RTS Balik Bareng 21 - Goes to Lintas Timur Sumatra

1:52:00 PM


Pada saat mudik saya dan om Wike berdiskusi mengenai jalur yang akan kami lewati pada saat balik nantinya. Belum sampai tujuan saja sudah membahas buat balik hadeh..... Awalnya saya ingin mencoba jalur lintas tengah favorit saya dulu, akan tetapi om Wike ingin mencoba jalur lintas timur, karena belum pernah mencoba jalur lintas timur tersebut. Seperti yang telah saya uraikan sebelumnya entah itu kapan hihihiiii, Saya kurang menikmati berkendara di jalur lintas ini. Ini pernah kami lakukan pada saat kami balik dari kampung 2 tahun yang lalu dengan om Ial dan om Aril. Walau jalannya lebih baik dari tengah pada saat itu, pada saat itu loh yah bukan saat sekarang. Tetapi kemudian saya berpikir, tidak ada salahnya kalau kami mencoba lagi jalur tersebut, karena sudah 2 tahun berselang.
Jalur Lintas Timur Sumatra
Setelah mendekati hari keberangkatan balik ke tanah Jawa, waktu berjalan dengan sangat cepat. Tidak terasa sudah tanggal 20 Juni 2018. Keesokan harinya kami sudah harus meninggalkan kampung halaman. Kami masih harus menunggu 1 tahun lagi untuk bisa kembali mudik, kalau Allah mengizinkan.

Saya mulai mempersiapkan kelengkapan perjalanan balik kami. Mulai memasang roofbox dan mulai mengatur posisi barang didalam kabin. Untuk barang-barang didalam box akan saya masukan besok saja, masih malas hati ini untuk menghadapi kenyataan kalau mesti berkerja keras setahun kedepan huhuhu.

Keesokan harinya, hari terakhir kami dirumah kampung. Rencana kami akan berangkat pada sore hari. Ini merupakan kali pertama kami balik pada sore hari. Kami selalu balik dari kampung pada malam hari jam 10 malam. Baik dari Padang maupun Bukittingi. Akan tetapi demi masuk ke Palembang nya siang kami percepat waktu keberangkatan. Tujuan tidak lain untuk menikmati wisata kuliner di kota Palembang dan waktu istirahat di hotel juga tidak terganggu.

Barang barang telah masuk semua kedalam roofbox dan juga kabin. Hari ini kembali saya tidak bisa istirahat dengan tenang sebelum berangkat dikarenakan adanya kejadian diluar rencana yang mesti diurus. Barang baru mulai dimasukkan kedalam roofbox mulai jam 12 siang dan selesai jam 1 siang. Setelah selesai memasukan barang saya langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur. Mata ini ngantuk sekali.
Om Ade sudah on fire mau jelajah lintas timur
Akhirnya waktu itu datang. Kami harus kembali ke dunia nyata, kalau kami hidup di tanah rantau. Kami meninggalkan rumah di kampung halaman pada jam 14.20 siang. Telat 20 menit dari jadwal. Entah mengapa sudah direncanakan dari awal akan tetapi berangkat tetap saja molor.

Check poin pertama yang harus dicapai adalah mesjid Rao Rao. Saya berjanji dengan om Zaki kalau akan bertemu disini. Perjalanan dari kampung menuju mesjid, kami harus menyeberang jalan raya Bukittinggi - Payakumbuh di daerah  baso yang  terkenal sangat macet pada saat libur lebaran. Untuk menghindari kemacetan di jalan utama saya mencoba jalur alternatif yang nantinya keluar pas 50 meter dari simpang baso.

Perjalanan masuk dari simpang baso ke warung orang tua om Werry bisa dicapai dalam 1 jam. Jalanan kecil dan bagus , tidak menggangu saya untuk bisa mencapai kedainya orang tua om Werry. Sebelum jam 3 sore saya dan keluarga telah sampai di kedai kopi orang tua om Werry. Ternyata om Zaki dan gangs telah menunggu kami.

Tentu saja kami tidak ingin melewatkan kesempatan menikmati kopi kawa daun di warung kopi milik orang tuanya om Werry (bunda sih yang suka saya hanya menikmati dinginnya suasana saja). Di sini kami  beristirahat sekitar 30 menit. Setelah beramah tamah dengan orang tuanya om Werry  kami pun melanjutkan perjalanan menuju Lintas Sumatera. Terima kasih untuk buah tangan yang diberikan oleh orang tua om Werry. It was a delicious gorengan gan……

Perjalanan menuju kota Batusangkar agak sedikit tersendat sehingga om Zaki mencoba mencari jalan alternatif menuju kota Batusangkar. Walaupun melewati jalan alternatif akan tetapi kemacetan tetap dihadapi saat kami melewati istana baso Pagaruyung. Setelah melewati istana perjalanan relatif lancar dan lalu lintas pun terlihat lengang.

Akhirnya kami bertemu juga dengan Jalan Lintas Sumatera. Disana saya melakukan pengisian bahan bakar untuk persiapan melakukan perjalanan jauh melintasi Lintas Timur Sumatera. Setelah melakukan pengisian bahan bakar, Saya di minta untuk menjadi Road Captain leh om Zaki akan tetapi sebenarnya saya tidak mau karena apabila saya yang menjadi RC biasanya saya ugal-ugalan bawa mobil. 

Benar saja setelah saya menjalani posisi sebagai road kapten saya meninggalkan dua orang pengikut saya di belakang. Sementara bunda marah-marah di dalam mobil karena seperti biasa saya membawa mobil sangat kencang dan ugal-ugalan. Ini tidak lain dilakukan karena para teman yang satu jalur dengan kami telah menunggu di restoran umega.  Ternyata mereka sudah dari jam 17.00 tadi sampai di restoran ini dan dengan sabar menunggu kami yang sangat terlambat  sekali..
Sebagian sudah menunggu dari hari masih terang (by om Audit)
Lalu lintas di jalan lintas Sumatera menuju Rumah Makan Umega terlihat ramai lancar beberapa kali kami harus melewati para pengendara lain yang berjalan lambat. Mayoritas kendaraan di jalanan saat itu kendaraan pribadi. Ada juga truk yang menghambat perjalan kami.

Pada jam 19.00 akhirnya kami sampai di restoran favorit saya yaitu restoran Umega. Kami langsung melaksanakan sholat dulu sebelum makan malam nantinya. om Rio dan 5 kendaraan lainya sudah jalan duluan. om Rio, om Yos, om Anto, om Agus, om Audit, jalan duluan akibat kelamaan menunggu kami yang delay sampai di meeting poin. Sedangkan om Ade dan om Wike tetap setia menunggu kami berdua. 
Om Zaki dan pasukannya sedang makan malam...
Setelah beristirahat makan dan sholat, kemudian kami berempat mulai menyusun barisan untuk memulai perjalan balik. om Ade didampuk sebagai RC pada kesempatan kali ini. Perjalanan menuju Muaro Bungo di pimpin oleh om Ade dengan lancar karena jalan yang mulus dan kami sedikit keteteran menghadapi mesin mobil om Ade yang 2000 cc. Ngacir habis cuy……

Di sebuah pertigaan di Muara Bungo kami berbelok ke kiri menuju Muara Tebo. Meeting poin kami berikutnya adalah rumah makan lesehan Bima. Rumah makan ini di rekomendasikan oleh salah satu member RTS yang melewati jalur lintas timur beberapa hari sebelum kami.
Akhirnya kami berkumpul sebelum berpisah lagi
Perjalanan lebih dari 100 km kami tempuh dalam 1,5 jam. Kami mendarat di pondok lesehan Bima pada pukul 23.35 malam. Kelima rekan saya yang lain telah duluan sampai disini. Tidak beberapa lama kami sampai, om Rio dan lima rekan lainnya meninggalkan Pondok lesehan Bima untuk melanjutkan perjalanan. Sedangkan saya sendiri, om wike, om Zaki dan om Ade masih ingin beristirahat di rumah makan ini. om Zaki langsung saja mengambil posisi tidur di dalam mobil soalnya sekarang dia single driver berbeda dengan saat mudik kemaren yang punya supir cadangan. Sedangkan saya dan om Wike tidur di dalam rumah makan karena di dalam rumah makan lesehan ini disediakan ruangan untuk tidur bagi para driver. 

Walau telah dipejamkan mata ini tidak bisa tidur karena memang dalam pikiran masih jauh perjalanan ini. Begitu juga dengan om Wike yang tidak bisa tidur walaupun matanya Sudah terpejam. Ditambah lagi perut ini yang masih dalam masa penyembuhan akibat makan terlalu banyak selama dikampung. Setelah setengah jam beristirahat, Kami berempat melanjutkan perjalanan untuk mengejar ketertinggalan kami dengan kelima rekan lainnya yang telah duluan meninggalkan lesehan ini. 

Kali ini pimpinan rombongan diambil alih oleh om  Wike. Pejalanan mulai dari rumah makan menuju next destinasi berikutnya, kami melewati jalan yang bervariasi mulai dari jalan Bagus, berlubang dan sangat-sangat dalam lubangnya. Sampai di suatu ketika mobil om Wike menghantam lubang dan  dia menginformasikan kepada kami untuk berhati-hati. Perjalanan menuju ke kota Jambi pada saat itu kondisi jalanan hampir bisa dikatakan tanpa penerangan jalan, hanya mengandalkan lampu kendaraan saja yang bisa menyinari jalan sehingga bagi kendaraan Ertiga yang lampunya kurang terang bisa menyebabkan tidak terlihat jelasnya jalan yang berlubang seperti yang dialami oleh om Wike.

Sungguh sangat capek sekali melewati jalan menuju kota Jambi di Google Map perjalanan kami hanya berjarak 3 jam lagi perjalanan menuju kota Jambi, akan tetapi dengan kondisi jalanan yang berlubang dan bergelombang sangat tidak memungkinkan perjalanan ditempuh dalam 3 jam perjalanan. Ditambah lagi kondisi mata yang sudah mengantuk akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke sebuah SPBU yang ternyata di dalamnya sudah ada lima kendaraan RTS lain yang telah masuk duluan untuk beristirahat. Sebelum sampai disini saya sempat menabrak seekor kucing yang menyeberang secara  tiba-tiba dan alhamdulillah kucingnya selamat tanpa kurang satu apapun (kata om Zaki sih).  Awalnya Saya sedikit parno juga soalnya saya belum pernah menabrak kucing.

Dua jam kami Istirahat di SPBU ini, saya sendiri langsung tertidur di dalam kendaraan, ada juga yang menggelar tikar di depan kantor SPBU. Sekitar jam 04.00 pagi kami bergerak meninggalkan SPBU ini mencari masjid untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Di SPBU ini tidak memungkinkan melaksanakan sholat Subuh karena tidak tersedia air bersih untuk dijadikan air wudhu. Kali  ini rombongan sudah menjadi formasi lengkap dengan 9 kendaraan. 

Sebenarnya masih ada dua kendaraan lagi yang akan menyusul kami yaitu kendaraan teman om Zaki yang ingin juga bergabung bersama kami akan tetapi karena jarak yang jauh terpaksa kami meninggalkan mereka dengan harapan mereka bisa bergabung bersama kami nantinya. Om Ade, om Anto, om Yos, om Audit, om Rio, om Agus, saya sendiri,  om Zaki dan om Wike adalah formasi kami saaat itu yang akan berjalan bersama menuju kota Jambi. Ternyata tidak berjalan deng, tapi berkonvoi dengan menggunakan mobil kalau berjalan kaki kapan sampainya hehehe.

Setelah 1 jam perjalanan melewati jalan yang bervariasi mulai dari jelek, bagus dan sangat jelek. Akhirnya kami bisa menemukan sebuah masjid dengan parkiran yang luas sehingga semua kendaraan rombongan kami bisa masuk dan parkir di halaman masjid tersebut. Di saat kami sampai di masjid sebenarnya lampu masjid sudah dimatikan karena para jemaah sudah meninggalkan masjid untuk pulang ke rumah masing-masing, akan tetapi karena kami datang dalam jumlah rombongan yang banyak Para pengurus masjid menyalakan kembali lampu masjid. Terima kasih pak.

Kami melaksanakan ibadah shalat subuh secara bergantian mulai dari bapaknya terlebih dahulu kemudian menyusul ibu-ibu dan anak-anak. Saya sedikit mendapatkan waktu istirahat untuk melakukan recovery stamina saya yang telah terkuras dalam mengemudikan mobil semalaman penuh. Sewaktu sedang mengobrol dengan om Yos dan om lainnya Saya melihat banyaknya konvoi truk sawit yang melewati kami padahal untuk melewati mereka sebelumnya membutuhkan tenaga. Om Wike melaporkan kalau bannya mengalami benjolan akibat menghantam lubang yang dilewati tadi malam. Akhirnya jalur lintas Timur Sumatera dapatkan korbannya.

Konvoi saat pagi menjelang
Matahari sudah malu-malu muncul
Pada jam 05.30 pagi, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Jambi. Kali ini RC diambil alih oleh om Rio. Jalanan menuju kota Jambi seperti jalan jalan sebelumnya bervariasi mulai dari jalan mulus, berlubang dan bergelombang, om Rio mengingatkan kami berhati-hati dalam memilih jalur dan menginformasikan kepada para peserta lainnya. 
Kondisi jalan setelah Muara Bungo (credit RTS member)

Still jelek (RTS member also

Why always jelek jalannya (RTS member pic.)

Mendekati kota jambi, kami tidak mengambil jalur menuju Tempino yang sebenarnya jaraknya lebih dekat namun jalannya lebih parah dan banyak lobang besar. Seperti halnya 2 tahun yang lalu kondisi jalanan saat ini masih sama seperti dulu, jadi belum ada perubahan yang signifikan pada jalur ini. Tebak kenapa jalur ini seperti dibiarkan rusak dan tidak ada perbaikan. Kembali kemalangan menimpa salah satu anggota konvoi kami. Om Agus yang menggunakan kendaraan rakitan asal negara Korea, kaca spion nya disenggol oleh kendaraan tangki bahan bakar yang berkendaraan secara ugal-ugalan. 

Kami lebih memilih untuk melewati kota Jambi walaupun tidak masuk sampai ke pusat kotanya, dan beristirahat di sebuah SPBU di persimpangan sebelum masuk kota Jambi. Area parkir yang besar pada SPBU  ini memfasilitasi rombongan RTS untuk bisa beristirahat di sini. Kami beristirahat di SPBU ini selama 1 jam untuk meluruskan kaki dan juga untuk melakukan sarapan pagi yang menunya telah kami bawa dari rumah. Om Agus kemudian meminta izin meninggalkan rombongan untuk memperbaiki kaca spionnya yang rusak dihantam oleh kendaraan tangki bahan bakar sedangkan om Wike juga meminta izin untuk mengganti ban di tambal ban terdekat. Tidak lama kemudian om Wike sudah  kembali bergabung dengan rombongan. Saat ini tinggal sisa 8 kendaraan yang akan berkonvoi menuju kota Palembang.
Kondisi jalan ada tambalan

Jalan mulus

Mulus plus biker
Perjalanan menuju kota Palembang jalannya Sebenarnya enak untuk dilalui naik turun akan tetapi kita perlu mewaspadai lubang yang kadang tiba-tiba muncul pada turunan jalan. Kadang saat sedang enaknya memacu kendaraan tiba-tiba muncul lobang sehingga susah menghindari dan terpaksa dihantam. Jadi kecepatan dan kehati-hatian sangat perlu dijaga di perjalanan dari Jambi menuju ke Palembang. Juga banyaknya truk truk besar yang sangat sangat menghambat perjalan.

Perjalanan normal dari Jambi menuju Palembang bisa ditempuh dalam waktu 5 sampai 6 jam. Itu kalau keadaan normal akan tetapi jika kita sedang berkonvoi seperti ini dijamin molor. Bukan apa apa ini lebih dikarenakan kondisi ramainya lalu lintas dan banyaknya kami harus berhenti untuk istirahat.
Kerjaan bunda dijalan
Kami melanjutkan perjalanan menuju Tempino-Bayung Lincir dan Sungai Lilin. Perjalanan kami tempuh dalam waktu 3 jam dan 30 menit dengan melewati berbagai hambatan. Mulai dari truk yang berjalan pelan, jalanan yang rusak dan penduduk local yang mengendarai motor pada jalur tengah dan sangat menghambat laju kendaraan.

Menjelang siang kami sampai disebuah SPBU yang mempunyai masjid dibelakangnya. Alhamdulillah kami masih bisa istirahat dahulu sebelum melakukan ibadah sholat Jum'at. Karena  sudah tidak bulan puasa lagi Jadi kami bisa makan sepuasnya di masjid ini ditambah lagi ada yang menjual makanan di depan masjid. Mendekati jam 12.00 area masjid sudah disterilkan dari para pemudik yang beristirahat. Kemudian saya mengambil air wudhu untuk melakukan shalat Jumat.
Ini diambil dari teras mesjid (adem bener)
Setelah melakukan sholat Jumat kegiatan dilanjutkan dengan makan siang bersama di teras masjid again…..Om Zaki mulai dengan membuka barang bawaannya. Berbagai macam menu terhampar di teras masjid dan saya hanya mencicipi kerupuk kulit yang dibawa dari kampung om Zaki ditambah beberapa menu lainnya dengan malu-malu saya nikmati hahahaha……tapi dendeng terus  menarik hati ini untuk mencicipi  tapi malu untuk memakannya.

Selesai makan kami melanjutkan perjalanan sekitar jam 02.00 siang.  kami menuju ke kota Palembang. Jalur menuju kota Palembang semakin lama kendaraan semakin ramai sehingga kami kesulitan untuk berjalan beriringan. Rombongan terpecah menjadi berapa bagian.

Setelah 2 jam perjalanan menuju kota Palembang. Di suatu daerah sekitar 11 km sebelum kota Palembang saya berjalan beriringan dengan rombongan akan tetapi karena kondisi lalu lintas, saya sempat terputus rombongan  dengan om Wike. 
Kalau sudah liat ini berarti Palembang sudah dekat
Tiba-tiba telepon bunda berbunyi dan Ayesha anaknya om Wike menginformasikan kalau mereka ditabrak dari belakang oleh kendaraan lain. Saya langsung berputar arah menuju ke tempat kejadian ternyata di tempat kejadian rekan-rekan lainnya telah berkumpul untuk membantu.

Supir travel yang juga berasal dari Minang bersikukuh tidak mau membayar lebih dari Rp 500.000. Padahal kalau ditaksir dari kerusakan kendaraan harganya melebihi dari harga yang bisa dibayarkan oleh sopir tersebut. Dari informasi yang didapat ditaksir perbaikan kerusakan mencapai sekitar 2,4 juta.

Karena si supir tetap tidak mau membayar dan terus 'bertele-tele' akhirnya kami memutuskan untuk melaporkan hal ini ke kepolisian dan menahan SIM dari si sopir supaya tidak melarikan diri. Awalnya dia tidak mau karena yang berhak menerima adalah kepolisian tapi dengan berbagai cara,  kami akhirnya bisa menahan SIM sopir tersebut dan berhasil membawa kendaraan tersebut ke Polsek Sukarame yang berada tidak jauh dari lokasi tersebut. 

Ada kejadian lucu saat kami menuju kantor Polisi. Kami ingin melaporkan masalah ini ke Polisi akan tetapi kami tidak tahu dimana kantor Polisi terdekat. Bagaimana lapor ke Polisi kantornya saja tidak tahu. Bisa muter-muter ga jelas nanti. Bunda memutuskan bertanya kepada seorang anak muda yang tampangnya mirip dilan yang sedang duduk di pinggir jalan dan ternyata Alhamdulillah kalau Polsek berada tidak jauh dari lokasi kami berhenti. 

Akhirnya rombongan  kami menuju sebuah ruko kosong di sebelah Polsek Sukarami untuk menunggu om Wike melaporkan kejadian ke kantor polisi, saat itu hanya om Wike dan kendaraan yang penabrak saja yang masuk kedalam Polsek Sukarami. Ternyata  untuk melaporkan kejadian ini kami tidak berada pada tepat yang seharusnya, ternyata kami harus melaporkan di kantor Laka Lantas. Kebetulan kantor Laka Lantas berada di persimpangan flyover bandara sekitar 100 meter dari lokasi kami.

Kemudian beramai-ramai kami menuju ke lokasi kantor laka lantas yang ditunjukkan oleh polisi Polsek Sukarami. Kami mencoba menemani om  Wike masuk ke dalam kantor polisi tersebut, Akan tetapi Polisi mempersilakan kami menunggu diluar, hanya pihak yang bertikai  saja diperbolehkan berada di dalam.

Tidak lama datanglah seorang berpakaian hitam menanyakan kepada kami di mana pihak-pihak yang berurusan. Setelah mendapat informasi dari kami orang tersebut masuk ke kedalam ruangan dimana om Wike dan Penabrak berada. Saya berpikir pasti sebentar lagi ini orang akan diusir keluar oleh Polisi akan tetapi pikiran saya salah. Orang ini keluar hanya karena menelpon seseorang, dia terlihat sibuk menelpon dari waktu ke waktu.

Setelah selesai menelpon orang tersebut memanggil sopir travel yang menabrak om Wike. Dia sempat memaki-maki si sopir dan mengancam agar merperbaiki kendaraan om Wike. Si sopir diam tanpa jawaban dan akhirnya saya tahu kalau orang yang berbaju hitam tersebut adalah polisi juga dan beliau juga salah satu anggota dari klub Ertiga di wilayah Palembang. 

Akhirnya urusan ditangani dengan baik oleh Bapak berbaju hitam tersebut dengan kesepakatan si penabrak wajib membayar Rp 1.000.000 sebagai jaminan dan keesokan harinya akan ke asuransi untuk memasukkan kerusakan mobil om Wike sebagai pihak ketiga pada asuransi mobil travelnya.

Di area tunggu mobil anak-anak dan para istri-istri kami menunggu dengan setianya yaitu di area parkir ruko kosong tadi. Ibu-ibu terlihat duduk dipinggir jalan  sembari bersilaturahmi sementara anak-anak sibuk berlarian di luar kendaraan. Terasa sekali kebersamaan dari anggota rts ini mereka menunggu dengan sabar sampai semua urusan kami selesai. Setelah urusan selesai kemudian perjalanan akan kami lanjutkan menuju ke hotel. akan tetapi om yang membantu urusan om Wike tadi dari ERCI Palembang meminta kami untuk bergabung melakukan kopdar singkat bersama mereka di sebuah rumah makan. Awalnya kami menolak, karena badan ini sudah berasa tidak enak akibat tidak mandi hehehehe dan juga kecapean. Akan tetapi demi menghormati tuan rumah kami semua mengikuti ERCI Palembang untuk kopdar di sebuah warung baso. Parahnya kami dibawa lagi melewati lokasi tempat Dimana terjadinya kecelakaan om Wike tadi.

Ternyata lokasinya tidak jauh dari lokasi kecelakaan tadi dan kebetulan tempat parkirnya luas sekali. Kami ngobrol bersama teman-teman ERCI Palembang, sementara para anak-anak dan istri menikmati bakso dan mie ayam yang dipesan. Sementara om Wike dan salah satu rekan dari Palembang mencari hotel tempat kami akan menginap berhubung sudah larut malam jadi kami memutuskan mencari hotel yang murah meriah saja. 
Foto bareng dulu dengan Kechap ERCI Palembang
Setelah selesai makan akhirnya kami pun berpamitan menuju hotel untuk beristirahat. Terimakasih Untuk ERCI Palembang atas jamuan makannya dan juga terima kasih atas bantuannya kepada salah satu anggota RTS sehingga kami bisa melanjutkan perjalanan dengan tenang. 

Kami menuju ke hotel yang dimaksud, Hotel Sukarami yang berada tidak jauh dari lokasi kami makan dan hotelnya pun mirip mirip dengan hotel yang biasa dipakai untuk anak-anak muda hihihi. Yang penting bisa tidur dulu.

Malam itu kami berbincang sejenak dengan para anggota lainnya, tidak lama kemudian kami  memutuskan untuk istirahat ke kamar masing-masing, karena esok masih akan  melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
Sarapan dulu... sori yang kehabisan (by om Wike)

foto seluruh anggota RTS balik Lintim 21

Co driver

Penerus RTS

Cover boy RTS

Tunggangan kami
Keesokan harinya jam 08.00 pagi kami memulai perjalanan kami menuju Jakarta, Karena urusan om Wike belum selesai. Saya menemani om Wike menuju kantor asuransi dari mobil travel yang berada di sekitar Jalan Rajawali,  sedangkan rekan-rekan yang lain ada yang langsung menuju tol dan ada juga yang ingin menikmati kota Palembang terlebih dahulu.
Ini lokasi sarapan kami

Pempek Panggang

Pempek

Tekwan

Mie Celor
Setelah mengantar om Wike ke Jalan Rajawali, saya dan keluarga menuju ke lapangan Hatta untuk menikmati kuliner khas kota Palembang. Tidak lengkap rasanya kalau ke Palembang Cuma lewat saja. Alhamdulillah ternyata sudah banyak penjual makanan yang sudah buka mulai dari mie celor, tekwan, pempek panggang pempek, akan tetapi sayang sekali es kacang merah belum buka. Terpaksa mimpi untuk meminum es kacang merah dikubur dahulu.

Setelah menikmati menu khas kota Palembang secara kilat  perjalanan saya lanjutkan ke daerah 27 ulu untuk mengambil pempek pesanan kami yang telah kami pesan melalui Telepon kemarin malam. Om Wike, om Yos, om Anto, om Ade juga  ikut memesan. Kami order pempek yang murah meriah atas rekomendasi sepupu saya.  Setelah melewati Masjid Agung perjalanan agak sedikit mengkhawatirkan, karena jalan yang kami lewati semakin lama makin kecil dan akhirnya masuk ke dalam sebuah gang kecil yang hanya bisa dilewati 2 mobil (kadang kurang).  Akhirnya saya meminta bunda berjalan kaki untuk mencari lokasi penjual pempek tersebut Sedangkan saya menunggu di suatu sudut jalan. 
Ini dia lokasi penjual pempek 

Beberapa saat kemudian telepon saya berbunyi mengatakan kalau Bunda telah selesai mengambil pempek dan meminta saya untuk menuju ke lokasi bunda menunggu. Tidak Berapa lama kemudian kami bisa keluar dari gang kecil tersebut dan selanjutnya menuju ke rumah keluarga yang belum sempat kami kunjungi semalam, rumahnya berada di sekitar  jalan Angkatan 45. 
Ternyata ga ada orang huhuhuhu
Kami sampai di tujuan dan kemudian mendapati rumah tersebut dalam keadaan terkunci. Tidak lama kami berada di sana akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.

Perjalanan kami mulai dari jalan Angkatan 45 melewati rumah gubernur lanjut menuju jembatan  Musi dua dan mengarah ke jalan tol menuju Indralaya.  Setelah melewati jembatan Musi 2 akhirnya kami memutuskan untuk mengisi bahan bakar dahulu dan kemudian menunggu om wike. 

Setelah menghabiskan 2 cangkir es Dawet ternyata om Wike belum datang . Kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju arah tol Palembang Indralaya.  Kemudian kami berhenti kembali untuk menunggu dan setelah setengah jam menunggu belum ada kabar dari beliau akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju rumah makan Pagi Sore yang merupakan meeting point kami berikutnya dengan anggota rombongan lainnya. Kami harus bertemu dengan rekan lainnya karena kami membawa beberapa kotak pempek pesanan rekan RTS lainnya.
Mau masuk tol

Tolnya masih gress
on the way Pagi Sore
Setelah memberitahu om Wike kalau kami akan menunggu di restoran Pagi Sore, saya memacu kendaraan di jalan tol menuju Indralaya. Di jalan tol kecepatan bisa dikebut karena jalan tol masih baru dan masih mulus. Kami keluar tol di pintu tol Indralaya. Perjalanan masih tersendat akibat kecilnya jalan menuju ke Kayu agung dan banyaknya truk juga menghambat perjalanan kami. Perjuangan keras saya akhirnya berakhir setelah saya memasuki area parkir rumah makan pagi sore. Kalau dari segi kualitas jalan  jalur ini masih lumayan dibandingkan dengan jalan yang kami lewati semalam.
Area parkir Pagi Sore
Saya masih sempat bertemu dengan om Rio, om Yos dan om Anto. Alhamdulillah bunda sempat menyerahkan titipan mereka sebelum mereka melanjutkan perjalanan kembali. Saya dan om Zaki memutuskan menunggu om Wike yang masih dalam perjalanan menuju ke arah rumah makan ini. 

Sekitar 1 jam kami beristirahat di rumah makan ini kemudian perjalanan dilanjutkan untuk mengejar ketertinggalan kami dengan rekan-rekan yang lainnya. 

Perjalanan kami masih diganggu oleh jeleknya jalan dan ramainya kendaraan yang melintas di Lintas Timur. Saya berusaha keras dan  sangat sangat keras sekali untuk melewati truk yang berjalan sangat lambat di lintas ini. Kadang-kadang untuk melewatinya butuh perjuangan yang ekstra keras. pada saat akan melewati truk , kendaraan dari arah berlawanan tiba-tiba muncul sehingga terpaksa menunggu dulu di belakang truk. Akhirnya setelah 3 jam berkendara  mendekati waktu Magrib,  kami sampai di sebuah SPBU di daerah Tulang Bawang untuk bertemu dan bergabung dengan rekan lainnya yang telah duluan masuk ke SPBU tersebut.

Disini kami juga bertemu denga nte Maya dan om Heru yang telah duluan bergabung bersama dengan rekan-rekan dari RTS lainnya. Ada sedikit berita dari om Audit yang ternyata salah mengambil jalur pada saat melewati pertigaan yang seharusnya berbelok ke kiri ternyata dia tetap lurus menuju ke jalur Tengah dan akhirnya terpaksa memutar balik menuju arah yang sesuai dengan jalur yang kami ambil. Berhubung jarak Antara kami dan om Audit cukup jauh, kami menyarankan om Audit untuk bergabung dengan om Zaki  nantinya.

Setelah beristirahat yang cukup dan juga menikmati makan siang yang dimakan pada saat sore hari akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Bakauheni. Bunda juga membeli makan malam untuk dimakan di mobil didepan SPBU. Berhubung om Heru dan nte maya tidak menggunakan radio komunikasi, maka mereka kami letakkan di tengah barisan diantara kendaraan lain yang memiliki radio komunikasi. 

Lalu lintas sudah mulai terlihat lengang akan tetapi para pemudik yang menuju arah Jakarta kadang-kadang terlihat ramai juga. Kendaraan tidak bisa dikemudikan dengan kencang akibat kondisi jalan yang kadang-kadang berlubang yang bisa mengakibatkan kerusakan pada kendaraan sehingga kehati-hatian sangat diperlukan pada kondisi ini. Walaupun kadang kami lupa kalau jalan juga ada yang jelek. Beberapa kali kami menghantam lubang akan tetapi tidak separah saat kami melintasi Muara Tembesi. Tidak banyak yang bisa dilihat dalam perjalanan ini karena kondisi jalan yang gelap dan kami tidak mengetahui kapan kami melewati desa adat Bali yang berada di daerah Lampung. 

Setelah 3 jam perjalanan ada  permintaan untuk berhenti sebentar untuk memenuhi panggilan alam Kami pun berhenti di sebuah pinggir jalan berhenti di sebuah masjid pinggir jalan yang gelap. Tidak Berapa lama kemudian saya melihat kendaraan om Ade melewati dan segera saya memacu kendaraan untuk mengejar om Ade karena pesanan pempek om Ade masih berada di kendaraan saya. Kalau saya tidak bertemu dengan om Ade pesanan beliau tidak akan diserahkan.

Bunda menelepon dan menghubungi om Ade, akhirnya om Ade berhenti di sebuah SPBU yang berada di sebelah kanan jalan raya. Saya berhenti kami melakukan transaksi di sebuah pompa yang tidak dipakai di SPBU tersebut. Tidak beberapa lama masuklah sebuah kendaraan. Ada sedikit aneh menurut saya yaitu Avanza dengan menggunakan stiker RTS Mudik Bareng yang dipasang di samping kiri kendaraan. Dikarenakan saya tidak mengenal si pengemudi dari kendaraan tersebut dan juga tidak melihat ke kendaraan kami, akhirnya kami berdua meninggalkan SPBU tersebut. Kami bertemu dengan kendaraan lainnya yang telah duluan Jalan meninggalkan SPBU dan tidak lama kemudian om Rio dan om Wike menginformasikan kalau mereka tertinggal di belakang. Mereka tidak melihat kalau kami telah keluar dari SPBU tersebut dan mereka  mengejar kami dan berada di posisi bagian belakang.

Akibat tidak mau ditinggal lagi mereka masuk ke bagian depan dan memimpin barisan menuju kota Bakauheni. Di sini kami bisa ber konvoi tanpa terputus akan tetapi beberapa kali kendaraan dari pemudik lainnya menyalip dan melewati kami.

Perjalanan menuju Bakauheni ditemani dengan hujan lebat di tengah perjalanan dan ditambah lagi mata ini yang sudah mulai mengantuk kondisi jalanan yang tidak ada penerangan membuat saya agak sedikit kesulitan melewati jalan. Ditambah lagi dengan sesudah habis hujan sehingga kadang-kadang jalan jalan itu tidak tampak dan saya harus menggosok mata ini untuk menyakinkan bahwa jalanan itu lurus atau berbelok. Alhamdulillah kami masih dilindungi dan bisa selamat dalam perjalanan menuju ke bakauheni. 

Akhirnya kami sampai juga di Bakauheni sekitar jam 12.00 malam kami tidak langsung masuk menuju ke pelabuhan, tetapi mesti nyetor ke toilet terdekat. Setelah itu kami jalan beriringan membeli tiket dan kemudian masuk ke Dermaga 1 untuk mengantri masuk ke kapal.  Om Wike telah melewati antrian masuk duluan ke lambung kapal dan diikuti oleh saya dan om Ade. Alhamdulillah kami beruntung bisa masuk ke atas geladak kapal melalui ramp karena petugas yang berbaik hati memberikan jalan kepada kami, dan tidak perlu masuk ke dalam lambung kapal. Posisi kendaraan Saya berada di depan pintu keluar dari kapal, ini cukup menyenangkan bagi kami, karena pada saat kami berangkat juga berada di posisi yang sama dan pada saat kami sampai lagi ke tanah Jawa kami berada tepat di depan pintu keluar kapal. 

Sementara anggota lainnya tidak bisa masuk kedalam kapal yang sama akibat kapal sudah penuh dan terpaksa mereka dialihkan ke dermaga lainnya.
Ada yang beruntung
Setelah kapal mulai berjalan kami dan keluarga  om Wike mulai menggelar tikar di lokasi yang lumayan strategis, berhubung saya mengantuk berat akhirnya saya menuju ke dalam mobil untuk tidur di dalam.

Ternyata kapal ini lumayan cepat, tidak berapa lama kemudian saya terbangun akibat kapal sudah mau sandar ke dermaga dan bunda telah menggedor-gedor pintu. Saya bersiap-siap untuk turun dari kapal. 

Setelah kapal bersandar dan kami turun pertama dan kemudian menunggu om Wike dan om Ade di pintu gerbang tol Merak, karena saya dan keluarga harus menuju ke rumah orang tua di Cilegon terlebih dahulu. Nabil dan kakak ingin menginap di rumah nenek selama liburan sedangkan saya harus kembali ke Bekasi untuk hari Senin sudah mulai bekerja seperti biasa.

Setelah berpamitan Kami bertiga memisahkan diri, saya menuju ke rumah orang tua di Cilegon dan langsung tidur di kamar setelah menunaikan shalat subuh.

Jam 07.00 pagi, saya dibangunkan oleh Bunda dikarenakan kiriman kami sudah sampai di terminal Pulogebang dan kami harus mengambil paket tersebut dikarenakan mobil bus yang membawa paket kami kemungkinan akan berputar balik menuju ke arah Padang. Mereka tidak mempunyai loket di Pulogebang Jadi paket disimpan dalam mobil bus yang parkir di belakang terminal.

Langsung saja saya bergegas berpamitan dengan  orang tua dan anak-anak untuk menuju balik ke Bekasi.

Kali ini saya dan Bunda hanya berdua menuju ke kota Bekasi dan jam 09.00 pagi saya sampai di terminal Pulogebang, tidak lama mencari, kami menemukan kendaraan bus yang sedang diperbaiki oleh mekanik atau kenek. Ternyata bus tersebut tidak bisa putar balik akibat harus melakukan servis terlebih dahulu.

Setelah mengambil paket yang dimaksud, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah dan keluar di pintu tol Jatiasih di tengah perjalanan kami ingat kalau di sini ada warung ketupat sayur Padang  yang pernah diceritakan oleh om Yandri. Penjual ketupat yang berada di area pool bus di daerah komsen Jatiasih, tidak susah untuk ditemukan. Saya  dan Bunda kemudian menikmati menu sarapan pagi kami hari ini.

Akan tetapi saya menilai lontong Padang eh ketupat sayur cuy....yang dijual oleh penjual ini tidak termasuk dalam klasifikasi untuk direkomendasikan. Rasanya yang terkesan biasa saja dan  tidak ada kerupuk tambahan seperti kerupuk singkong, namun khas nya tersedia bakwan udang dan peyek udang.
Ini yang jual
Keluar dari warung ketupat Padang kami menuju rumah, tidak berapa lama kami sampai di rumah dan pekerjaan masih harus dilanjutkan untuk membongkar barang yang telah kami bawa dari kampung halaman. Berhubung kami hanya berdua, jadi yang  kerja keras saya dan Bunda.
Oleh-oleh dari kampung ringan dan makan tempat kecuali beras
Setelah dibongkar semua barang belum sempat dirapihkan kami memilih untuk istirahat terlebih  dahulu.
Alhamdulillah perjalanan kami tanpa kurang satu apapun, kecuali ada beberapa kecelakaan yang menimpa rekan seperjalanan kami.

Terima kasih kepada rekan-rekan RTS telah melakukan perjalanan bareng bersama kami baik dalam waktu mudik maupun dalam waktu balik. Semoga perjalanan kita menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bisa kita ingat bersama-sama dan Semoga di tahun depan kita diberi umur oleh Allah sehingga bisa mengulang kembali perjalanan mudik dengan cerita yang lain Insya Allah.

Final Tertimony:
Thank you once again for colorful memory you gave to us to all RTS 21.... Akibat sudah balik lagi ke tanah rantau saya jadi malas ambil gambar. Jadi terima kasih atas sumbangan rekan-rekan RTS lainnya.

Kondisi Jalan:
Kampung - Muaro Bungo : Kondisi masih bisa dibawa kencang
Muara Bungo - Palembang : Kondisi jalan bervariasi dan hati-hati jalan berlobang
Palembang - Bakauheni : Hampir sama dengan Bonga - Palembang tapi lebih sedikit jalan berlobang walau kadang kena jebakan betmen juga.

Biaya :
Untuk biaya Balik dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Snack (Jatah Rp. 150rb)
2. Makan (Budget 300rb tergantung kita saja)
3. Bahan bakar (kurang lebih 700-850rb untuk ertiga mau ngitung lupa mulu). cara bawa mobil main bejek aja. wajar boros.
4. Menginap (jika menginap) (budget 500rb)
5. Kapal penyeberangan (374rb)
6. Tambahan buat tol parkir dll (200rb)
Jadi kurang lebih ada sekitar Rp. 2.5juta biaya total pengeluaran selama diperjalan kita sudah sampai di depan rumah. Bandingkan dengan pesawat yang kalau saya berempat saja sekali jalan minimal 7juta rupiah.....

Memang semua ada plus minusnya. Tergantung kita moda transportasi mana yang akan kita pilih. Itu semua tergantung pilihan kita.






You Might Also Like

3 komentar

  1. keren... sangat variatif utk yg satu ini ada suka dukanya jd bnyk hikmah dan pelajaran sebagai pertimbangan dlm mudik maupun balik dg kendaraan pribadi....walau kurang dokumentasi heheee... yg pasti sekali lagi bikin iri bagi perantau yg susah menikmati mudik dg jalur darat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya om.... secara udah mau balik lagi kejawa jadi kurang banyak dokumentasinya.....

      Hapus
  2. Jadi pakwo, tahun depan masih Linbar? hehe...

    BalasHapus

Like us on Facebook

Flickr Images