Resensi Film Iqro
1:30:00 PM
Kali ini saya akan menceritakan
tentang sebuah film yang telah lama di bicarakan oleh bunda. Yaitu film
Iqro-Petualangan meraih bintang. Film
yang diproduksi oleh tim dari Mesjid Salman ITB. Salah satu film anak yang katanya berkualitas.
Soalnya film anak jarang-jarang ada yang berkualitas. Terlalu kekinian menurut
saya dan kadang tidak cocok dengan adat ketimuran kita. Berita tentang film ini telah tersebar
melalui media social. Salah satu strategi marketing yang bagus dan murah dalam
segi biaya.
Adapun isi pesan di media sosial Whatsapp adalah sebagai berikut…….
Ayo nonton film anak Indonesia. ..
Sinopsis
Aqila adalah gadis cilik yg menggandrungi dunia astronomi namun belum bisa mengaji. Ia ingin membuktikan pada teman-temannya bahwa ia bisa meneropong Pluto lewat teropong utama Bosscha karena Kakeknya (Opa) merupakan seorang astronom yg mengepalai Observatorium Bosscha. Namun Aqila justru tak mendapat yang diimpikannya. Opa mensyaratkan Aqila harus bisa mengaji dulu baru ia boleh meneropong Pluto. Apa sebenarnya yang dimaksud Opa? Apakah ada kaitannya antara Al-Quran dan mempelajari alam semesta? Temukan jawabannya dalam #iqrodibioskop
Yuk Nonton
Film ini diproduksi tim dari Masjid Salman ITB. Kalau berhasil, Salman meniatkan diri memproduksi film anak-anak. Satu film satu tahun.
Film ini akan diputar 26 Januari 2017. Biasanya kesuksesan film diukur dari jumlah penonton hari pertama. Kalau tidak mencapai 30 ribu pada hari pertama secara nasional, maka Studio 21 akan menurunkannya dari layar.
Yuk, kita menonton film ini pada 26 Januari 2017. Mudah-mudahan tercatat sebagai amal kebaikan dalam mendukung tersedianya film berkualitas yang berperan dalam pendidikan dan pembinaan generasi mendatang.
Bunda mengajak kami untuk
menonton film ini apalagi film ini juga menyangkut cerita astronomi yang sangat
disukai bunda dan kakak. Kami memilih bioskop yang paling dekat dengan kediaman
kami. Terpilihlah Bioskop Blitz di Grand Galaxy Park, Bekasi yang juga memutar
film tersebut (cerita tentang Bioskop Blitz disini).
Film ini sendiri menceritakan
tentang seorang anak yang bernama Aqila yang sangat menyukai astronomi. Aqila
sangat tergila-gila sekali dengan dunia astronomi dan akan tetapi kurang lancar
dalam membaca Alqur’an. Aqila diberikan tugas oleh guru sekolah selama liburan untuk
membuat karya tulis dan dia menjanjikan akan melakukan peneropongan Pluto dan
membuat tulisan tentang Pluto. Dikarenakan sang kakek adalah seorang astronom di Pusat peneropongan
di Bandung (Boscha).
Aqila sendiri dikirim oleh orang
tuanya ke Bandung bukan tidak mempunyai tujuan. Aqila dikirim ke rumah sang
nenek untuk belajar mengaji. Soalnya di Jakarta Aqila tidak mengalami kemajuan
dalam belajar mengaji. Sesampai dirumah sang nenek. Aqila mengutarakan
keinginannya untuk melakukan pengamatan langsung dengan menggunakan terpong Boscha.
Akan tetapi sang kakek memberikan syarat kalau harus bisa menamatkan Iqro
terlebih dahulu dan melakukan peneropongan
Pluto adalah hadiahnya kalau dia telah menamatkan Iqro.
Aqila dan Opa sedang berdiskusi |
Kemudian Aqilla mengikut pesantren kilat yang
diadakan didekat rumah nenek dan pada akhirnya bisa menamatkan pelajaran Iqro. Peneropongan
Pluto juga bisa dilakukan oleh Aqila setelah observatorium Boscha diselamatkan
dari pembangunan hotel.
Film ini menurut saya adalah film
yang bagus untuk ditonton untuk anak-anak kita
terutama kita sebagai umat muslim, karena didalam film ini ada pesan
yang ingin disampaikan oleh si pembuat film yaitu bacalah Alquran karena semua
ilmu ada didalamnya. Itulah kenapa Allah pertama kali menurunkan wahyu kepada
Nabi Muhammad pertama kali yang ayatnya dalam bahasa Indonesia artinya bacalah.
Dalam film ini sang kakek juga menjelaskan hal ini kepada Aqila tentang hal
ini. Didalam Al quran itu sangat banyak sekali terdapat berbagai macam ilmu
pengetahuan.
Aqila belajar mengaji |
...... dan giat mengaji |
Film ini juga menceritakan
tentang perjuangan Aqila dalam belajar mengaji. Selama tinggal di rumah nenek Aqila
sering diganggu oleh seorang anak yang bernama Fauzi. Nah karakter Faudzi ini
adalah anak yang iseng akan tetapi patuh kepada orang tua. Kadang isengnya
terlalu dibuat-buat. Ternyata si Fauzi
ini pandai mengaji dan menjadi nakal semenjak di tinggal oleh sang ibu.
Faudzi bocah nakal yang pandai mengaji |
Penyelamatan Boscha dari
pembangunan hotel disekitar daerah observatorium adalah menjadi cerita lain
dalam film ini. Dimana sang pemilik hotel menggunakan jasa preman dalam
menggangu keluarga kakek Aqila. Pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film
bahwasanya hal yang seperti ini sudah lazim terjadi disekitar kita. Walau pada
akhirnya kejahatan akan selalu kalah oleh kebaikan.
Bang Codet lagi ngaku |
Meriam Belina dan Mike Lucock yang ikut bermain dalam film
ini juga walau beberapa saat menambah kesegaran dari film ini. Celetukan dari
nenek (meriam Belina) si Faudzi ini yang sedang memarahi Bang Codet (ayah
Faudzi) memberikan nuansa lain dari film ini.
Akan tetapi film ini bukanlah
tanpa kekurangan. peran Neno Warisman (Oma) di film ini terlalu
ditua-tuakan, berbeda sekali dengan
pembawaan Cok Simbawa (Opa) yang menurut saya sangat berwibawa. Pembawaan Cok
Simabara sangat natural dan cocok sebagaik kakek. Oma terlalu dituakan
suaranya atau suaranya diberat-beratkan.
Padahal perawakannya masih kuat.
Kemudian dialog para pemain yang sudah
lama tinggal di daerah Sunda yang hilang logat sundanya. Padahal menurut
pengamatan saya, walaupun orang sunda menggunakan bahasa Indonesia logat
Sundanya tidak akan pernah hilang.
Sedangkan pemeran Faudzi
perawakannya terlalu bersih untuk anak yang hidupnya dari berjualan kerupuk
Palembang, walaupun sudah menggunakan baju yang sederhana tapi ada yang janggal
dengan perawakan mukanya, terlalu bersih menurut saya. Bukan saya menggangap
kalau orang yang tidak mampu itu tidak ada yang bersih mukanya tapi paling
kurang ada yang kurang tepat dalam pemilihan pemain untuk Faudzi ini.
Tapi dibalik kekurangannya itu secara garis besar saya mengakui bahwa film ini baik ditonton oleh kita sekeluarga.
Banyak nilai postif yang bisa diambil dalam film ini. Intinya kita harus kembali ke Al-Quran dengan membaca dan mempelajarinya.
Sebagai akibat dari film ini saya
mendapat dua ajakan mengunjungi observatorium Boscha. Petama, ajakan datang
dari bunda yang sudah lama mengajak saya mengunjungi tempat ini sedangkan yang
kedua datang dari anak bungsu saya untuk pergi kesana untuk mencari sang kakek, bukan untuk melihat bintang hahahaha.
0 komentar