featured
Mudik Bareng (Road To Sumatra a.k.a RTS) 2017 ke Bukittinggi dengan menggunakan Lintas Jalur Tengah
12:20:00 AM
Hari keberangkatan kami telah
tiba untuk mudik bareng dengan rekan rekan Road to Sumatra yaitu tanggal 16
Juni 2017. Kami merupakan grup pertama yang akan menjajal lintas Sumatra. Grup kami ini adalah Grup 16 karena akan berangkat pada tanggal 16. Kemudian akan diikuti oleh rekan rekan RTS lainnya di hari yang berbeda.
Adapun para anggota team 16 ini adalah:
- Om Werry yang duluan jalan pagi hari dan akan menunggu di Bandar Lampung, tujuan Batu Sangkar
Om Werry dan keluarga |
- Om Jaka dengan tujuan akhir kota Padang
Om Jaka dan keluarga |
- Om Arief dengan tujuan akhir Medan
Om Arief dan keluarga |
- Om Sony dengan tujuan Bukittingi
Saya dan keluarga (itu Nabil manyun kalau di foto) |
- Om Endro dengan tujuan akhir Bukittinggi
Om Endro dan keluarga |
- Om Uzka dengan tujuan akhir Padang
Om Uzka dan keluarga |
- Om Doddy dengan tujuan akhir Padang
Om Doddy dan keluarga |
- Om Harpin dengan tujuan akhir Kutacane (Aceh)
Om Harpin dan keluarga |
- Om Rizaldi dengan tujuan akhir Pekanbaru
Om Rizaldi dan Keluarga |
- Om Sulhan dengan tujuan akhir Peyabungan (Sumatra Utara)
- Om Herman dengan tujuan akhir Pematang Siantar
Walaupun kami berbeda tujuan akhir tapi kebersamaan kami menembus jalur lintas Sumatra membuat, kami tetap bersama sampai tujuan akhir yang memisahkan kami.
Semua barang telah selesai di
packing dan dimasukkan kedalam kendaraan disaat pagi hari. Sekarang hanya menunggu waktu keberangkatan
untuk menuju titik kumpul kami pertama yaitu Rest Area KM 43 tol Jakarta Merak.
Menjelang sholat Jum’at, saya masih menyempatkan diri untuk tidur sejenak
sebagai persiapan menjadi supir selama 30 jam, akan tetapi mata ini tidak mau
terpejam. Entah karena terlalu bersemangat
atau karena grogi. Padahal semalam saya juga tidur telat dan hanya tidur
selama 4 jam. Waktu tidur yang kurang menurut saya, tapi semangat akan menjelahi lintas Sumatra membuat saya kuat hehehe.
Setelah melakukan ibadah sholat
Jumat, si kakak dan bunda melakukan proses pengecekan akhir dalam proses
pemasukan barang. Setelah barang diperiksa maka kami semua mulai melakukan
perjalanan panjang menuju tujuan akhir yaitu Bukittingi.
Kami meningalkan rumah di Bekasi
menuju titik kumpul pertama di KM 43 (rest area) tol Jakarta Merak pada jam
13.30 siang dan menuju pintu tol. Ditengah perjalanan bunda meminta berhenti
untuk membeli plastic untuk muntah selama diperjalanan walau barang ini tidak
wajib tapi untuk persiapan tidak ada salahnya dan membeli sandal nenek di luar
komplek rumah. Saya juga meminta untuk membelikan sandal jepit sebagai
pengganti sandal saya yang putus pas sebelum berangkat.
Pada jam 14.05, buda selesai
berbelanja dan kami lansung jalan menembus kemacetan jalan Caman- Bekasi.
Melewati tol dalam kota kondisi lalu lintas cenderung ramai lancar. Sedangkan
arah sebaliknya berhenti alias macet akibat pembangunan LRT di sepanjang jalan
tol Jakarta Cikampek.
Jalan tol dalam kota lancar jaya |
Sedikit padat di masuk tol Jakarta Merak |
Pada jam 15.03 kami memasuki rest
area KM 43 tempat meeting point kami yang pertama. Saya ingin mengisi bahan bakar
dulu di rest area ini, sebelum berkumpul.
Terlihat om Arief terlihat menyambut saya sekembalinya dari sebuah kedai
minuman (udah mulai ga puasa nih si om hehehehe).
Setelah kondisi bahan bakar full dan siap berperang, kemudian saya mencari
lokasi parkir untuk memarkirkan kendaraan didekat kendaraan om Arief, dan
selanjutnya membagikan stiker yang kami dapat dari KASKUS yang akan dipasang pada kendaraan kami.
Setelah dipasang stiker kemudian saya menyusun kendaraan untuk memudahkan dalam
pengambilan foto nantinya. Saat itu, yang sudah hadir di rest area adalah om
Jaka, om Arief dan om Uska.
Empat kendaraan yang siap memulai perjalanan jauh antar pulau |
Saat itu waktu sholat ashar sudah
masuk, saya kemudian melalukan ibadah sholat terlebih dahulu, sebelum memulai perjalanan panjang
menembus lintas Sumatra. Setelah sesi foto dari kami berempat keluarga , waktu
sudah menunjukkan pukul emapt sore. Sesuai dengan perjanjian kami kan
meninggalkan rest area pada pukul 4 sore. Akhirnya kami berempat memutuskan
untuk memulai perjalanan sesuai dengan jadwal awal. Sedangkan om Doddy, Om
Herman dan om Endro masih dalam perjalanan.
Kami menginformasikan agar bisa menyusul ke Pelabuhan Merak saja,
melalui media social Whatsapp Road To
Sumatra. Sedangkan om Werry akan menunggu di Bandar Lampung, karena dia sudah
dari pagi melakukan perjalanan. Sedangkan untuk om Sulhan dan om Rizaldi akan
berangkat pada jam 8 malam.
Kondisi jalan masih sangat lancar |
Ini dia grup kecil kami |
Mulailah kami melakukan perjalanan
kami bersama sebagai sebuah team kecil. Kondisi
lalu lintas masih cenderung sepi tapi sudah ada beberapa pemudik dari
Jawa yang sudah bergerak menuju tanah Sumatra. Keadaan jalan sudah ada yang
selesai pelebaran dan ada juga yang masih dalam tahap pengerjaan.
Gerbang paling ujung tanah Jawa sebelum menyeberang |
Macet gegara bus berhenti sembarangan |
Pintu Pelabuhan penyeberangan
Merak dipenuhi oleh kendaraan umum yang berhenti disembarangan tempat yang
menyebabkan jalan menjadi macet. Pelan tapi pasti kami berhasil melewati
kemacetan tersebut dengan aman. Setelah membayar uang masuk sejumah 374rb termasuk
kendaraan dan penumpang kami memarkirkan kendaraan di sebuat tempat kosong
sambil menunggu om Endro.
Menunggu om Endro, om Doddy dan om Herman di Pelabuhan Merak |
Sembari menunggu kami melihat
internet ternyata diinformasikan kalau di Dermaga 3 tersedia kapal Dharma
Rucitra, akhirnya kami bergegas untuk menuju dermaga 3 dan tidak lupa
menginformasi di grup kecil agar nantinya mengarah ke Dermaga 3. Sesampai
disana kami medapatkan kalau kapal tersebut sudah akan memulai perjalanan dan kami diarahkan
untuk menuju Dermaga 6. Saya belum sadar
kalau disana tersedia kapal Portlink 3.
Kembali saya memacu kendaraan
menuju dermaga 6. Berhubung saya hanya familiar dengan 5 dermaga akhirnya kami
semua salah dan harus berbalik untuk menuju dermaga 6 yang merupakan dermaga
baru di Pelabuhan Merak. Sesampai di depan kapal kami langsung disuruh masuk
kedalam kapal dan langsung menuju lantai atas kapal dari lambung kapal.
Kapal hanya terisi tidak sampai
sepertiganya, karena memang saat itu hari raya masih lama. Om Jaka, om Arief,
om Uzka sampai berbarengan dengan saya. Sedangkan akhirnya om Endro sampai juga
tidak lama kemudian. Sedangkan om Doddy dan om Herman dipindah ke dermaga lain
karena kapal sudah akan berangkat. Kondisi kapal yang sangat lowong dan sepi
sehingga kami sangat nyaman di dalam kapal.
Kondisi kapal yang kosong |
Om Endro sudah bergabungdengan kami |
Pada jam 17.38 kapal ferry sudah
meninggal dermaga. Tidak lama kemudian terdengar suara adzan Magrib, kemudian
para anggota mudik bareng langsung santap menu berbuka yang telah mereka bawa
dari bawah. Sedangkan saya langsung meneguk teh kemasan yang dibawa dari rumah.
Setelah itu langsung menuju lantai atas kapal untuk menunaikan sholat Magrib
dan Isya.
Kapal Portlink ini kondisinya
sangat bagus mulai dari ruang istirahat supir, kondisi pendingin ruangan yang
sangat dingin, ruang makan yang juga dingin, tempat wudu yang bersih dan
terlebih musholla yang bersih, besar dan dingin. Lega banget rasanya. Seakan
ingin tidur saja di musholla ini saking nyamannya ini tempat.
Tempat lesehan penumpang |
Mesjid yang besar dan nyaman |
Ruang makan yang luas di kapal Portlink |
Saking sepinya anak-anak kami bisa berlarian didalam restoran kapal ini |
Setelah menunaikan sholat dan
kemudian kami bertiga (saya, Nabil dan Kakak) duduk di ruang makan. Yang juga
ber AC nan nyaman. Anak anak berlarian kesanan kemari. Saya akhirnya menyuruh
mereka untuk kembali ke mobil. Sewaktu keluar dari ruangan. Saya sangat
terkejut soalnya saya masih didermaga di Pelabuhan Merak dan cuma berpindah ke
Dermaga 5. Ternyata si kapal sedang isi bahan bakar. Kemungkinanan prasaranan
di dermaga 6 belum selesai dan terpaksa kalau mengisi bahan bakar harus pindah
dermaga dahulu.
Akhirnya kami mulai bergerak
menuju tanah Sumatra pada jam 19.00 padahal tadinya jam 17.30an delay 1,5 jam.
Selama didalam perjalanan di laut saya makan malam dan kemudian dilanjutkan
dengan istirahat sebelum berjuang di tanah Sumatra. Perjalan di kapal ini
sangat cepat menurut saya karena delay isi bahan bakar tadi.
Pada jam 20.30 malam kapal sudah
selesai merapat ke Pelabuhan Bakauheni dan satu persatu kendaraan bergerak
turun. Sekeluar dari kapal. Om Endro
sudah menunggu di luar dan kemudian kami berlima kendaraan bergerak menuju
Bandar Lampung. Kami melewati jalan yang baru selesai dibangun soalnya tahun
kemaren masih belum ada. Ada pembangun jala tol Sumatra terlihat disini walau
tidak terlihat jelas, karena kondisi jalan saat itu masih gelap.
Kami terus bergerak menuju Bandar
Lampung. Kondisi lalu lintas setelah keluar dari kapal diperlambat oleh laju
kendaraan truk yang bergerak lambat. Untuk melewati satu kendaraan sedikit
susah karena banyaknya kendaraaan dari arah berlawanan yang mengarah menuju
Bakauheni. Bahkan setelah Kalianda kami terhenti oleh sesuatu yang tidak pernah
kami ketahui penyebabnya. Ada sekitar setengah jam kami terhenti. Menjelang
memasuki kota Bandar Lampung jalan sudah sedikit lebar sehingga bisa melewati
kendaraan yang lambat dengan mudah. Akan tetapi kita perlu waspada karena
kondisi jalan yang tidak semuanya bagus disini walau jalannya dibeton.
Menjelang memasuki kota Bandar lampung saya menginformasikan om Werry untuk
menuju titik kumpul kami yang kedua di SPBU pertama setelah bundaran Rajabasa.
Setelah melewati bundaran
Rajabasa, tidak lama kami menemukan SPBU yang lumayan sepi pengunjung yang kami
jadikan titik kumpul kami yang kedua, om Werry sudah menungu dengan
keluarganya. Saya, om Jaka, om Arief dan om Uzka beriringan masuk SPBU menemui
om Werry. Kami sampai disini pada jam 23.30. Kami disini beristirahat sebentar
sembari menunggu para anggota tim yang lain. Om Doddy dan om Herman tidak lama
masuk kedalam area SPBU. Semua anggota yang belum mendapatkan stiker kemudian
saya bagian untuk dapat memudahkan bagi kami mengenal satu sama lainnya. Kami
masih menyempatkan diri saling berkenalan dan berbincang. Kami dapat informasi
kalau om Doddy terkena razia sebelum masuk kota Bandar Lampung.
Pada jam 00.00 kami semua mulai
meninggalkan SPBU secara berurutan dimulai om Werry sebagai RC dan kemudian
diikuti oleh saya. Total kami semua adalah 9 keluarga dengan menggunakan 9
kendaraan yang akan berkonvoi menuju titik kumpul kami yang ke tiga yaitu Rumah
Makan Taruko II.
Kondisi RM. Taruko II yang masih kosong dari kendaraan pemudik |
Perjalanan menuju Taruko II kami
tempung dalam waktu 1,5 jam. Keadaaan jalan yang sangat lengang bisa membuat
kami memacu kendaraan sedikit kencang. Kondisi jalan pun sangat mendukung untuk
kami berjalan pada malam hari. Untuk melewati kendaraan yang lambat didepan
kami tidak membutuhkan waktu yang lama.
Kami sampai di Rumah makan Taruko
II pada jam 01.30 dinihari. Seluruh anggota diberikan waktu beristirahat sampai
jam 04.00 pagi hari. Setengah jam pertama saya gunakan untuk berbincang dengan
para mudikers yang lain. Setelah itu
, saya sendiri langsung bergerak untuk tidur karena memang mata sudah diserang
rasa kantuk yang sangat berat. Sedangkan para member yang lain entahlah (udah
ga sadar diri lagi soalnya).
Pada jam 4 pagi seluruh driver utama dibangunkan untuk bersiap
mengarungi lintas tengah Pulau Sumatera. Jam 04.15 kami dengan menggunakan 9
kendaraan bergerak meningglkan rumah makan Taruko II di Kotabumi. Saat itu saya
disuruh untuk bertindak sebagai RC alias Road Captain, akan tetapi saya menolak
karena mengingat saya kalau sudah berada di barisan depan suka melupakan
anggota dibelakang. Saat itu saya berada
diposi kedua setelah om Werry.
Entah ini dimana |
Perjalanan menuju kota Baturaja
dimana disanalah titik kumpul kami berikutnya. Perjalanan menuju Baturaja dilalui dengan mulus, para peserta masih
gampang menyalip truk yang saat itu masih beroperasi dan motor masih belum
banyak keluar dari rumah. Kondisi jalanan yang cenderung mulus membantu kami
dalam melintasi jalur ini.
Saat memasuki waktu sholat Subuh
om Werry memasuki sebuah SPBU, akan tetapi hanya 4 kendaraan yang terdepan yang
memasuki SPBU tersebut dikarenakan 5 kendaraan masih tertinggal
dibelakang. Kendaraan yang tertinggal
ini terus melanjutkan perjalanan karena om Werry menginformasikan melalui pesan
Whatsapp dan akan menunggu kami di
suatu tempat. Sedangkan kami melanjutkan untuk melaksanakan ibadah sholat
Shubuh.
Selapas Sholat , kami langsung
mengejar ketertinggalan kami dari rombongan lainnya. Kami bertemu mereka, dan
kemudian melanjutkan perjalanan menuju Baturaja. Rombongan kami sekarang sudah
berukurang satu anggota yang memisahkan diri karena ingin buru-buru sampai
dikampung. Sekarang masih bersisa 8
orang anggota mudik yang berkonvoi.
Memasuki kota Martapura menuju
Baturaja barulah kemampuan berkendara
kami diuji disini. Lobang-lobang yang dalam menanti disetiap tempat. Kalau
salah mengambil jalan alamat mobil terperosok kedalam lobang dan ini lumayan
membuat kesusahan dalam memilih jalan yang bagus. Berhubung jalan menuju Baturaja tidak terlalu
jauh, sehingga penyiksaan ini segera berakhir.
Pada jam 8 pagi hari kami sampai
di meeting point kami di SPBU Bukit
Indah Lestari di Baturaja. Akan tetapi kami tidak bisa berlama-lama disana
karena di SPBU tersebut tidak ada tempat kami berteduh sedangkan saat itu
kondisi cuaca sangat cerah serta matahari bersinar sangat terang sekali (panas banget cuy).
Akhirnya kami berpindah ke sebuah
SPBU yang berada di luar kota Baturaja mungkin sekitar 10 km dari Baturaja. Kondisi
SPBU ini memungkinkan kami untuk melakukan
istirahat dan juga parkir secara parallel. Kami berada disini sekitar 1
jam berangkat, sebelum berangkat untuk melepaskan penat pada perjalanan
sebelumnya. Ada yang mandi pagi dan ada juga yang mencuci muka serta sikat
gigi.
Jumlah 8 kendaraan dengan 2 kendaraan asing-masing warna |
Dua Grey, dua Putih, dua Hitam dan dua Abu-abu asap (Imaih style) |
Foto bareng walau bukan formasi lengkap |
Ini dia grup 16 driver |
Panasnya pagi tidak meluluhkan semangat kami |
Setalah semua anggota berkumpul
barulah kami, sebelumnya ditetapkan kalau om Werry sebagai RC alias Road Captain sedangkan
saya sendiri bertindak sebagai Sweeper.
Hal ini dilakukan karena ada beberapa anggota yang dalam barisan kita yang
masih belum lancar melakukan over taking kendaraan lain. Jadi bisa membuat
mereka nanti jauh tertinggal.
Perjalanan menuju Lahat akan
ditempuh sejauh 150 km. Perjalanan ini
akan melewati Simpang Imam, Simpai Meo yang terkenal angker. Jalanan yang
berbelok belok, dan didalam hutan menambah keangkeran jalur ini, akan tetapi
hal ini juga yang mebuat kami rindu dengan jalur lintas ini. Kondisi jalan yang
kami lewati tersebut yaitu Simpang Imam
dan Meo sekarang sudah diperbaiki sebagian besarnya. Jalan yang dahulu
berlobang besar dan dalam sekarang sudah diaspal ulang. Jadi kami bisa lebih
cepat memacu kendaraan didaerah ini walau harus tetap waspada akan lobang yang
menganga yang kadang mucnul saat kita memacu kendaraan. Selain itu kita wajib
mewaspadai pada jalur ini adalah jalan yang mengalami longsor pada sebagian
badan jalannya. Kadang kendaraan yang akan lewat harus berganti-ganti. Jadi
disinilah diperlukan uang kecil untuk memberi uang tips penjaga swasta
tersebut.
Tidak beberapa lama kami melihat
gunung jempol berdiri kokoh didepan kami. Itu artinya lokasi titik kumpul kami
berikutnya sudah dekat. Ternyata benar
saja, om Werry berbelok kek kakanan masuk ke rumah makan yang kami jadikan
sebagai meeting point. Kami sampai dititik
kumpul dirumah makan Telaga Biru Lahat pada jam 14.40 sore. Saat itu mata ini
sudah sangat mengantuk sekali. Saya langsung mencari posisi untuk tidur. Tidak
butuh waktu lama saya langsung terlelap. Bunda dan Azra melaksanaka sholat
Shuhur dan Ashar dengan di jamak.
Menjelang lahat banyak penjual durian yang sedang musim saat itu |
Nah kalau sudah kelihatan ini bukit berarti RM. Telaga Biru sudah dekat |
Setengah jam kemudian saya
terbangun dan berhubung saya tidak puasa saya langsung menikmati makan siang
(maaf kalau kali ini saya tidak puasa diperjalanan). Setelah itu baru
melaksanakan ibadah sholat. Sedangkan keluarga yang lain sibuk dengan
kegiatannya masing-masing.
Waktu sudah menunjukkan jam 15.30
sudah waktunya kami berangkat, akan tetapi masih ada beberapa keluarga lagi
yang belum siap sedia. Itulah resikonya kalau berangkat dengan rombongan yang
jumlahnya cukup besar. Sementara itu om Sulhan dan Om Rizaldi masih
diperjalanan menuju Lahat. Kami memutuskan kami tidak menunggu mereka karena
kami masih akan melewati hutan didaerah Lahat menuju Lubuk Linggau. Jadi lebih baik kami melewati daerah tersebut
sewaktu masih terang.
Iring-iringan koncoi masih tetap terjaga |
Saya masih setia menjaga anggota supaya jangan tercecer |
Indahnya konvoi Grup16 |
Yeah ini dia konvoi terbaik |
Dikota Lahat om werry mengajak
untuk menempuh jalur lingkar yang katanya akan membeli durian, akan tetapi jala
nyang kami tempuh masih dalam perbaikan dan banyak juga jalan jeleknya. Intinya
saya sedikit tersiksa dalam menempuh jalan ini. Masih banyak perbaikan yang dilakukan olleh pemerinta kota Lahat.
Kami berhenti sejenak pada sebuah
SPBU di luar kota Lahat karena ada sebagian anggota yang akan mengisi bahan
bakar. Om Harpin bercerita kalau dia lewat kota Lahat dan kondisinya tidak
macet sama sekali dan kondisi jalan masih bagus. Aduh om Werry…… Beli Durian tidak jadi tapi jalan jeleknya dapet huhuhuhuhu.
Perjalanan dari Lahat menuju kota
Lubuk Linggau sebagai titik kumpul kami berikutnya melewati jalan yang
berkelok-kelok dan turun serta mendaki memutuhkan konsentrasi tinggi. Apalagi
lebar jalan sangat terbatas, mempersulit perjalanan kami. Beberapa kali truk
menghambat perjalan konvoi. Dibutuhkan usaha yang ekstra untuk melewati satu
kendaraan yang menghadang konvoi.
Menjelang masuk ke kota Muara
Beliti hari sudah berangsur gelap dan jalanan sudah tidak berkelok lagi. Bahkan jalan cenderung lebar. Kami memasuki
kota Lubuk Linggau sekitar jam 19.00. Om Werry langsung mengarahkan kendaraanya
ke hotel yang disebut murah meriah yaitu hotel Syariah. Sewaktu saya bertanya resepsionisnya, ternyata kamar degan harga 255rb posisinya
dilantai 2 dan 3 tanpa lift. Jadi tidak memungkinkan bagi saya sekeluarga yang
membawa orang tua menginap di hotel ini. Kemudian saya bertanya untuk kamar
yang lebih tinggi kelasnya dengan harga 375rb.
Saya meminta pegawainya untuk memperlihatkan kamarnya terlebih dahulu.
Setelah saya sampai di kamarnya kamar yang dimaksud tidak cukup besar untuk
menampung kami berlima. Biasanya saya menambahkan kasur angin untuk tidur kami
yang tidak muat di kasur hotel.
Akhirnya kami sekeluarga menginap
di Hotel langganan kami yaitu hotel Abadi, setelah menginformasikan ke om
Werry. Sedangkan para peserta yang lain menginap di hotel sebelumnya.
Selesai unloading barang saya
langsung mandi kemudian seperti biasa beli makan malam di restoran Padang depan
hotel. Biasanya bunda yang belanja, berhubung bunda sedang kurang enak badan,
akhirnya saya sendiri yang belanja ditemani anak bungsu saya.
Selesai makan dan duduk sejenak
saya langsung merebahkan badan dan tidak butuh waktu lama untuk tidak sadarkan
diri.
Keesokan harinya pada jam 06.00
kami mulai berbenah untuk melanjutkan perjalanan. Konvoi akan dimulai pada jam
8 pagi. Jadi kami sekeluarga harus berada di hotel Syariah pada pukul 07.30. Sayang sekali memeri card saya hilang didalam mobil dan belum ketemu sampai sekarang jadi beberapa kabar tidak bisa di upload.
Pada jam 07.15 om werry
memberitahukan kalau anggota yang lain telah siap berangkat. Nah lo. Janjinya
jam 08.00 sekarang jam segini sudah selesai. Akhirnya dengan tergesa-gesa kami
berbenah dan check out dari hotel.
Kami langsung menuju hotel dimana para peserta lain menginap, dan setelah
berbincang sejenak kami langsung berangkat.
Sebenarnya 2 anggota mudik pada
tanggal 16 sudah bergabung,tapi hanya om Sulham yang ikut rombongan sementara
om Rizal masih membutuhkan istirahat dihotel. Jadi hanya 9 kendaraan yang berangkat
berkonvoi. Om Werry sebagai RC, om Doddy, om Endro, om Harpin, om Herman, om
Jaka, om Arief, om Sulham dan saya sebagai sweeper
berjalan dengan berurutan.
Berhubung kami jalannya sudah
pagi jadi kendaraan setempat sudah mulai keluar dan sehingga perjalanan kami
agak tersendat ditambah lagi truk yang masih beroperasi dan kendaraan yang
berjalan pelan. Akan tetapi semua anggota mudik tetap menjaga barisan untuk
dapat rapat dan tidak terpisah. Walaupun kami semua tidak dilengkapi radio
panggil.
Barisan terjaga rapi di kota Bangko |
Ayoooooo semangat |
Nungguin siapa nih |
Ini yang buat grup lain ngiler |
Ini dia iringan mobil terlengkap sepanjang sejarang kami konvoi (9 kendaraan) |
Isi bensin sejenak di luar kota Bangko |
Deretan mobil yang ikut konvoi |
Diskusi mengenai jalur yang akan diambil om Arief |
Kami akan melanjutkan perjalanan
kami menuju meeting Point kami berikutnya
yaitu Restoran Umega di Gunung Medan. Konvoi masih tetap terjaga ketika kami
melewati kota Muara Bungo, ketika jam sudah menunjukkan sudah pukul 13.00. Kami
bergegas menuju meeting point selanjutnya.
Sebenarnya kami memutuskan untuk mengganti meeting
Point ini karena di rumah makan Umega biasanya susah Parkir.Sewaktu kami
masuk ke rumah makan pengganti yang dimaksud
ternyata rumah makan itu tutup saat bulan puasa, terpaksa kami
memutuskan untuk nantinya beristirahat di rumah makan Umega kembali.
Perjalaan menuju rumah makan yang
dimaksud membutuhkan usaha yang cukup keras dalam menghindari lobang-lobang
yang ada dijalan. Pada jalan sebelah kiri jalan yang menuju Padang/
Bukittinggi. Jalannya lebih banyak rusak dan kondisinya sama dengan kondisi jalan
di simpang Meo saat belum diperbaiki.
Kami cukup heran kenapa jalan Sumatra Barat yang dulunya bagus menjadi
seperti ini. Padahal tahun lalu, saat kami juga mudik keadaannya belum rusak
parah seperti tahun ini. Saya mendapatkan informasi kalau kerusakan ini dipicu
oleh keberadaan truk pembawa batu bara yang menuju Sumatra Barat. Jadi hanya
jalan yang disebelah kiri saja yang rusak parah, sedangkan jalan sebelah kana
masih bagus . Kami sampai di rumah makan di Gunung medan dan kami akan
berangkat satu jam kemudian.
Yeah Sumbar baby |
Nasi Bungkus RM Umega wajid dibeli. Rasa muantap |
Line up dulu menjelang jalan kembali |
Hampir jam 4 sore kami mulai
bergerak meninggalkan rumah makan Umega dan terlebih dahulu diadakan sesi foto
terakhir. Kemudian lanjut menuju Kiliran Jao untuk menunggu om Rizal yang
nantinya bersama om Arief akan berkelok kanan menuju ke Pekanbaru. Sekitar jam
17.00 kami sampai di persimpangan Kiliran Jao untuk menungu om Rizal yang masih
dibelakang konvoi kami. Tidak beberapa lama om Rizal datang, duo kendaraan
putih akan bergerak menuju Pekanbaru. Om Arief dan om Rizal akan berpisah
disini dengan rombongan.
Rombongan berhenti di Kiliran Jao |
Om Rizaldi dan om Arief yang akan berpisah |
Kemudian rombongan bergerak
menuju Sijunjung dimana kami juga akan berpisah dengan om Jaka dan om Doddy
yang akan menuju Padang. Semantara anggota lain akan berbelok kekanan menuju
Batusangkar. Bersamaan dengan datangnya waktu Magrib di waktu setempat kami
sampai di persimpangan dimaksud. Setelah berpamitan om Jaka dan om Doddy
berpisah dengan rombongan menuju kota Padang melewati kota Solok.
Ciri khas pemandangan Sumatra Barat sudag terlihat |
Jalan di sini sudah tidak bagus lagi |
Alhamdulillah, anggota yang tersisa
bisa menyelesaikan etape ini. Om Werry, om Endro, om Harpin, om Herman dan
saya sampai dirumah om Werry setelah
sebelumnya mengisi bahan bakar daulu di kota Batusangkar yang sesak oleh pasar
malam.
Di warung orang tua om Werry yang
lokasinya tepat berada tepat dijalan lintas Batusangkar-Bukittinggi. kami
disuguhi kopi yang entah namanya apa, tapi saya minum sampai dua gelas hahahaha. Rasanya makyus. Kami juga
disuguhi makan oleh keluarga om Werry, akan tetapi saya tidak makan karena
beberapa saat sebelumnya saya telah maka sate ayam rasa minang yang dijajakan
oleh pak tukang sate yang stand by
didepan lokasi parkir kami , masih banyak anggota kami yang berminat dengan
dengan sate ini akan tetapi satenya
sudah sold out. Satu porsi dihargai sepuluh ribu rupiah.
Lumayan lama kami berhenti
disini, akhirnya jam 23.00 lewat kami meninggalkan om Werry di kampungnya yang berudara sangat dingin,
karena berada di kaki gunung Berapi yang masih aktif.
Kini yang tertinggal dalam
barisan konvoi sekarang tinggal om Endro, om Harpin, om Herman dan saya
sendiri. Sekarang om Endro yang bertindak sebagai Road Captain, karena saya memang masih ragu dengan jalan disini.
Selain banyak kecil dan juga banyak cabangnya. Tidak berapa lama kami sampai di
Simpang Baso dimana bertemu dengan ramainya lalu lintas Bukittinggi-Payakumbuh.
Kemudian om Endro berhenti untuk meminta izin memisahkan diri dari rombongan.
Sekarang saya yang akan bertindak sebagai RC. Om Harpin dan om Herman ijin
untuk membeli sate yang dijual diwarung pinggir jalan.
Setelah belanja sate selesai,
saya mengajak rombongan menuju jalan Bypass Bukittinggi yang akan mengarahkan
om Harpin dan om Herman ke Medan. Sesampainya kami di satu persimpangan saya
berhenti karena yang harus memisahkan diri dari rombongan.
Setelah berpamitan dengan om
Harpin dan om Herman yang masih akan menempuh perjaanan jauh kemudian saya
memacu kendaraan saya dijalanan yang kosong menuju rumah kami di Jambu-Tilatang Kamang. Lewat jam 12 malam kami sekeluarga sampai di rumah kami. Kami sudah
ditungu oleh Mak Dang dan semut.
Inilah akhir perjalanan kami
menempuh dua buah Pulau besar di Indonesia, melewati 7 (tujuh) Propinsi di Jawa
dan Sumatra. Menempuh perjalanan jauh dan beragam jenis jalan. Menikmati
indahnya tanah Sumatra menjadi suatu hal yang menjadi poin penting kami
menjalani perjalanan panjang ini.
Satu persatu anggota mudik bareng
kali ini melaporkan kalau mereka telah sampai ditujuan akhir sampai dengan
selamat. Om Arief yang terakhir yang mengkonfimasi kalau dia sudah sampai di
tujuan dengan selamat. Ternyata kakak kandung om Arief meninggal dunia hampir
bersamaan dengan kedatangannya ke kota kelahirannya. Sehingga sibuk mengurus
segala hal pemakaman sang Kakak. Semoga arwah beliau diterima disisi Allah dan
semua keluarga yang ditinggalkan sabar dan tabah hendaknya.
Terima kasih kepada rekan-rekan
Road To Sumatra atas perjalanan indahnya selama mengarungi tanah Jawa dan
Sumatra. Kebersamaan ini semoga bisa terulang kembali di tahun depan. Insya
Allah.
Thanks to : Om Werry, om Endro,
om Jaka, om Arief, om Doddy, om Harpin, om Herman, om Sulhan, om Rizaldi, dan om Uzka yangmenghilang dengan
cepat meninggalkan rombongan.
Untuk ringkasan biaya akan diinfokan kemudian dan juga kompilasi video dan foto.