
Perjalanan masuk dari simpang baso ke
warung orang tua om Werry bisa dicapai dalam 1 jam. Jalanan kecil dan bagus ,
tidak menggangu saya untuk bisa mencapai kedainya orang tua om Werry. Sebelum jam
3 sore saya dan keluarga telah sampai di kedai kopi orang tua om Werry.
Ternyata om Zaki dan gangs telah menunggu kami.
Tentu saja kami tidak ingin melewatkan
kesempatan menikmati kopi kawa daun di warung kopi milik orang tuanya om Werry
(bunda sih yang suka saya hanya menikmati dinginnya suasana saja). Di sini
kami beristirahat sekitar 30 menit. Setelah beramah tamah dengan orang
tuanya om Werry kami pun melanjutkan
perjalanan menuju Lintas Sumatera. Terima kasih untuk buah tangan yang
diberikan oleh orang tua om Werry. It was
a delicious gorengan gan……
Perjalanan menuju kota Batusangkar agak
sedikit tersendat sehingga om Zaki mencoba mencari jalan alternatif menuju kota
Batusangkar. Walaupun melewati jalan alternatif akan tetapi kemacetan
tetap dihadapi saat kami melewati istana baso Pagaruyung. Setelah melewati
istana perjalanan relatif lancar dan lalu lintas pun terlihat lengang.
Akhirnya kami bertemu juga dengan Jalan
Lintas Sumatera. Disana saya melakukan pengisian bahan bakar untuk
persiapan melakukan perjalanan jauh melintasi Lintas Timur Sumatera. Setelah
melakukan pengisian bahan bakar, Saya di minta untuk menjadi Road Captain leh om
Zaki akan tetapi sebenarnya saya tidak mau karena apabila saya yang
menjadi RC biasanya saya ugal-ugalan bawa mobil.
Benar saja setelah saya menjalani posisi
sebagai road kapten saya meninggalkan dua orang pengikut saya di belakang.
Sementara bunda marah-marah di dalam mobil karena seperti biasa saya membawa mobil sangat
kencang dan ugal-ugalan. Ini tidak lain dilakukan karena para
teman yang satu jalur dengan kami telah menunggu di restoran umega.
Ternyata mereka sudah dari jam 17.00 tadi sampai di restoran ini dan dengan
sabar menunggu kami yang sangat terlambat sekali..
Sebagian sudah menunggu dari hari masih terang (by om Audit) |
Pada jam 19.00 akhirnya kami sampai di
restoran favorit saya yaitu restoran Umega. Kami langsung melaksanakan
sholat dulu sebelum makan malam nantinya. om Rio dan 5 kendaraan lainya sudah
jalan duluan. om Rio, om Yos, om Anto, om Agus, om Audit, jalan duluan akibat
kelamaan menunggu kami yang delay sampai di meeting poin. Sedangkan om Ade dan om
Wike tetap setia menunggu kami berdua.
Setelah beristirahat makan dan sholat,
kemudian kami berempat mulai menyusun barisan untuk memulai perjalan balik. om
Ade didampuk sebagai RC pada kesempatan kali ini. Perjalanan menuju Muaro Bungo
di pimpin oleh om Ade dengan lancar karena jalan yang mulus dan kami sedikit
keteteran menghadapi mesin mobil om Ade yang 2000 cc. Ngacir habis cuy……
Om Zaki dan pasukannya sedang makan malam... |
Di sebuah pertigaan di Muara Bungo kami
berbelok ke kiri menuju Muara Tebo. Meeting poin kami berikutnya adalah rumah
makan lesehan Bima. Rumah makan ini di rekomendasikan oleh salah satu member
RTS yang melewati jalur lintas timur beberapa hari sebelum kami.
Akhirnya kami berkumpul sebelum berpisah lagi |
Perjalanan lebih dari 100 km kami tempuh
dalam 1,5 jam. Kami mendarat di pondok lesehan Bima pada pukul 23.35 malam.
Kelima rekan saya yang lain telah duluan sampai disini. Tidak beberapa lama kami sampai, om Rio dan lima rekan lainnya meninggalkan Pondok lesehan Bima untuk
melanjutkan perjalanan. Sedangkan saya sendiri, om wike, om Zaki dan om Ade masih ingin beristirahat di rumah makan ini. om Zaki langsung saja
mengambil posisi tidur di dalam mobil soalnya sekarang dia single driver berbeda dengan saat mudik kemaren yang punya supir cadangan. Sedangkan saya dan om Wike tidur
di dalam rumah makan karena di dalam rumah makan lesehan ini disediakan ruangan untuk tidur
bagi para driver.
Walau telah dipejamkan mata ini tidak bisa tidur
karena memang dalam pikiran masih jauh perjalanan ini. Begitu juga dengan om Wike
yang tidak bisa tidur walaupun matanya Sudah terpejam. Ditambah lagi perut ini
yang masih dalam masa penyembuhan akibat makan terlalu banyak selama dikampung.
Setelah setengah jam beristirahat, Kami berempat melanjutkan perjalanan untuk
mengejar ketertinggalan kami dengan kelima rekan lainnya yang telah duluan
meninggalkan lesehan ini.
Kali ini pimpinan rombongan diambil alih oleh om
Wike. Pejalanan mulai dari rumah makan menuju next destinasi berikutnya, kami
melewati jalan yang bervariasi mulai dari jalan Bagus, berlubang dan
sangat-sangat dalam lubangnya. Sampai di suatu ketika mobil om Wike menghantam lubang dan dia menginformasikan kepada kami
untuk berhati-hati. Perjalanan menuju ke kota Jambi pada saat itu kondisi
jalanan hampir bisa dikatakan tanpa penerangan jalan, hanya mengandalkan lampu kendaraan saja yang bisa menyinari jalan sehingga bagi kendaraan Ertiga yang
lampunya kurang terang bisa menyebabkan tidak terlihat jelasnya jalan yang
berlubang seperti yang dialami oleh om Wike.
Sungguh sangat capek sekali melewati jalan
menuju kota Jambi di Google Map perjalanan kami hanya berjarak 3 jam lagi
perjalanan menuju kota Jambi, akan tetapi dengan kondisi jalanan yang
berlubang dan bergelombang sangat tidak memungkinkan perjalanan ditempuh
dalam 3 jam perjalanan. Ditambah lagi kondisi mata yang sudah mengantuk
akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke sebuah SPBU yang ternyata di dalamnya
sudah ada lima kendaraan RTS lain yang telah masuk duluan untuk beristirahat. Sebelum sampai disini saya sempat menabrak seekor kucing
yang menyeberang secara tiba-tiba dan alhamdulillah kucingnya selamat tanpa
kurang satu apapun (kata om Zaki sih). Awalnya Saya sedikit parno juga soalnya
saya belum pernah menabrak kucing.
Dua jam kami Istirahat di SPBU ini, saya sendiri langsung tertidur di dalam kendaraan, ada juga yang menggelar tikar di depan kantor SPBU. Sekitar jam 04.00 pagi
kami bergerak meninggalkan SPBU ini mencari masjid untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Di
SPBU ini tidak memungkinkan melaksanakan sholat Subuh karena tidak tersedia air bersih
untuk dijadikan air wudhu. Kali ini
rombongan sudah menjadi formasi lengkap dengan 9 kendaraan.
Sebenarnya masih ada dua kendaraan lagi yang akan menyusul kami yaitu kendaraan teman om Zaki yang ingin juga bergabung bersama kami akan tetapi karena jarak yang jauh terpaksa kami meninggalkan mereka dengan harapan mereka bisa bergabung bersama kami nantinya. Om Ade, om Anto, om Yos, om Audit, om Rio, om Agus, saya sendiri, om Zaki dan om Wike adalah formasi kami saaat itu yang akan berjalan bersama menuju kota Jambi. Ternyata tidak berjalan deng, tapi berkonvoi dengan menggunakan mobil kalau berjalan kaki kapan sampainya hehehe.
Sebenarnya masih ada dua kendaraan lagi yang akan menyusul kami yaitu kendaraan teman om Zaki yang ingin juga bergabung bersama kami akan tetapi karena jarak yang jauh terpaksa kami meninggalkan mereka dengan harapan mereka bisa bergabung bersama kami nantinya. Om Ade, om Anto, om Yos, om Audit, om Rio, om Agus, saya sendiri, om Zaki dan om Wike adalah formasi kami saaat itu yang akan berjalan bersama menuju kota Jambi. Ternyata tidak berjalan deng, tapi berkonvoi dengan menggunakan mobil kalau berjalan kaki kapan sampainya hehehe.
Setelah 1 jam perjalanan melewati jalan
yang bervariasi mulai dari jelek, bagus dan sangat jelek. Akhirnya kami bisa
menemukan sebuah masjid dengan parkiran yang luas sehingga semua kendaraan rombongan kami bisa masuk dan parkir di halaman masjid tersebut. Di saat kami sampai di masjid sebenarnya lampu masjid sudah dimatikan
karena para jemaah sudah meninggalkan masjid untuk pulang ke rumah
masing-masing, akan tetapi karena kami datang dalam jumlah rombongan yang
banyak Para pengurus masjid menyalakan kembali lampu masjid. Terima kasih pak.
Kami melaksanakan ibadah shalat subuh
secara bergantian mulai dari bapaknya terlebih dahulu kemudian menyusul ibu-ibu dan anak-anak.
Saya sedikit mendapatkan waktu istirahat untuk melakukan recovery stamina saya yang telah terkuras
dalam mengemudikan mobil semalaman penuh. Sewaktu sedang mengobrol dengan om Yos dan
om lainnya Saya melihat banyaknya konvoi truk sawit yang melewati kami padahal
untuk melewati mereka sebelumnya membutuhkan tenaga. Om Wike melaporkan kalau
bannya mengalami benjolan akibat menghantam lubang yang dilewati tadi malam. Akhirnya jalur lintas Timur Sumatera dapatkan korbannya.
Pada jam 05.30 pagi, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Jambi. Kali ini RC diambil alih oleh om
Rio. Jalanan menuju kota Jambi seperti jalan jalan sebelumnya
bervariasi mulai dari jalan mulus, berlubang dan bergelombang, om Rio mengingatkan kami berhati-hati dalam memilih jalur dan menginformasikan kepada para peserta
lainnya.
Kondisi jalan setelah Muara Bungo (credit RTS member) |
Still jelek (RTS member also |
Why always jelek jalannya (RTS member pic.) |
Mendekati kota jambi, kami tidak mengambil jalur menuju
Tempino yang sebenarnya jaraknya lebih dekat namun jalannya lebih parah dan banyak lobang besar. Seperti halnya 2 tahun yang lalu kondisi jalanan saat ini masih sama seperti dulu, jadi belum ada perubahan yang signifikan
pada jalur ini. Tebak kenapa jalur ini seperti dibiarkan rusak dan tidak ada perbaikan. Kembali kemalangan menimpa salah satu anggota konvoi kami. Om Agus yang menggunakan kendaraan rakitan asal negara
Korea, kaca spion nya disenggol oleh kendaraan tangki bahan bakar yang
berkendaraan secara ugal-ugalan.
Kami lebih memilih untuk melewati kota
Jambi walaupun tidak masuk sampai ke pusat kotanya, dan beristirahat di sebuah
SPBU di persimpangan sebelum masuk kota Jambi. Area parkir yang besar pada
SPBU ini memfasilitasi rombongan RTS untuk bisa beristirahat di sini. Kami
beristirahat di SPBU ini selama 1 jam untuk meluruskan kaki dan juga untuk
melakukan sarapan pagi yang menunya telah kami bawa dari rumah. Om Agus
kemudian meminta izin meninggalkan rombongan untuk memperbaiki kaca
spionnya yang rusak dihantam oleh kendaraan tangki bahan bakar sedangkan om
Wike juga meminta izin untuk mengganti ban di tambal ban terdekat. Tidak
lama kemudian om Wike sudah kembali bergabung dengan rombongan. Saat ini
tinggal sisa 8 kendaraan yang akan berkonvoi menuju kota Palembang.
Kondisi jalan ada tambalan |
Jalan mulus |
Mulus plus biker |
Perjalanan normal dari Jambi menuju
Palembang bisa ditempuh dalam waktu 5 sampai 6 jam. Itu kalau keadaan normal
akan tetapi jika kita sedang berkonvoi seperti ini dijamin molor. Bukan apa apa
ini lebih dikarenakan kondisi ramainya lalu lintas dan banyaknya kami harus
berhenti untuk istirahat.
Kerjaan bunda dijalan |
Menjelang siang kami sampai disebuah SPBU yang mempunyai
masjid dibelakangnya. Alhamdulillah kami
masih bisa istirahat dahulu sebelum melakukan ibadah sholat Jum'at. Karena
sudah tidak bulan puasa lagi Jadi kami
bisa makan sepuasnya di masjid ini ditambah lagi ada yang menjual makanan di
depan masjid. Mendekati jam 12.00 area masjid sudah disterilkan dari para pemudik
yang beristirahat. Kemudian saya mengambil air wudhu untuk melakukan shalat
Jumat.
Ini diambil dari teras mesjid (adem bener) |
Selesai makan kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 02.00 siang. kami menuju ke kota Palembang. Jalur menuju kota Palembang semakin lama kendaraan semakin ramai sehingga kami kesulitan untuk berjalan
beriringan. Rombongan terpecah menjadi berapa bagian.
Setelah 2 jam perjalanan menuju kota Palembang. Di suatu daerah sekitar 11 km sebelum kota Palembang saya berjalan
beriringan dengan rombongan akan tetapi karena kondisi lalu lintas, saya sempat terputus rombongan dengan om Wike.
Kalau sudah liat ini berarti Palembang sudah dekat |
Supir travel yang juga berasal dari Minang bersikukuh tidak mau membayar lebih dari Rp 500.000.
Padahal kalau ditaksir dari kerusakan kendaraan harganya melebihi dari
harga yang bisa dibayarkan oleh sopir tersebut. Dari informasi yang didapat ditaksir
perbaikan kerusakan mencapai sekitar 2,4 juta.
Karena si supir tetap tidak mau membayar dan terus 'bertele-tele' akhirnya kami memutuskan untuk melaporkan hal ini ke
kepolisian dan menahan SIM dari si sopir supaya tidak melarikan diri. Awalnya dia tidak mau karena yang berhak menerima adalah kepolisian tapi dengan berbagai cara, kami akhirnya bisa menahan SIM sopir tersebut
dan berhasil membawa kendaraan tersebut ke Polsek Sukarame yang berada tidak jauh
dari lokasi tersebut.
Ada kejadian lucu saat kami menuju kantor
Polisi. Kami ingin melaporkan masalah ini ke Polisi akan tetapi kami tidak
tahu dimana kantor Polisi terdekat. Bagaimana lapor ke Polisi kantornya saja
tidak tahu. Bisa muter-muter ga jelas nanti. Bunda memutuskan bertanya kepada seorang
anak muda yang tampangnya mirip dilan yang sedang duduk di pinggir jalan dan
ternyata Alhamdulillah kalau Polsek berada tidak jauh dari lokasi kami berhenti.
Akhirnya rombongan kami menuju sebuah ruko kosong di
sebelah Polsek Sukarami untuk menunggu om Wike melaporkan kejadian ke kantor polisi, saat itu hanya om Wike dan kendaraan yang penabrak saja yang
masuk kedalam Polsek Sukarami. Ternyata untuk melaporkan kejadian ini kami tidak berada pada tepat yang seharusnya, ternyata kami harus melaporkan di kantor Laka Lantas. Kebetulan kantor Laka Lantas berada di persimpangan
flyover bandara sekitar 100 meter dari lokasi kami.
Kemudian beramai-ramai kami menuju ke
lokasi kantor laka lantas yang ditunjukkan oleh polisi Polsek Sukarami. Kami mencoba menemani om Wike masuk ke dalam kantor polisi tersebut, Akan tetapi Polisi mempersilakan kami menunggu diluar, hanya pihak yang bertikai saja diperbolehkan berada di dalam.
Tidak lama datanglah seorang berpakaian hitam menanyakan kepada kami di mana pihak-pihak yang berurusan. Setelah mendapat informasi dari kami orang tersebut masuk ke kedalam ruangan dimana om Wike dan Penabrak berada. Saya
berpikir pasti sebentar lagi ini orang akan diusir keluar oleh Polisi akan
tetapi pikiran saya salah. Orang ini keluar hanya karena menelpon seseorang, dia terlihat sibuk menelpon dari waktu ke waktu.
Setelah selesai menelpon orang tersebut memanggil sopir travel yang menabrak om Wike. Dia sempat memaki-maki si sopir dan mengancam agar merperbaiki kendaraan om Wike. Si sopir diam tanpa jawaban dan akhirnya saya tahu kalau orang yang berbaju hitam tersebut adalah polisi juga dan beliau juga salah satu anggota dari klub Ertiga di wilayah
Palembang.
Akhirnya urusan ditangani dengan baik oleh Bapak berbaju hitam tersebut dengan kesepakatan si penabrak wajib membayar Rp 1.000.000 sebagai jaminan dan keesokan
harinya akan ke asuransi untuk memasukkan kerusakan mobil om Wike sebagai pihak ketiga pada asuransi mobil travelnya.
Di area tunggu mobil anak-anak dan para
istri-istri kami menunggu dengan setianya yaitu di area parkir ruko kosong tadi.
Ibu-ibu terlihat duduk dipinggir jalan sembari bersilaturahmi sementara anak-anak sibuk berlarian di
luar kendaraan. Terasa sekali kebersamaan dari anggota rts ini mereka menunggu
dengan sabar sampai semua urusan kami selesai. Setelah urusan selesai kemudian
perjalanan akan kami lanjutkan menuju ke hotel. akan tetapi om yang
membantu urusan om Wike tadi dari ERCI Palembang meminta kami untuk bergabung
melakukan kopdar singkat bersama mereka di sebuah rumah makan. Awalnya
kami menolak, karena badan ini sudah berasa tidak enak akibat tidak mandi hehehehe dan juga kecapean. Akan tetapi
demi menghormati tuan rumah kami semua mengikuti ERCI Palembang untuk kopdar di sebuah warung baso. Parahnya kami dibawa
lagi melewati lokasi tempat Dimana terjadinya kecelakaan om Wike tadi.
Ternyata lokasinya tidak jauh dari lokasi
kecelakaan tadi dan kebetulan tempat parkirnya luas sekali. Kami ngobrol bersama teman-teman ERCI Palembang, sementara para anak-anak dan istri menikmati
bakso dan mie ayam yang dipesan. Sementara om Wike dan
salah satu rekan dari Palembang mencari hotel tempat kami akan menginap berhubung sudah larut malam jadi kami memutuskan mencari hotel yang murah meriah saja.
Foto bareng dulu dengan Kechap ERCI Palembang |
Kami menuju ke hotel yang dimaksud, Hotel
Sukarami yang berada tidak jauh dari lokasi kami makan dan hotelnya pun mirip
mirip dengan hotel yang biasa dipakai untuk anak-anak muda hihihi. Yang penting bisa tidur dulu.
Malam itu kami berbincang sejenak dengan
para anggota lainnya, tidak lama kemudian kami memutuskan untuk istirahat ke kamar masing-masing, karena esok masih akan melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
Sarapan dulu... sori yang kehabisan (by om Wike) |
foto seluruh anggota RTS balik Lintim 21 |
Co driver |
Penerus RTS |
Cover boy RTS |
Tunggangan kami |
Ini lokasi sarapan kami |
Pempek Panggang |
Pempek |
Tekwan |
Mie Celor |
Setelah menikmati menu khas kota Palembang
secara kilat perjalanan saya lanjutkan ke
daerah 27 ulu untuk mengambil pempek pesanan kami yang telah kami pesan
melalui Telepon kemarin malam. Om Wike, om Yos, om Anto, om Ade juga ikut memesan. Kami order pempek yang murah meriah atas rekomendasi sepupu saya.
Setelah melewati Masjid Agung perjalanan
agak sedikit mengkhawatirkan, karena jalan yang kami lewati semakin lama makin kecil
dan akhirnya masuk ke dalam sebuah gang kecil yang hanya bisa dilewati 2 mobil
(kadang kurang). Akhirnya saya meminta
bunda berjalan kaki untuk mencari lokasi penjual pempek tersebut Sedangkan saya menunggu di
suatu sudut jalan.
Beberapa saat kemudian telepon saya
berbunyi mengatakan kalau Bunda telah selesai mengambil pempek dan meminta saya
untuk menuju ke lokasi bunda menunggu. Tidak Berapa lama kemudian kami bisa
keluar dari gang kecil tersebut dan selanjutnya menuju ke rumah keluarga yang
belum sempat kami kunjungi semalam, rumahnya berada di sekitar jalan Angkatan 45.
Kami sampai di tujuan dan kemudian mendapati rumah tersebut dalam keadaan
terkunci. Tidak lama kami berada di sana akhirnya kami memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
Ternyata ga ada orang huhuhuhu |
Perjalanan kami mulai dari jalan Angkatan 45 melewati rumah gubernur lanjut menuju jembatan Musi dua dan mengarah ke jalan tol menuju
Indralaya. Setelah melewati jembatan Musi 2 akhirnya kami memutuskan
untuk mengisi bahan bakar dahulu dan kemudian menunggu om wike.
Setelah menghabiskan 2 cangkir es Dawet
ternyata om Wike belum datang . Kami memutuskan melanjutkan perjalanan
menuju arah tol Palembang Indralaya. Kemudian kami berhenti kembali untuk menunggu dan
setelah setengah jam menunggu belum ada kabar dari beliau akhirnya kami
melanjutkan perjalanan menuju rumah makan Pagi Sore yang merupakan
meeting point kami berikutnya dengan anggota rombongan lainnya. Kami harus bertemu
dengan rekan lainnya karena kami membawa beberapa kotak pempek pesanan rekan RTS lainnya.
Mau masuk tol |
Tolnya masih gress |
on the way Pagi Sore |
Area parkir Pagi Sore |
Sekitar 1 jam kami beristirahat di rumah
makan ini kemudian perjalanan dilanjutkan untuk mengejar ketertinggalan kami
dengan rekan-rekan yang lainnya.
Perjalanan kami masih diganggu oleh
jeleknya jalan dan ramainya kendaraan yang melintas di Lintas Timur.
Saya berusaha keras dan sangat sangat keras sekali untuk melewati truk
yang berjalan sangat lambat di lintas ini. Kadang-kadang untuk
melewatinya butuh perjuangan yang ekstra keras. pada saat akan melewati truk , kendaraan dari arah berlawanan tiba-tiba muncul sehingga terpaksa menunggu dulu di belakang truk. Akhirnya setelah
3 jam berkendara mendekati waktu Magrib, kami sampai di sebuah SPBU di daerah Tulang
Bawang untuk bertemu dan bergabung dengan rekan lainnya yang telah duluan masuk
ke SPBU tersebut.
Disini kami juga bertemu denga nte Maya
dan om Heru yang telah duluan bergabung bersama dengan rekan-rekan dari RTS
lainnya. Ada sedikit berita dari om Audit yang ternyata salah mengambil
jalur pada saat melewati pertigaan yang seharusnya berbelok ke kiri ternyata dia
tetap lurus menuju ke jalur Tengah dan akhirnya terpaksa memutar balik menuju
arah yang sesuai dengan jalur yang kami ambil. Berhubung jarak Antara kami
dan om Audit cukup jauh, kami menyarankan om Audit untuk bergabung dengan om Zaki nantinya.
Setelah beristirahat yang cukup dan juga
menikmati makan siang yang dimakan pada saat sore hari akhirnya kami
melanjutkan perjalanan menuju Bakauheni. Bunda juga membeli makan malam
untuk dimakan di mobil didepan SPBU. Berhubung om Heru dan nte maya tidak
menggunakan radio komunikasi, maka mereka kami letakkan di tengah barisan
diantara kendaraan lain yang memiliki radio komunikasi.
Lalu lintas sudah mulai terlihat lengang
akan tetapi para pemudik yang menuju arah Jakarta kadang-kadang terlihat ramai
juga. Kendaraan tidak bisa dikemudikan dengan kencang akibat kondisi jalan yang
kadang-kadang berlubang yang bisa mengakibatkan kerusakan pada kendaraan
sehingga kehati-hatian sangat diperlukan pada kondisi ini. Walaupun kadang kami
lupa kalau jalan juga ada yang jelek. Beberapa kali kami menghantam lubang akan
tetapi tidak separah saat kami melintasi Muara Tembesi. Tidak banyak yang bisa
dilihat dalam perjalanan ini karena kondisi jalan yang gelap dan kami tidak
mengetahui kapan kami melewati desa adat Bali yang berada di daerah
Lampung.
Setelah 3 jam perjalanan ada permintaan untuk berhenti sebentar untuk
memenuhi panggilan alam Kami pun berhenti di sebuah pinggir jalan berhenti di
sebuah masjid pinggir jalan yang gelap. Tidak Berapa lama kemudian saya melihat
kendaraan om Ade melewati dan segera saya memacu kendaraan untuk mengejar om
Ade karena pesanan pempek om Ade masih berada di kendaraan saya. Kalau saya tidak
bertemu dengan om Ade pesanan beliau tidak akan diserahkan.
Bunda menelepon dan menghubungi om Ade, akhirnya om Ade berhenti di sebuah SPBU yang berada di sebelah kanan jalan raya. Saya berhenti kami melakukan transaksi di sebuah pompa yang tidak dipakai di SPBU tersebut. Tidak beberapa lama masuklah sebuah kendaraan. Ada sedikit aneh menurut saya yaitu Avanza dengan menggunakan stiker RTS Mudik Bareng yang dipasang di samping kiri kendaraan. Dikarenakan saya tidak mengenal si pengemudi dari kendaraan tersebut dan juga tidak melihat ke kendaraan kami, akhirnya kami berdua meninggalkan SPBU tersebut. Kami bertemu dengan kendaraan lainnya yang telah duluan Jalan meninggalkan SPBU dan tidak lama kemudian om Rio dan om Wike menginformasikan kalau mereka tertinggal di belakang. Mereka tidak melihat kalau kami telah keluar dari SPBU tersebut dan mereka mengejar kami dan berada di posisi bagian belakang.
Akibat tidak mau ditinggal lagi mereka
masuk ke bagian depan dan memimpin barisan menuju kota Bakauheni. Di sini kami
bisa ber konvoi tanpa terputus akan tetapi beberapa kali kendaraan
dari pemudik lainnya menyalip dan melewati kami.
Perjalanan menuju Bakauheni ditemani
dengan hujan lebat di tengah perjalanan dan ditambah lagi mata ini yang sudah
mulai mengantuk kondisi jalanan yang tidak ada penerangan membuat saya agak
sedikit kesulitan melewati jalan. Ditambah lagi dengan sesudah habis hujan
sehingga kadang-kadang jalan jalan itu tidak tampak dan saya harus menggosok mata
ini untuk menyakinkan bahwa jalanan itu lurus atau berbelok. Alhamdulillah kami masih dilindungi dan
bisa selamat dalam perjalanan menuju ke bakauheni.
Akhirnya kami sampai juga di Bakauheni
sekitar jam 12.00 malam kami tidak langsung masuk menuju ke pelabuhan, tetapi
mesti nyetor ke toilet terdekat. Setelah itu kami jalan beriringan membeli
tiket dan kemudian masuk ke Dermaga 1 untuk mengantri masuk ke kapal. Om Wike telah melewati antrian masuk duluan ke
lambung kapal dan diikuti oleh saya dan om Ade. Alhamdulillah kami beruntung bisa masuk ke atas
geladak kapal melalui ramp karena petugas yang berbaik hati memberikan jalan kepada
kami, dan tidak perlu masuk ke dalam lambung kapal. Posisi kendaraan Saya berada
di depan pintu keluar dari kapal, ini cukup menyenangkan bagi kami, karena pada
saat kami berangkat juga berada di posisi yang sama dan pada saat kami sampai
lagi ke tanah Jawa kami berada tepat di depan pintu keluar kapal.
Sementara anggota lainnya tidak bisa masuk
kedalam kapal yang sama akibat kapal sudah penuh dan terpaksa mereka
dialihkan ke dermaga lainnya.
Ada yang beruntung |
Ternyata kapal ini lumayan cepat, tidak berapa
lama kemudian saya terbangun akibat kapal sudah mau sandar ke dermaga dan bunda telah menggedor-gedor pintu. Saya bersiap-siap
untuk turun dari kapal.
Setelah kapal bersandar dan kami turun
pertama dan kemudian menunggu om Wike dan om Ade di pintu gerbang tol Merak, karena saya dan keluarga harus menuju ke rumah orang tua di
Cilegon terlebih dahulu. Nabil dan kakak ingin menginap di rumah nenek selama
liburan sedangkan saya harus kembali ke Bekasi untuk hari Senin sudah mulai
bekerja seperti biasa.
Setelah berpamitan Kami bertiga memisahkan
diri, saya menuju ke rumah orang tua di Cilegon dan langsung
tidur di kamar setelah menunaikan shalat subuh.
Jam 07.00 pagi, saya dibangunkan oleh Bunda
dikarenakan kiriman kami sudah sampai di terminal Pulogebang dan kami harus
mengambil paket tersebut dikarenakan mobil bus yang membawa paket kami kemungkinan
akan berputar balik menuju ke arah Padang. Mereka tidak mempunyai loket di
Pulogebang Jadi paket disimpan dalam mobil bus yang parkir di belakang terminal.
Langsung saja saya bergegas berpamitan
dengan orang tua dan anak-anak untuk menuju balik ke Bekasi.
Kali ini saya dan Bunda hanya berdua
menuju ke kota Bekasi dan jam 09.00 pagi saya sampai di terminal Pulogebang, tidak lama mencari, kami menemukan kendaraan bus yang sedang diperbaiki oleh
mekanik atau kenek. Ternyata bus tersebut tidak bisa
putar balik akibat harus melakukan servis terlebih dahulu.
Setelah mengambil paket yang dimaksud,
kami melanjutkan perjalanan menuju rumah dan keluar di pintu tol Jatiasih di
tengah perjalanan kami ingat kalau di sini ada warung ketupat sayur Padang
yang pernah diceritakan oleh om Yandri.
Penjual ketupat yang berada di area pool bus di daerah komsen Jatiasih,
tidak susah untuk ditemukan. Saya dan Bunda kemudian menikmati menu sarapan pagi
kami hari ini.
Akan tetapi saya menilai lontong Padang eh ketupat sayur cuy....yang dijual oleh penjual ini tidak termasuk dalam klasifikasi untuk direkomendasikan. Rasanya yang terkesan biasa saja dan tidak ada kerupuk tambahan seperti kerupuk
singkong, namun khas nya tersedia bakwan udang dan peyek udang.
Ini yang jual |
Oleh-oleh dari kampung ringan dan makan tempat kecuali beras |
Alhamdulillah perjalanan kami tanpa kurang satu apapun, kecuali ada beberapa kecelakaan yang menimpa rekan seperjalanan kami.
Terima kasih kepada rekan-rekan RTS telah melakukan perjalanan bareng bersama kami baik dalam waktu mudik maupun
dalam waktu balik. Semoga perjalanan kita menjadi pengalaman yang menyenangkan
dan bisa kita ingat bersama-sama dan Semoga di tahun depan kita diberi umur
oleh Allah sehingga bisa mengulang kembali perjalanan mudik dengan cerita yang
lain Insya Allah.
Final Tertimony:
Thank you once again for colorful memory you gave to us to all RTS 21.... Akibat sudah balik lagi ke tanah rantau saya jadi malas ambil gambar. Jadi terima kasih atas sumbangan rekan-rekan RTS lainnya.
Kondisi Jalan:
Kampung - Muaro Bungo : Kondisi masih bisa dibawa kencang
Muara Bungo - Palembang : Kondisi jalan bervariasi dan hati-hati jalan berlobang
Palembang - Bakauheni : Hampir sama dengan Bonga - Palembang tapi lebih sedikit jalan berlobang walau kadang kena jebakan betmen juga.
Biaya :
Untuk biaya Balik dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Snack (Jatah Rp. 150rb)
2. Makan (Budget 300rb tergantung kita saja)
3. Bahan bakar (kurang lebih 700-850rb untuk ertiga mau ngitung lupa mulu). cara bawa mobil main bejek aja. wajar boros.
4. Menginap (jika menginap) (budget 500rb)
5. Kapal penyeberangan (374rb)
6. Tambahan buat tol parkir dll (200rb)
Jadi kurang lebih ada sekitar Rp. 2.5juta biaya total pengeluaran selama diperjalan kita sudah sampai di depan rumah. Bandingkan dengan pesawat yang kalau saya berempat saja sekali jalan minimal 7juta rupiah.....
Memang semua ada plus minusnya. Tergantung kita moda transportasi mana yang akan kita pilih. Itu semua tergantung pilihan kita.