Entah kenapa mendengar kata Mudik
selalu terbayangkan menjelajah jalanan Sumatra dengan kendaraan pribadi alias
mobil. Memang beberapa tahun belakangan ini kami sekeluarga diberi oleh Allah
kelapangan rizki untuk bisa mudik ke kampung halaman kami di Sumatra Barat.
Kebetulan sekali jodoh saya berasal dari propinsi yang sama hanya daerahnya
saja yang berbeda. Bunda berasal dari Bukittinggi dan sedangkan saya berasal
dari Pariaman. Satu berasal dari daerah
pegunungan dan pasangannya berasal dari daerah pantai dan kami bertemu di
Ibukota Negara Indoensia yang bernama Jakarta. Ibukota Negara kita yang
tercinta ini. Halah…… ini melenceng
jauh…. Dari topik…. Back to the main
topic soal mudik…
Pada tahun pertama kami menikah
kami mudik untuk pertama kali saat itu menggunakan jalur udara. Berhubung masih
berdua untuk biaya penerbangan belum terasa berat (dari segi biaya). Tapi setelah makin kesini kebutuhan makin
besar dan kamipun tidak pulang mudik lebaran dalam beberapa tahun. Dimulai
2008-2012, kami tidak mudik pada saat lebaran. Kami hanya mudik disaat liburan
akhir tahun. Ini murni pertimbangan biaya jikalau kami mudik disaat lebaran
biaya yang dibutuhkan sangat besar.
Alhamdulillah pada tahun 2013,
kami diberikan rezki oleh Allah sehingga kami bisa mudik ke kampung halaman
pada saat lebaran. Untuk saat itu kami menggunakan mobil sebagai moda
transportasi kami menuju kampung halaman di Sumatra Barat.
Mudik pertama kami di Lintas Sumatra |
Ada kejadian yang lumayan
mengerikan yang kami temui saat kami masih di daerah Lampung tengah kalau tidak
salah. Kami melewati sesosok mayat yang masih tegeletak di tengah jalan.
Sepertinya kecelakaan baru terjadi dan si mayat ditutupi hanya dengan dedaunan
yang terkena bercak darah. Padahal perjalan kami masih jauh dan kami dihadapkan
dengan pemandangan tersebut. Saya tidak melihat kendaraan lain disekitar skejadian,
yang saya curigai sebagai kendaraan si penabrak. Saya pikir ini adalah hasil
tabrak lari.
Selama perjalanan saya meminimkan
untuk berhenti kecuali untuk makan. Kadang makan saja bunda saya suruh sambil
jalan mobilnya hahahaha. Saat itu
kami membawa bekal seadanya, sehingga keesokan harinya harus beli di rumah
makan. Saking asiknya berkendara dan capeknya berusaha untuk melewati banyak
kendaraan, kadang saya tidak mau berhenti kalau disuruh istirahat. Soalnya
nanti harus overtaking kendaraan yang
sama lagi. Padahal melewatinya kendaraan saja tadi susahnya minta ampun.
Akhirnya perut juga yang menang dan sayapun harus berhenti.
Sedangkan pengalaman menegangkan
lainnya adalah ketika akan memasuki kota Lubuk Linggau. Hari sudah malam dan ditambah
lagi dengan hujan deras , mengurangi kemampuan pandangan saya. Jalanan yang
gelap dan tidak berlampu sama sekali karena kami dihutan. Kami hanya mengikuti
bus ALS yang ada didepan kami. Sampai satu ketika akhirnya kami jalan sendiri
didalam gelapnya malam. Sekitar 30 menit kami jalan ditengah gelapnya hutan dan
derasnya hujan. Tidak ada kendaraan lain didepan dan dibelakang kami. Hati ini
berdebar-debar sampai tidak lama kemudian kami menemukan peradapan dan berhasil
sampai di Linggau kemudin menginap di hotel langganan kami untuk pertama
kalinya yaitu hotel Abadi.
Perjalanan ini mau tidak mau
harus diteruskan dan akhirnya saya berhasil mencapai kampung pertama kalinya
dengan selamat.
Sedangkan untuk Mudik kedua
kalinya ini lebih enak. Diatas kapal kami bertemu dengan sesama pemudik yang
akan juga menjajal tanah Sumatra. Saya terus mengekor rekan konvoi saya
itu. Kami terus konvoi sampai mendekati
daerah simpang Meo. Disana kami terpisah
dan akhirnya kembali saya sendiri menuju ke kampung halaman.
Linggau Sorolangun jalannya mantap sekali |
Bikin bejek gas selalu |
Saya menambah kecepatan untuk
segera meninggalkan darah tersebut. Tiba-tiba dari kaca spion saya melihat ada
sebuah motor yang bergerak mendekatai kami.
Dug..dug..dug… pyar jantung ini takut si empunya itu ayam tahu kalau saya menabrak
itu ayam dan meminta ganti untung ( ya iyalah
kalau minta duitnya gede ya pasti untung dianya). Saya terus memacu
kendaraan tapi sampai saat si pengendara berhasil menyusul kami dan melewati
kendaraan kami. Kemudian si pemotor terus meninggalkan kami. Saya menarik napas
panjang. Lega rasanya ternyata si premotor bukan si pemilik ayam.
Sedangkan untuk cerita mudik
ketiga kalinya pada tahun 2015. Ini adalah mudik kami pertama secara konvoi
dengan grup mudik kami yaitu Road to Sumatra yang dahulu bernama Kaskus Road To
Sumatra. Kami bersama meninggalkan Jakarta kurang lebih ada 13 kendaraan dengan
berbagai tujuan di Sumatra. Cerita
uniknya disini adalah saya meninggalkan rombongan besar saya, akan tetapi kami
kembali bersatu alias regrouping di
RM Taruko Jaya Kotabumi. Kami kembali terpisah dan bergabung kembali di Lubuk
Linggau. Dan terakhir kami regrouping di RM Umega Gunung Medan.
Dari sinilah kemduain kami terus menjalin silahturahmi sampai sekarang melalui
media social Whatsapp, Facebook.
Bersama sebelum berpisah di RM Umega |
Konvoi mulai dari Linggau |
Bersama dengan kel. om Herri |
Om Panca dan om Herri |
Semantara mudik tahun lalu lebih baik yang saya rasakan. Kami bisa
berkonvoi sampai akhir alias sampai tujuan. Saya meminta untuk diletakkan
dibelakang saja alias sebagai sweeper
dan akhirnya saya bisa terus dirombongan sampai akhir. Kadangkala saya
merengsek kedepan untuk mengambil beberapa gambar sebagai dokomentasi. Tapi
memang kalau rombongan besar ini kalau berhenti suka lama dan disinilah kita
membuang ego kita masing-masing dan mendahulukan kepentingan bersama.
Rombangan Berhenti di Baturaja, Lahat
dan menginap di Lubuk Linggau. Kemudian berhenti lagi disetelah Muara Rupit dan
Istirahat siang di Gunung Medan di Rumah Makan kebanggan kami Umega yang saat
itu penuh dengan pemudik lainnya.
Dimulai dari Gunung Medan lah
rombangan kami mulai berpisah-pisah. Om Rizal dan Om Arief berpamitan menuju
Pekanbaru, kemudian disusul om Dodi dan Om Jaka menuju Padang, Om Werry di
Batusangkar, Om Edro dibukittingi dan saya. Sedangkan om Harpin dan satu rekan
lainnya melanjutkan kearah Medan.
Foto walau belum semua |
Saya dan keluarga (terutama saya
sendiri hehehehe)… sudah mulai
persiapan untuk menatap mudik tahun ini. Struktur kepengurusan mudik tahun ini
sudah terbentuk dan ternyata tidak berubah dari tahun kemarin. Untuk Jadwal
persiapan sudah kami persiapkan dengan sedetil-detilnya. Mulai dari persiapan
sekolah, belanja lebaran dan juga belanja untuk mudik. Sampai dengan jalur
keberangkatan dan jam keberangkatan sudah diatur didalamnya.
Saat yang indah dalam mudik
menurut saya adalah ketika menaiki kapal da berada diatas kapal. Itulah hal
yang paling nikmat menurut ketika mudik. Soalnya saat itulah saya bisa
istirahat hahaha (galak gadang)…..
Apalagi dapat kapal yang kosong |
Tapi penderitaan itu tetap ada |
Sebenarnya ada 3 jalur yang biasa
dilalui oleh pemudik saat mudik lebaran. Jalur Lintas Barat Sumatra, Jalur
Lintas tengah Sumatra dan Jalur Lintas Timur Sumatra. Ketiga jalur ini
mempunyai ciri khas masing-masing. Mari kita beberkan perbedaanya.
- Jalur Lintas Timur Sumatra.
Jalur Lintas Timur Sumatra |
Kondisi Jalan |
Kondisi yang mulus |
Entah dimana ini tapi kondisi jalan bagus |
Untuk jalur ini tantangannya
adalah truk-truk ekspedisi yang kadang jalannya bersama-sama dan bahkan mereka
rapat sekali sehingga susah untuk melakukan overtaking.
Jalanan yang sedang diperbaiki |
Mulusnya jalur lintas timur Sumatra |
Mulus banget |
Untuk jalur Palembang – Muaro bungo
dimana bersatunya kembali Lintas Timur dan Tengah (untuk mudik yang ke Sumatra
Barat aja yah). Konisi jalannya lumayan bagus.
- Jalur Lintas Tengah Sumatra
Jalur Lintas Tengah Sumatra |
Kondisi Jalan di jalur ini dalam
kondisi yang sedang sedang saja alias berubah tiap tahun. Tahun ini jelek tahun
depan jadi bagus. Kadang yang bagus bisa menjadi jelek.
Daerah Sumatera Selatan
biasanya penyumbang jalan jelek terbesar pada jalur ini. Mulai Martapura sampai
Lahat. Hati-hati akan jebakan betmen
yang ada di daerah ini. Kadang kita sedang kencang berkendara karena berpikir
jalan bagus tiba-tiba ada jalan lobang yang menganga didepan. Sedangkan untuk
didaerah Baturaja keatas sampai Lahat sudah menjadi langganan kerusakan jalan.
Disinilah diuji kemampuan memilih jalan dan tes suspensi. Salah ambil jalan
bisa gasruk bagian bawah mobil. Apalagi
mobil yang mempunyai Ground Clearence
rendah.
Jalur Mulai dari Bakauheni sampai
Lampung mungkin kita akan sedikit terhambat oleh truk yang jalannya pelan
akibat kelebihan beban. Sedangkan dari Lampung ke atas kita bisa sedikit
menaikkan kecepatan. Berhati-hatilah dengan pengandara motor.
Jalanan di jalur ini bervaiasi
ada lurus, naik turun, jalan besar dan kadang kecil. Sangat menarik sekali.
Jalur ini merupakan jalur favorit saya dan keluarga untuk mudik dan balik lagi ke
Jawa. Tidak diragukan lagi.
Untuk SPBU tidak perlu diragukan
lagi ketersediaanya. Sepanjang jalur ini banyak sekali terdapat SPBU yang
ukurannya Jumbo-Jumbo.
Nah ini yang terpenting untuk
tempat beristirahat juga banyak tersedia. Banyak juga tersedia rumah makan
dengan area parkir yang besar-besar. Bahkan kalau kita bawa menu sendiri dan
hanya numpang parkir saja juga bisa seperti yang biasa kami lakukan.
Pada jalur ini juga tersedia trek
yang lurus yang bisa untuk menguji speed kendaraan kita. Di daerah Linggau –
Sorolangun tempat kita menguji kendaraan kita.
- Jalur Lintas Barat Sumatra
Jalur Lintas Barat Sumatra |
Jujur saja saya belum pernah
melewati jalur ini. Saya mendapatkan cerita ini dari rekan kami yang udik di
akhir tahun kemaren. Rencanaya tahun ini kami aka mencoba jalur ini.
Pada jalur ini kita nantinya juga
akan melewati Taman Nasional yang memang disekeliling adalah hutan jadi kondisi
kendaraan harus benar-benar prima di area ini.
Kelebihan dari jalur ini adalah
pemandangan samudra India. Sepanjang jalan kita akan disuguhi pantai-pantai
indah dari Samudra India. Sedangkan kelebihan lainnya adalah kondisi jalan yang
lumayan bagus walau kecil.
Untuk kekurangannya pada jalur
ini adalah ketersediaan SPBU yang buka 24 jam. Mungkin karena jalur ini tidak
terlalu ramai sehingga tidak semua SPBU yang buka 24 jam. Juga rumah makan yang besar yang bisa
dijadikan pemberhentian buat numpang mandi. Kan ga enak kalau nebeng di
kamar mandi orang tapi yang makan disana ga ada. (Sumber om eko). Tapi sudah
banyak tersedia maret-maretan alias mini
market.
Itulah sedikit gambaran dari 3
jalur mudik ke Sumatra yang biasa dilalui oleh para pemudik. Untuk jalur yang
paling banyak dilalui oleh pemudik sampai sekarang ini adalah jalur lintas
tengah. Mulai dari Bakauheni – Kalianda – Bandar lampung- Gunung Sugih – Kotabumi
– Martapura – Baturaja – Tanjung Enim - Muara Enim – Lahat – Tebing Tinggi –
Lubuk Linggau – Sorolangun – bangko – Muara Bungo – Dharmasraya – Sijunjung – Batusangka
– Bukittinggi ( Soalnya saya mudik ke Bukittinggi).
Buat yang mudik ke Padang ya
lurus aja kalau di Sijunjung da perlu
belok kanan. Kalau buat yang ke Medan bisa ikuti jalur saya menuju Bukittingi
dan nanti dari Bukittinggi masih jauh lagi nerusin ke Medan hehehehe.
Memang masih 3 bulan lagi sebelum
mudik berlangsung tapi keriuhannya untuk mudik sudah terasa sekali di grup
mudik kami di Road to Sumatra. Mulai dari pemilihan jalur sampai tanggal
keberangkatan.
Untuk mudik lewat jaur darat ini
sangat berbeda sekali rasanya dengan mudik dengan menggunakan moda transportasi
lain. Dengan menggunakan kedaraan mobil kita bisa berhenti dimana saja yang
kita sukan dan kapan saja kita mau. Menikmati perjalanan dan petualangan dengan
keluarga. Walau petualangan dalam skala kecil. Ada senang, was was dan
macam-macam perasaan tergabung dalam perjalanan ini.
Saya sendiri memilih melalui darat
ini tidak lain tidak bukan selain menghemat dan juga memberikan petualangan
buat anak-anak kami. Kedua anak saya pun tiap mudik selalu sibuk dengan
persiapan mudiknya sendiri. Kakak yang selaku sekretaris sibuk membuat catatan
persiapan dan si Ami juag sibuk kalau melihat kakaknya sibuk sampai suatu saat
dia akan bosan.
Selaku supir utama dan merangkap cadangan hal yang paling menyenangkan bagi saya selama mudik dengan mengemudi adalah pas naik keatas kapal di Merak dan istirahata hahahaha. Selebihnya capek tapi menyenangkan. Menikmati hijaunya jalur lintas Sumatra adalah kenimatan tersendiri. Sedangkan melewati kesunyian hutan adalah kenikmatan tersendiri bagi saya.
Selama di perjalanan kekutan
fisik harus dijaga dan jangan sampe mengantuk, karena waktu sepersekian dektik
bisa membuat kita semua celaka. Persiapkan kendaraan dan fisik pengemudi
sebelum keberangkatan. Pastikan mendapat istirahat yang cukup.
Intinya mudik dengan menggunakan
mobil pribadi adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagi kami sekeluarga.