Pertemuan kami adakan biasanya
sekali 3 bulan dan biasanya di Taman Mini Indonesia Indah. Memang kalau Kopdar
kami tidak kami adakan sekali sebulan dikarenakan setiap keluarga sudah
mempunyai agenda masing-masing jadi kalau diadakan setiap bulan akan membuat
beban tersediri. Makanya kami bersepakat kalau kopdar diadakan setiap 3 bulan.
Biasanya pada setelah lebaran, sebelum Lebaran (saat puasa), dan per tiga bulan
tergantung kesepakatan anggota. Kami sudah mempunyai wadah komunitas di facebook dan Whatsapp. Memang kami lebih giat di Whatsapp dalam berkomunikasi.
Awalnya rencana kopdar di Bogor
ini dicetuskan dari beberapa anggota yang menginginkan penyegaran dalam
pemilihan lokasi Kopdar. Pernah juga tercetus untuk kopdar diluar kota seperti
puncak, akan tetapi sudah dua kali gagal karena kurangnya persiapan kami
sebagai panitia. Sekarang dicetuskanlah kopdar di Kebun Raya Bogor ini sebagai
kopdar untuk membahas persiapan sebelum Mudik. Alhamdulillah, kopdar diluar
kota kami terlaksana juga. Biasanya kami akan berkumpul pada jam 9 pagi sampai
selesai. Akan tetapi kopdar kali berbeda karena judulnya “Kopdar Sarapan Pagi
ala RTS”. Jadi kami akan berkumpul jam 7 pagi di Kebun Raya Bogor. Waduh… makin jauh malah makin pagi. Kopdar ini akan disponsori oleh om Werry
selaku penyedia lontong Sayur atau Lonsay….. ahay.
Minggu pagi tanggal 25 maret
2018, saya dan keluarga sudah bersiap-siap untuk menuju Bogor. Jam 6.15 kami
sudah meninggalkan rumah untuk menuju Bogor. Apadaya niat mau berangkat pagi
ternyata dompet ketinggalan. Terpaksa kami memutar arah kembali. Saya tidak
bisa pergi jauh tanpa dompet soalnya semua data diri ada didalamnya hihihihi.
Perjalanan kembali dilanjutkan
setelah dompet diambil. Kami melewati jalan Kodau dan berhenti dahulu di toko
kue untuk membeli makanan kecil untuk disantap bersama disana. Memang untuk
tiap kali kopdar selalu ada saja yang membawa makanan yang enak-enak, baik itu
dibuat sendiri atau dibeli. Kita dari RTS belum pernah mengadakan Kopdar di
Rumah makan, kita selalu mengadakan kopdar di area terbuka dan menikmati alam.
Semua makanan dibawa dari rumah oleh setiap anggota dan kami menikmati bersama.
Perjalanan menuju Bogor berjalan
dengan lancar, kendaraan dari Jakarta sudah ramai bergerak kearah Puncak. Walau
ramai kendaraan masih bisa dipacu diatas 60 km/jam.
Menunggu di rest area Sentul |
Selama perjalanan kakak dan Ami
berdua main dengan riangnya (maklum jarang diajak liburan hehehe). Mereka asik
berdiskusi berdua tentang apa saja.
Saya sebenarnya sudah
mempersiapkan untuk merekam perjalanan saya menuju bogor dengan indash camera yang ada di mobil tapi entah
kenapa. Kameranya tidak mau merekam, padahal saya mau bikin film untuk
memperlancar kemampuan saya untuk mengedit video mudik. Ya sudah lah…. Hal ini baru diketahui ketika
saya akan memindahkan hasil rekaman ke computer dirumah. Sia-sia perjuangan
saya untuk merekam perjalan kemarin.
Saat keluar dari tol bogor
kendaraan tidak seramai dibandingkan pada saat tadi di jalan tol. Karena memang
sebagian besar kendaraan memang hendak menuju puncak untuk berlibur. Keluar
pintu tol kami langsung berbelok ke kanan menuju Kebun Raya Bogor.
Harusnya masuk kesini parkir.... |
Untuk menuju pintu awal ternyata
membutuhkan waktu yang lumayan lama. Walau masih pagi, angkot-angkot di bogor
sudah mulai beroperasi dan menambah kesembrawutan kota bogor. Tenyata pintu yang harusnya kami masuki telah
terlewati (againnnnn). Akhirnya kami
terpaksa parkir di BTM bogor yang saat itu sedang mengadakan acara jalan santai.
Narsis dulu ah..... |
Ini Gunung apa yah? |
Kami melewati garis finish dari peserta jalan santai atau lari
yang diadakan oleh mall tersebut. Hanya kami yang melewati dengan baju yang
berbeda hihihihii..
Akhirnya kami berhasil keluar
dari mall tersebut dan menyeberang dengan damai (halah). Kami masih harus berjalan kaki sekitar 100an meter menuju
ke meeting point kami yang pertama di
BBIA. Sesampainya disana kami disambut oleh om Fendy yang ternyata sudah datang
duluan karena memang rumahnya di Bogor. Kemudian disusul oleh om Werry, Om Rio,
Om Wike dan Om Yoyo.
Waktu sudah menunjukkan jam 8
pagi. Memang pintu utama dari kebun Raya Bogor tidak dibuka akan tetapi kita
bisa masuk dan membeli karcis di gedung konservasi.
Pada saat kami masuk kedalam
gerbang ada tentara yang berjaga dengan senjata lengkap di depannya. Saya
terkejut dengan penjagaan seperti ini. Memang apa yang mesti dijaga oleh kedua tentara
ini. Secara didepan hanya penjualan tiket. Usut punya usut ternyata sang
presiden katanya kemaren berada di Istana Bogor entah hari minggu sang Presiden
masih disini atau tidak.
Setelah memebeli tiket seharga
14rb/ orang dan untuk anak diatas 4 tahun sudah harus membeli tiket penuh. Harga
tiket sudah termasuk karcis masuk kedalam museum Zoologi. Kami kemudian
berjalan masuk tanpa adanya pemeriksaan tiket dari petugas.
Kami mulai mencari lokasi untuk
kami berkumpul. Awalnya kami akan menggelar lapak didepan Musholla/ Mesjid .
Behubung itu area terbuka dan tidak dilidungi oleh pepohonan, maka kami mulai mencari lokasi lain. Kami terus berjalan menuju danau.
Akhirnya kami menemukan lokasi
kopdar tidak jauh dari danau dan area tempat yoga. Kami menggelar tikar dan
meletakkan makanan diatasnya. Seperti biasa kami larut dalam obrolan. Mulai
dari Politik, Mudik dan lain halnya.
Satu persatu anggota lain datang
dan ada juga yang kesulitan mencari lokasi kopdar dan bahkan mencari pintu
masuk. Mulai dari Om Zaki dan Om Fikri, om Harris, dan om Agus, om Budi, om
Anto, om Yandri dan terakhir om Mahfudz yang menyempatkan diri membawa berkah
buat kami dengan kopinya (beneran om Mahfudz enak kali itu kopinya).
Grup ibu-ibu ga kalah ramenya.... |
Sang Bapak juga lagi asik berdiskusi |
Sembari mendengar perbincangan dari para ahli jalur lintas Sumatra saya asik menikmati buah Lengkeng yang dibawa oleh para peserta. Tidak terasa hampir 1 kantong saya habiskan sendiri hihihi.
Menu tambahan |
Menu Utama incaran saya hahahaha |
Pembawa acara sedang main HP |
Ada kejadian lucu terjadi pada saat kopdar. Om Zaki yang awalnya semangat ingin mencoba jalur lintas barat kemudian berubah akibat membaca tulisan om Eko tentang jalur lintas barat. Oleh karena sang istri tidak memberikan ijin mencoba jalur tersebut. Akan tetapi seteah mendapatkan pencerahan dari om Yandri yang tahun kemaren telah mencoba jalur tersebut akhirnya sang istri bertukar pikiran. Ijin menjajal lintas baratpun keluar. Dengan semangat om Zaki meralat kembali jalur lintasnya. Sehingga pada saat itu dari 15 pelintas Sumatra yang hadir 11 diantara adalah yang akan mejajal litas barat. Bahkan om Romi yang awalya pengen lewat lintas timur berubah haluan istrinya setelah mendapatkan pencerahan dari istri om Yandri.
Foto dari dronenya om Fendy |
Om Romi malah sibuk saat om Yandri memberikan pencerahan |
Kemudian untuk next kopdar adalah
pada saat bulan puasa pada saat membagikan kaos dan stiker mudik bagi yang mau
mengambil langsung. Memang biasanya kalau sudah mendekati ajang mudik bareng
akan banyak wajah-wajah baru yang datang bermuculan..
Sedangkan hal terakhir yang tidak
lupa dibahas adalah, akan mengadakan kembali kopdar di luar kota dengan
menginap. Kali ini akan diusahakan untuk bisa terlaksana setelah dua kali
gagal. Berapa-pun keluarga yang akan datang kami akan tetap melaksanakan kopdar
di luar kota. Tujuan yang akan dipakai untuk kopdar pertama kali adalah Puncak
atau didaerah Cinangneng Bogor. Waktu pelaksanaan diharapkan pada bulan Juli atau
Agustus 2018.
Itulah diantaranya bebrapa poin
yang kami bahas pada kopdar hari itu. Pembahasan kemudian masih dilanjutkan
dengan pembahasan topik ringan lainnya. Sampai akhirnya terdegar suara adzan
sholat zuhur. Kami memutuskan kalau kopdar diselesaikan sampai disini. Memang
karena kopdar sarapan pagi maka siang seharusnya sudah bubar.
Kami mulai berbenah dan merapikan
lokasi kopdar kami. Tidak lupa kami memberikan tip kepada petugas disana yang
telah membantu kami dalam bebersih. Selesai berbenah kami semua berikut
keluarga melakukan foto bersama dengan om Fendy sebagai cameramen. Dan kemudian
digantikan saya.
Foto full team minus saya |
RTS kopdar dengan saya juga |
Setelah itu kami berpamitan
pulang, bagi yang akan pulang langsung silahkan dan sedangkan buat yang akan
menikmati kebun raya bogor lagi juga silahkan. Saya dan keluarga akan
melaksanakan sholat Zhuhur dahulu sebelum kami pulang. Kami akan bergerak
bersama-sama dengan keluarga om Rio, om Werry, om Wike menuju ke Masjid.
Jalan mau keluar |
Para pemuda harapan bangsa mau pamit |
Rangka ikan Paus di Museum |
Om Werry sedang jadi guide |
Nabil and the Gank.... (agak Blur) |
Still with his Gank |
Jenis kupu-kupunya banyak sekali.... |
Selepas masuk kedalam museum kami
mulai bergerak meninggalkan kebun raya bogor menuju ke parkiran mobil, hanya
saya yang parkirnya kejauhan di mall BTM sedangkan yang lainnya parkir di gedung
BBIA.
Kami berempat kembali berjalan menuju
mobil kami yang terparkir di mall. Tidak ada niat untuk singgah dimall ini
walau sebentar soalnya sudah badan capek.
Kami masih dihadapkan ujian saat
akan meninggalkan kota bogor, kemacetan kami alami mulai dari meninggalkan
parkiran mall sampai menuju pertigaan jalan tol. Perjalanan menuju rumah tidak terlalu macet. Kami tidak bisa masuk ke jalan tol JORR yang saat sangat ramai sekali. Akhirnya kami memutar melewati tol Jakarta Cikampek sebelumnya keluar
dulu di Cawang. Kami sekeluarga akhirnya sampai kembali dirumah pada jam 3
sore. Akhir kata sampai jumpa di kopdar RTS berikutnya.
Entah kenapa mendengar kata Mudik
selalu terbayangkan menjelajah jalanan Sumatra dengan kendaraan pribadi alias
mobil. Memang beberapa tahun belakangan ini kami sekeluarga diberi oleh Allah
kelapangan rizki untuk bisa mudik ke kampung halaman kami di Sumatra Barat.
Kebetulan sekali jodoh saya berasal dari propinsi yang sama hanya daerahnya
saja yang berbeda. Bunda berasal dari Bukittinggi dan sedangkan saya berasal
dari Pariaman. Satu berasal dari daerah
pegunungan dan pasangannya berasal dari daerah pantai dan kami bertemu di
Ibukota Negara Indoensia yang bernama Jakarta. Ibukota Negara kita yang
tercinta ini. Halah…… ini melenceng
jauh…. Dari topik…. Back to the main
topic soal mudik…
Pada tahun pertama kami menikah
kami mudik untuk pertama kali saat itu menggunakan jalur udara. Berhubung masih
berdua untuk biaya penerbangan belum terasa berat (dari segi biaya). Tapi setelah makin kesini kebutuhan makin
besar dan kamipun tidak pulang mudik lebaran dalam beberapa tahun. Dimulai
2008-2012, kami tidak mudik pada saat lebaran. Kami hanya mudik disaat liburan
akhir tahun. Ini murni pertimbangan biaya jikalau kami mudik disaat lebaran
biaya yang dibutuhkan sangat besar.
Alhamdulillah pada tahun 2013,
kami diberikan rezki oleh Allah sehingga kami bisa mudik ke kampung halaman
pada saat lebaran. Untuk saat itu kami menggunakan mobil sebagai moda
transportasi kami menuju kampung halaman di Sumatra Barat.
Mudik pertama kami di Lintas Sumatra |
Ada kejadian yang lumayan
mengerikan yang kami temui saat kami masih di daerah Lampung tengah kalau tidak
salah. Kami melewati sesosok mayat yang masih tegeletak di tengah jalan.
Sepertinya kecelakaan baru terjadi dan si mayat ditutupi hanya dengan dedaunan
yang terkena bercak darah. Padahal perjalan kami masih jauh dan kami dihadapkan
dengan pemandangan tersebut. Saya tidak melihat kendaraan lain disekitar skejadian,
yang saya curigai sebagai kendaraan si penabrak. Saya pikir ini adalah hasil
tabrak lari.
Selama perjalanan saya meminimkan
untuk berhenti kecuali untuk makan. Kadang makan saja bunda saya suruh sambil
jalan mobilnya hahahaha. Saat itu
kami membawa bekal seadanya, sehingga keesokan harinya harus beli di rumah
makan. Saking asiknya berkendara dan capeknya berusaha untuk melewati banyak
kendaraan, kadang saya tidak mau berhenti kalau disuruh istirahat. Soalnya
nanti harus overtaking kendaraan yang
sama lagi. Padahal melewatinya kendaraan saja tadi susahnya minta ampun.
Akhirnya perut juga yang menang dan sayapun harus berhenti.
Sedangkan pengalaman menegangkan
lainnya adalah ketika akan memasuki kota Lubuk Linggau. Hari sudah malam dan ditambah
lagi dengan hujan deras , mengurangi kemampuan pandangan saya. Jalanan yang
gelap dan tidak berlampu sama sekali karena kami dihutan. Kami hanya mengikuti
bus ALS yang ada didepan kami. Sampai satu ketika akhirnya kami jalan sendiri
didalam gelapnya malam. Sekitar 30 menit kami jalan ditengah gelapnya hutan dan
derasnya hujan. Tidak ada kendaraan lain didepan dan dibelakang kami. Hati ini
berdebar-debar sampai tidak lama kemudian kami menemukan peradapan dan berhasil
sampai di Linggau kemudin menginap di hotel langganan kami untuk pertama
kalinya yaitu hotel Abadi.
Perjalanan ini mau tidak mau
harus diteruskan dan akhirnya saya berhasil mencapai kampung pertama kalinya
dengan selamat.
Sedangkan untuk Mudik kedua
kalinya ini lebih enak. Diatas kapal kami bertemu dengan sesama pemudik yang
akan juga menjajal tanah Sumatra. Saya terus mengekor rekan konvoi saya
itu. Kami terus konvoi sampai mendekati
daerah simpang Meo. Disana kami terpisah
dan akhirnya kembali saya sendiri menuju ke kampung halaman.
Linggau Sorolangun jalannya mantap sekali |
Bikin bejek gas selalu |
Saya menambah kecepatan untuk
segera meninggalkan darah tersebut. Tiba-tiba dari kaca spion saya melihat ada
sebuah motor yang bergerak mendekatai kami.
Dug..dug..dug… pyar jantung ini takut si empunya itu ayam tahu kalau saya menabrak
itu ayam dan meminta ganti untung ( ya iyalah
kalau minta duitnya gede ya pasti untung dianya). Saya terus memacu
kendaraan tapi sampai saat si pengendara berhasil menyusul kami dan melewati
kendaraan kami. Kemudian si pemotor terus meninggalkan kami. Saya menarik napas
panjang. Lega rasanya ternyata si premotor bukan si pemilik ayam.
Sedangkan untuk cerita mudik
ketiga kalinya pada tahun 2015. Ini adalah mudik kami pertama secara konvoi
dengan grup mudik kami yaitu Road to Sumatra yang dahulu bernama Kaskus Road To
Sumatra. Kami bersama meninggalkan Jakarta kurang lebih ada 13 kendaraan dengan
berbagai tujuan di Sumatra. Cerita
uniknya disini adalah saya meninggalkan rombongan besar saya, akan tetapi kami
kembali bersatu alias regrouping di
RM Taruko Jaya Kotabumi. Kami kembali terpisah dan bergabung kembali di Lubuk
Linggau. Dan terakhir kami regrouping di RM Umega Gunung Medan.
Dari sinilah kemduain kami terus menjalin silahturahmi sampai sekarang melalui
media social Whatsapp, Facebook.
Bersama sebelum berpisah di RM Umega |
Konvoi mulai dari Linggau |
Bersama dengan kel. om Herri |
Om Panca dan om Herri |
Semantara mudik tahun lalu lebih baik yang saya rasakan. Kami bisa
berkonvoi sampai akhir alias sampai tujuan. Saya meminta untuk diletakkan
dibelakang saja alias sebagai sweeper
dan akhirnya saya bisa terus dirombongan sampai akhir. Kadangkala saya
merengsek kedepan untuk mengambil beberapa gambar sebagai dokomentasi. Tapi
memang kalau rombongan besar ini kalau berhenti suka lama dan disinilah kita
membuang ego kita masing-masing dan mendahulukan kepentingan bersama.
Rombangan Berhenti di Baturaja, Lahat
dan menginap di Lubuk Linggau. Kemudian berhenti lagi disetelah Muara Rupit dan
Istirahat siang di Gunung Medan di Rumah Makan kebanggan kami Umega yang saat
itu penuh dengan pemudik lainnya.
Dimulai dari Gunung Medan lah
rombangan kami mulai berpisah-pisah. Om Rizal dan Om Arief berpamitan menuju
Pekanbaru, kemudian disusul om Dodi dan Om Jaka menuju Padang, Om Werry di
Batusangkar, Om Edro dibukittingi dan saya. Sedangkan om Harpin dan satu rekan
lainnya melanjutkan kearah Medan.
Foto walau belum semua |
Saya dan keluarga (terutama saya
sendiri hehehehe)… sudah mulai
persiapan untuk menatap mudik tahun ini. Struktur kepengurusan mudik tahun ini
sudah terbentuk dan ternyata tidak berubah dari tahun kemarin. Untuk Jadwal
persiapan sudah kami persiapkan dengan sedetil-detilnya. Mulai dari persiapan
sekolah, belanja lebaran dan juga belanja untuk mudik. Sampai dengan jalur
keberangkatan dan jam keberangkatan sudah diatur didalamnya.
Saat yang indah dalam mudik
menurut saya adalah ketika menaiki kapal da berada diatas kapal. Itulah hal
yang paling nikmat menurut ketika mudik. Soalnya saat itulah saya bisa
istirahat hahaha (galak gadang)…..
Apalagi dapat kapal yang kosong |
Tapi penderitaan itu tetap ada |
Sebenarnya ada 3 jalur yang biasa
dilalui oleh pemudik saat mudik lebaran. Jalur Lintas Barat Sumatra, Jalur
Lintas tengah Sumatra dan Jalur Lintas Timur Sumatra. Ketiga jalur ini
mempunyai ciri khas masing-masing. Mari kita beberkan perbedaanya.
- Jalur Lintas Timur Sumatra.
Jalur Lintas Timur Sumatra |
Kondisi Jalan |
Kondisi yang mulus |
Entah dimana ini tapi kondisi jalan bagus |
Untuk jalur ini tantangannya
adalah truk-truk ekspedisi yang kadang jalannya bersama-sama dan bahkan mereka
rapat sekali sehingga susah untuk melakukan overtaking.
Jalanan yang sedang diperbaiki |
Mulusnya jalur lintas timur Sumatra |
Mulus banget |
Untuk jalur Palembang – Muaro bungo
dimana bersatunya kembali Lintas Timur dan Tengah (untuk mudik yang ke Sumatra
Barat aja yah). Konisi jalannya lumayan bagus.
- Jalur Lintas Tengah Sumatra
Jalur Lintas Tengah Sumatra |
Kondisi Jalan di jalur ini dalam
kondisi yang sedang sedang saja alias berubah tiap tahun. Tahun ini jelek tahun
depan jadi bagus. Kadang yang bagus bisa menjadi jelek.
Daerah Sumatera Selatan
biasanya penyumbang jalan jelek terbesar pada jalur ini. Mulai Martapura sampai
Lahat. Hati-hati akan jebakan betmen
yang ada di daerah ini. Kadang kita sedang kencang berkendara karena berpikir
jalan bagus tiba-tiba ada jalan lobang yang menganga didepan. Sedangkan untuk
didaerah Baturaja keatas sampai Lahat sudah menjadi langganan kerusakan jalan.
Disinilah diuji kemampuan memilih jalan dan tes suspensi. Salah ambil jalan
bisa gasruk bagian bawah mobil. Apalagi
mobil yang mempunyai Ground Clearence
rendah.
Jalur Mulai dari Bakauheni sampai
Lampung mungkin kita akan sedikit terhambat oleh truk yang jalannya pelan
akibat kelebihan beban. Sedangkan dari Lampung ke atas kita bisa sedikit
menaikkan kecepatan. Berhati-hatilah dengan pengandara motor.
Jalanan di jalur ini bervaiasi
ada lurus, naik turun, jalan besar dan kadang kecil. Sangat menarik sekali.
Jalur ini merupakan jalur favorit saya dan keluarga untuk mudik dan balik lagi ke
Jawa. Tidak diragukan lagi.
Untuk SPBU tidak perlu diragukan
lagi ketersediaanya. Sepanjang jalur ini banyak sekali terdapat SPBU yang
ukurannya Jumbo-Jumbo.
Nah ini yang terpenting untuk
tempat beristirahat juga banyak tersedia. Banyak juga tersedia rumah makan
dengan area parkir yang besar-besar. Bahkan kalau kita bawa menu sendiri dan
hanya numpang parkir saja juga bisa seperti yang biasa kami lakukan.
Pada jalur ini juga tersedia trek
yang lurus yang bisa untuk menguji speed kendaraan kita. Di daerah Linggau –
Sorolangun tempat kita menguji kendaraan kita.
- Jalur Lintas Barat Sumatra
Jalur Lintas Barat Sumatra |
Jujur saja saya belum pernah
melewati jalur ini. Saya mendapatkan cerita ini dari rekan kami yang udik di
akhir tahun kemaren. Rencanaya tahun ini kami aka mencoba jalur ini.
Pada jalur ini kita nantinya juga
akan melewati Taman Nasional yang memang disekeliling adalah hutan jadi kondisi
kendaraan harus benar-benar prima di area ini.
Kelebihan dari jalur ini adalah
pemandangan samudra India. Sepanjang jalan kita akan disuguhi pantai-pantai
indah dari Samudra India. Sedangkan kelebihan lainnya adalah kondisi jalan yang
lumayan bagus walau kecil.
Untuk kekurangannya pada jalur
ini adalah ketersediaan SPBU yang buka 24 jam. Mungkin karena jalur ini tidak
terlalu ramai sehingga tidak semua SPBU yang buka 24 jam. Juga rumah makan yang besar yang bisa
dijadikan pemberhentian buat numpang mandi. Kan ga enak kalau nebeng di
kamar mandi orang tapi yang makan disana ga ada. (Sumber om eko). Tapi sudah
banyak tersedia maret-maretan alias mini
market.
Itulah sedikit gambaran dari 3
jalur mudik ke Sumatra yang biasa dilalui oleh para pemudik. Untuk jalur yang
paling banyak dilalui oleh pemudik sampai sekarang ini adalah jalur lintas
tengah. Mulai dari Bakauheni – Kalianda – Bandar lampung- Gunung Sugih – Kotabumi
– Martapura – Baturaja – Tanjung Enim - Muara Enim – Lahat – Tebing Tinggi –
Lubuk Linggau – Sorolangun – bangko – Muara Bungo – Dharmasraya – Sijunjung – Batusangka
– Bukittinggi ( Soalnya saya mudik ke Bukittinggi).
Buat yang mudik ke Padang ya
lurus aja kalau di Sijunjung da perlu
belok kanan. Kalau buat yang ke Medan bisa ikuti jalur saya menuju Bukittingi
dan nanti dari Bukittinggi masih jauh lagi nerusin ke Medan hehehehe.
Memang masih 3 bulan lagi sebelum
mudik berlangsung tapi keriuhannya untuk mudik sudah terasa sekali di grup
mudik kami di Road to Sumatra. Mulai dari pemilihan jalur sampai tanggal
keberangkatan.
Untuk mudik lewat jaur darat ini
sangat berbeda sekali rasanya dengan mudik dengan menggunakan moda transportasi
lain. Dengan menggunakan kedaraan mobil kita bisa berhenti dimana saja yang
kita sukan dan kapan saja kita mau. Menikmati perjalanan dan petualangan dengan
keluarga. Walau petualangan dalam skala kecil. Ada senang, was was dan
macam-macam perasaan tergabung dalam perjalanan ini.
Saya sendiri memilih melalui darat
ini tidak lain tidak bukan selain menghemat dan juga memberikan petualangan
buat anak-anak kami. Kedua anak saya pun tiap mudik selalu sibuk dengan
persiapan mudiknya sendiri. Kakak yang selaku sekretaris sibuk membuat catatan
persiapan dan si Ami juag sibuk kalau melihat kakaknya sibuk sampai suatu saat
dia akan bosan.
Selaku supir utama dan merangkap cadangan hal yang paling menyenangkan bagi saya selama mudik dengan mengemudi adalah pas naik keatas kapal di Merak dan istirahata hahahaha. Selebihnya capek tapi menyenangkan. Menikmati hijaunya jalur lintas Sumatra adalah kenimatan tersendiri. Sedangkan melewati kesunyian hutan adalah kenikmatan tersendiri bagi saya.
Selama di perjalanan kekutan
fisik harus dijaga dan jangan sampe mengantuk, karena waktu sepersekian dektik
bisa membuat kita semua celaka. Persiapkan kendaraan dan fisik pengemudi
sebelum keberangkatan. Pastikan mendapat istirahat yang cukup.
Intinya mudik dengan menggunakan
mobil pribadi adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagi kami sekeluarga.
Ini adalah kali pertama kami mengadakan Kopdar setelah kami secara resmi membuat kartu tanda keanggotaan dan juga membuat stiker yang ditempel ke kendaraan untuk mudik.
Pada kopdar kali ini sudah jauh
jauh hari sudah diinformasikan kepada para anggota RTS melalui jaringan media
sosial. Memang kami lebih aktif di media sosial WhatsApp dibandingkan di
Facebook.
Seperti biasa kopdar kali ini
tetap kami laksankan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), akan tetapi agenda kedepan
akan membahas Kopdar RTS dilaksanakan diluar kota. Sebagai penyegaran bagi
anggota-anggota sehingga diharapkan tidak menoton.
Pagi hari setelah melaksanakan
shalat Shubuh bunda langsung kedapur umtuk menyiapkan menu yang akan kami bawa
ke lokasi Kopdar nantinya. Kali ini menu pangek dagiang dan jatriang lado mudo
menjadi pilihan kami, sedang umtuk menu anak anak kami menyediakan ayam goreng
bumbu.
Bunda selesai didapur ketika
waktu akan menunjukkan pukul 7 pagi. Sedangkan saya bersiap siap perlengkapan
untuk Kopdar nantinya dan sekaligus kemudian memasukkan ke dalam mobil. Untuk
kali ini kami juga membawa makanan kecil untuk menemani perbincangan selama di
sana. Sedang untuk anak anak juga kami menyediakan susu coklat untuk mereka.
Pukul 8 pagi kami berempat
meninggalkan rumah untuk menuju terminal Pulo Gebang, untuk mengambil beras
yang dikirim dari kampung. Kedatangan beras ini bertepatan sekali dengan waktu
kopdar kami. Setelah itu kami melanjutkan kan perjalanan menujuTaman Mini.
Ditengah perjalanan bunda membaca
di Whatsappnya group kalau lokasi yang kami jadikan lokasi Kopdar nantinya
telah diisi oleh karyawan dari sebuah pabrik ban. Saat itu lokasinya
masih sepi dan kemungkinan akan bertambah ramai dengan semakin siangnya hari.
Segera saja saya memacu kendaraan
untuk menuju lokasi Kopdar untuk mencari alternatif lain lokasi untuk Kopdar.
Jalanan yang saat itu lancar membuat kami sampai tidak beberapa lama setelah
meninggal kan terminal Pulo Gebang. Pintu masuk taman mini pun masih lengang
dan tidak dengan kondisi didalam taman mini. Sudah banyak orang orang yang
sudah mengambil lapak untuk menikmati hari libur disini. Untuk mencari lokasi
yang kosong pun kami kesulitan untuk mencarinya. Saat itu saja saya melihat ada
dua perusahaan yang mengadakan acara disana. Begitu juga di anjungan Sumatera
barat dan beberapa anjungan lainnya.
Kami terus menjelajah Taman Mini.
Kemudian bunda teringat kalau pernah mengadakan acara kelas azra di lapangan di
museum listrik. Segera saja kami bergegas menuju ke sana. Jam saat itu telah
menunjukkan pukul jam 9 pagi. Kami sudah seharusnya duduk manis sambil
bercengkrama dengam para anggota lainnya.
Bunda langsung turun setelah kami
sampai disana untum menanyakan informasi dan bunda ditemani oleh petugas
keamanan untuk menuju kantor marketing. Sekitar 10 menit kami menunggu
disana. yang singkat itu terasa lama. Om Rio dan om Ial sudah menunggu
konfirmasi relokasi lokasi Kopdar dan menunggu di parkiran
keong mas.
Sekembalinya dari kantor
marketing musium listrik, bunda membawa kabar buruk. Sewa tempatnya sekitar
750rb rupiah. Apaaaaaaa. Mahal buangetssss. Kita mau kopdar aja sebentar bukan seharian. Bunda juga udah
menjelaskan kami akan kopdar sebentaf aja dan tidak mengambil lokasi sedikit
saja, akan tetapi pihak marketing tidak mau peduli. Akhirnya kami membatalkan
untuk kopdar disana.
Kemudian kami berputar-putar di
taman mini untuk mencari lokasi Kopdar kami yang baru. Akhirnya Kami masuk
kedalam musium IPTEK yang berada musium listrik. Kami melihat lokasi yang bagus
untuk tempat kami berkumpul akan tetapi kami masih ragu. Kami terus mencari
tempat dan sampai di tempat yang parkir yang berada di samping kiri gedung
musium. Ternyata kami menemukan lokasi yang ideal untuk kami kopdar. Akhir saya
memberitahu anggota yang lain untuk berkumpul di lokasi yang dimaksud.
Kendaraan anggota yang datang |
Langsung membahas topik mudik |
Tidak ketingalan co-driver RTS juga ikut meramaikan |
Satu persatu anggota mulai
berdatangan. Om Rio, om Ial, om Yoyo berurutan datang. Rasa kekeluargaan begitu
terasa saat kami bertemu. Begitu juga dengan para istri dan juga anak anak
kami. Kami langsung terlibat dengan pembicaraan yang tidak jauh dari topik
mudik. Om Zaki, om Dedi, om Ridho dan
Djayo datang secara berututan. Kemudian diikuti om Fajar dan om duo Yandri.
Walau kami ada yang baru kali ini
bertemu tapi sudah seperti sudah kenal lama. Tidak ada rasa canggung dan kaku
diantara kami. Kemudian untuk pertama kalinya saya membuka Kopdar secara resmi.
Biasanya kami hanya ngobrol-ngobrol bebas. Secara singkat saya menceritakan
tentang sejarah berdirinya komunitas RTS ini. Untuk sejarah berdirinya
komunitas ini akan saya ceritakan nantinya di postingan saya yang lain.
Makanan kecil yang dibawa dari
rumah sudah mulai disajikan seperti om yoyo yang setia membawa asinan atau
manisan yang selalu laku di sini. Rasanya yang segar menambah kenikmatan
dalam menyantap sambil berbincang dan masih banyak lagi makanan yang bisa
dinikmati sambil berdiskusi.
Agenda pertama yang kami bahas
tentunya perkenalan para anggota RTS yang datang. Tentu saja canda tawa mengiringi
perkenalan kali ini. Terutama perkenalan om Dedi yang suaranya nyaris tak
terdengar oleh para anggota yang lain. Selesai om dedi memperkenalkan diri
hampir semua anggota komen dengan perkenalan om dedi yang suaranya halus
sekali.
Diskusi bebas |
Dengerin dong om Dedi sedang berwibawa |
Tak lupa ibu-ibu sedang diskusi juga |
Semua peserta yang hadir saat itu |
Kemudian kami secara beruturut
turut membahas tentang persiapan mudik 2018 mulai dari stiker dan kaos, tata
cara keberangkatan mudik 2018, sponsor jika ada untuk mudik dan juga membahas
kopdar yang akan datang, kopdar yang akan datang rencanyanya kami akan kopdar
diluar kota dan menginap sehari disana. Tentu saja rencana ini masib
membutuhkan kan pembicaraan yang lebih matang lagi diatara para pengurus.
Kemudian kami juga mendengar kan
cerita dari om Yandri Tentang mudik melewati lintas barat. Om Yandri bercerita
kalau pandangan dijalur lintas barat sangat bagus dan juga ditambah pemandangan
yang indah di sepanjang jalan. Sepanjang jalan disuguhi keindahan pantai barat
Sumatera. Hal ini sedikit membuat saya tertarik untuk mencoba menjajal jalur
yang belum pernah sama sekali saya menjajal nya. Om yandri juga menambahkan
kalau jalan dari Bengkulu.menuju Padang sepi sekali dan enak buat berkendara.
Pokoknya membuat keinginan saya untum menjajal jalur ini tertantang.
Om Yedi (berdiri) datang walaupun sebentar |
Tidak lama kemudian, menjelang
sholat zhuhur om Yedi datang dan kemudian kami bersalaman dan melanjutkan
dengan sholat Zuhur. Walaupun kita kopdar kita tidak boleh lupa dengan
kewajiban kita kepada Allah. Satu persatu kami melaksanakan ibadah sholat
zhuhur secara bergantian. Ini dikarenakan tempat sholat yang sangat terbatas.
Selesai melaksanakan shalat
kemudian agenda dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan menu yang dibawa
oleh para anggota. Berbagai macam menu yang ada. Ada yang bawa gulai tanak plus
jengkol, ikan sapek dari Kalimantan, pangek daging yang kami bawa dan berbagai
macam menu lainnya. Ada juga kerupuk jengkol dan kerupuk lainya. Mulailah
kami menikmati menu yang kami bawa secara bersama-sama. Disinilah kami merasa
sebagai satu keluarga dimana kami makan secara bersama-sama. Walaupun secara
sederhana tapi nikmat nya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.
Menu makan siang kopdar yang dibawa dari rumah. Nyammmmmm ... yammmmmmm |
Itu Pose om Yandri tidak senonoh hahahaha |
Sendok om Ial..... |
Om Yandri sedang mengincar mangsa |
Setelah kenyang menikmati menu
yang dibawa oleh masing-masing anggota kemudian acara dilanjutkan dengan acara
bebas yaitu diskusi mengenai apa saja yang menak dibahas tapi tentu saja
mengenai musik 2018. Om Zaki sudah mengajak mudik bareng di tahun depan dengan
tanggal keberangkatan dari Jakarta adalah tanggal 8 Juni 2018 yaitu hari jumat.
Biasanya kami berangkat setelah melaksanakan sholat Jum'at. Sudah ada 3 orang
yang janjian untuk berangkat dengan tanggal yang sama. Jujur saja sejak kami
melaksanakan mudik tahun kemarin yang kami bisa menjaga barisan kendaraan para
pemudik tetap sampai akhir tujuan. Sekarang lagi Nabil dan Azra jadi
ketagihan untuk mudik leat jalur darat. Walah ini cerita melantur
kemana-kemana hihihi.
Kalau sudah kekenyangan jadi diem..... |
Pasukan krucil sedang sibuk mendaki gunung |
Nabil tidak bisa diam |
Kebersamaan kami akhirnya
ditandai dengan datang nya hujan gerimis yang memaksa kami untuk mengakhiri
acara kopdar kami. Air segar yang meluncur pelan dari langit menemani kami
berbenah dan merapikan barang-barang yang dibawa termasuk juga berbagi menu
sisa. Tentu saja ini adalah tugas para bunda para pendamping. Setelah berbenah
menu selesai dan dilanjutkan berbenah alas tikar dan membersihkan area sekitar.
Kali ini untu poto bersama akan dilakukan di dekat parkiran mobil.
Berbenah makanan |
Ibu-ibu sedang merpapikan barang bawaan |
Malah sibuk merokok bukan ngebantuin |
Bersama-sama kami bergerak menuju
ke arah parkiran dan kemudian kami berfoto bersama. Para pengemudi, pendamping
dan anak-anak berfoto bersama. Kemudian setelah itu berpamitan untuk menuju ke
rumah masing-masing. Satu persatu kami meninggalkan area parkiran musium IPTEK
ini. Saya bergerak ke depan untuk mengambil film saat para anggota meninggalkan
lokasi Kopdar tapi saya salah perhitungan mereka keluar menggunakan jalan yang
berbeda dengan yang saya gunakan, alhasil saya hanya bisa melongo menatap
kepergian para member yang lain hahahaha.
Photo bersama |
Akhirnya kami juga bergerak
keluar dari Taman Mini. Akan tetapi saat itu banyak sekali pengunjung yang
datang sehingga untuk mencapai jalan keluar membutuhkan waktu sekitar 20
menit. Kami sudah senang ketika telah
mencapai pintu keluar akan tetapi perjuangan belum habis. Umtuk menuju pintu
tol ternyata jalan juga macet parah. Akibat digunakannya e-money membuat proses
pembayaran tol semakin lebih lama dan tentunya akan berakibat dengan terjadinya
kemacetan dibelakang.
Akhirnya kami memutuskan umtuk
tidak menggunakan jalan tol. Kami menggunakan jalan biasa dan pada jam 3.30
sore kami sampai dirumah dengan keadaan selamat.
Sampai jumpa para pejuang lintas
sumatra di kopdar berikutnya dan InsyaAllah pada mudik bareng 2018.
Video tentang kopdar kali ini
sengaja saya buat untuk menambah kemampuan saya dalam membuat dokumentasi
persiapan mudik 2018 hehehe.