Jalan-Jalan ke Tokyo Tower

9:30:00 AM

Cerita ini merupakan lanjutan perjalan saya selama di Jepang beberapa waktu yang lalu (klik disini). Pada Hari pertama  saya dan Fanni sampai di Jepang dan kami belum bisa melakukan check in karena saat itu masih sekitar jam 11 pagi.

Fanni mempunyai ide untuk pergi berkeliling Tokyo saja sembari menunggi waktu check in. Saya sangat beruntung mempunyai teman saat keluar negeri seperti ini,  kalau tidak pasti saya akan tetap menunggu sampai saya bisa check in di hotel.

Fanni kemudian bertanya kepada staff hotel kemana saja kami bisa pergi. Ada beberapa tempat yang disarankan oleh staff hotel satu diantaranya adalah Tokyo Tower. Salah satu menara yang menyerupai menara Eiffel (bener ga yah saya menulisnya?).

Untuk menuju kesana kami  disarankan menggunakan kereta, akan tetapi kami tidak bisa menggunakan stasiun yang terdekat dengan hotel kami yaitu Shinagawa Station. Dengan berbekal peta yang kami dapat dari hotel (ada tiga macam peta, padahal isinya sama saja). Kami terlebih dahulu harus berjalan mengitari hotel kami terlebih dahulu untuk menuju stasiun kereta yang dimaksud. Stasiun kereta yang kami tuju adaah Takanawadai Station. Kami makin lama masuk ke komplek perumahan yang jalannya rada kecil dan rumah orang jepang yang serba minimalis (maklum tanah mahal bossss). Kami sedikit frustasi saat itu menemukan stasiun yang kami tuju.

Tidak lama kami berhasil menemukan jalan besar yang memang sesuai dengan peta yang kami bawa. Kami mencari dimanakah stasiun yang dimaksud ituuuuuuuu. Ternyata eh ternyata stasiunnya ada dibawah tanah alias subway. Harap maklum yah jarang-jarang ngeliat kereta dibawah tanah di Indonesia (belum ada malah). Kami berdua tertawa sambil menuju kebawah menuju stasiun.

Sekarang adalah proses membeli tiket kereta. Pada diatas mesin tiket terpampang peta jalur kereta api dan berikut harganya dari satsiun kita. Tiap Jalur yang berbeda warna menujunjukkan rute yang berbeda. Pada awalnya kembali kami harus mengahadapi mesin yang belum pernah kami temui di Indonesia.  Tapi dengan percaya diri kami kemudian menekan harga yang harus kami bayarkan dan jumlah orang yang ikut pada mesin susai yang terpampang di atas mesin. Saya harus memasukkan uang terlebih dahulu dan baru menekan harga tiket yang akan dibeli. Kami saat itu akan menuju stasiun Akabanebashi Station dan harus transit dahulu di Daimon Station.

Setelah tiket keluar dan uang kembalian keluar semua,  sekarang kami akan masuk ke dalam stasiun. Sebelumnya  ada mesin tiket yang terletak didepan. Kami berdiri dahulu pura meilihat-lihat sekeliling padahal sih memperhatikan pnumpang lain yang akan masuk. Ternyata kita harus memasukkan tiket yang telah dibeli pada depan mesin dan akan keluar di bagian belakang mesin dimana kita harus melewati besi penahan yang seperti masuk di KRL di Jakarta. Jangan lupa mengambil tiket itu lagi karena pada saat sampai tiket akan diminta lagi oleh mesin dan ditelen selamanya hehehehe.

Petunjuk yang ada di stasiun ini sangat membantu kami dalam menemukan dimana kami harus menunggu kereta. Tidak lupa kami berfoto ria sebelum kereta datang. Kereta yang ada dijepang ini yang saya naiki selalu ontime baik saat datang dan meninggalkan stasiun. Ini yang membuat saya takjub kapan ya Indonesia seperti ini.

Setelah transit Didamon Station saya dan Fanni akhirnya sampai juga di Stasiun yang kami tuju yaitu Akabanebashi Station. Kemudian kami naik keatas untuk keluar dari stasiun dan kami keluar di persimpangan jalan yang besar dan langsung terlihat Tokyo tower yang menjadi tujuan kami.
Ini dia tujuan kami

Pada kemana nih orang-orang 

Sepi banget nih jala kaga ada yang jualan ketoprak atau lontong sayur

Burung gagak yang bebeas berkeliaran

Hantuuuuuuu

Kami berdua berjalan menuju Tokyo Tower tersebut, cuaca saat itu sangat cerah dan panas. Tapi karena saat itu sedang musim semi jadi kami tidak merasakan panasnya jepang. Hampir tiap 10 langkah kami berhenti untuk foto sesi. Maklum jarang-jarang bisa ke Jepang kalau tidak dibayarin.

Banyak terlihat burung gagak yang terbang bebas disana, baru kali ini saya melihat burung gagak secara langsung ternyata itu burung besar juga. Dibawah Tower ada gedung yang menjual berbagai souvenir yang harganya relative sama jadi tidak perlu berkeliling mencari yang murah.

Untuk naik keatas Tower diharuskan total membayar 1600 yen untuk dewasa untuk dua observatory, sedangkan untuk anak sekolah beda lagi. Tokyo tower ada observatory yaitu Main observatory dan Spesial Observatory. Untuk naik ketasnya (Spesial Observator)  lagi kita harus membayar lagi (hadeeeeeh) di Main Observatory. Ketinggian Main Observatory adalah 150 meter sedangkan Spcial Observatory adalah 250 meter
Tingkatan Tokyo Tower
Untuk membeli tiketnya dilakukan pada lantai atas (Main Observatory). Untuk menuju Main Observatory dari Tokyo tower ini lebih mudah dibanding kalau kita harus menuju lantai yang paling tinggi alias Special Observatory. Soalnya Liftnya lebih besar dan beda naik dan turun, sedangkan di Special observatory udah kaya di Monas aja naik turun gentian pake satu lift aje.
Papan Informasi didepan Pintu masuk

Penunjuk arah loket pembelian tiket 

Antrinya panjang tapi heranya ga pake lama

Yang suka one piece ada loket tersendiri (saya mah ga suka)
Setelah sampai di Main Observatory kami seperti biasa poto session… dan berkeliling melihat kota Tokyo di Main Observatory. Juga disediakan lantai yang berupa kaca yang bisa  melihat ke bawah.  Kami melihat ada lapangan bola diatas gedung dan ada juga kuil disekitaran Tokyo Tower ini dan entah mengapa tidak ada ide dari kami berdua untuk mengunjungi itu kuil. Jadi  kami lewati untuk mengunjungi kuil Zojoji hari itu.
Isinya orang Jepang semua hehehe

Kaca dilantai yang bisa melihat kebawah
Tokyo view 1

Tokyo View 2


Tokyo View 3

Tokyo View 4
Kami memutuskan untuk naik naik ke Special Observatory walau bayar lagi dan antrinya saat itu lumayan panjang. Naik ke tingkat yang paling atas sedikit lebih lambat karena liftnya Cuma satu dan juga harus menaiki tangga lagi hadehhhh. Sampai juga kami naik ke Special Observatory dengan menggunakan satu-satunya lift yang tersdia disana. Didalamnya sudah ada mbak-mbak yang dengan setianya naik turun dan pencet atas bawah yang selalu berjaga (hancur banget bahasanya)
Ini apaan ya?

Antrian beli tiket ke Special Observatory

Antri naik Lift

Lah ini Siapa?????

Duo Belah Kapak

Trio Kwek Kwek Jepang
Pemandangan dari Special Observatory

Pemandangan lebih jauh kalau dari tingkat paling atas
Setibanya kami diatas kami lakukan yang biasa kami lakukan yaitu poto-poto. Kami tidak lama diatas karena pemandangan sama saja dengan diawah tapi bedanya lebih tinggi. Katanya sih ita bisa melihat gunung fuji dari atas sana tapi ntah kenapa saat itu kami tidak bisa melihatnya.

Tidak beberapa lama kami turun kembali ke bawah untuk melihat-lihat souvenir disana. Kali ini hanya melihat-lihat saja soalnya kami masih lama dinegeri orang takut uangnya habis duluan. Rata-rata harga satu toko dengan yang lain sama dan  tidak asiknya ga bisa nego harga alias nawar hehehehe.
Setelah turun lift dilanjutkan turun tangga

Mbak petugas lift

Souvernir shop

Siapkan uang yang banyak kalau saudaranya banyak

Rapi yah disusunnya dan warnanya meriah gitu
Merasa cukup dengan kunujungan kali ini, kemudian saya dan Fanni beranjak keluar gedung dan menuju rah pulang sebelum itu kami istirahat sejenak dengan menikmati hawa sejuk kota Tokyo. Hari itu lumayan ramai pengunjung yang datang. Saya merokok diarea smoking area sedangkan Fanni hanya minum menemani saya sambil memperhatikan pengunjung lain yang penampilannya rada aneh dimata kami berdua yang awam.
Yang haus.... yang haus
Pintu masuk ke stasiun disebelah kanan diseberang jalan
Kami kemudian berangsur pulang kembali ke hotel, menggunakan moda transportasi yang sama degan kami berangkat yatiu kereta. Dengan hargaTiket yang sama dan sekali transit kami menuju hotel. Dalam perjalan ke hotel kami melihat nama hotel yang rada mirip dengan hotel kami dan areanya seperti satu kawasan dengan hotel kami. Saya pikir mungkin kita coba aja masuk barangkali ada jalan pintas menuju hotel kami. Ternyata benar, hotel ini memang masih satu grup dengan hotel tempat kami menginap. Jadi satu grup hotel ini mengitari sebuah taman yang ada dibelakangnya. Taman yang sangat terawat dan biasa dijadkan tempat pernikahan orang Jepang.

Ternyata ada jalan pintas menuju stasiun kereta yang belum kami ketahui, sebelumnya kami harus jalan memutar komplek perhotelan ini untuk menuju stasiun huuuhhh…. Capeknya…..

You Might Also Like

4 komentar

  1. tetap setia dg kostum yg sama utk sesi "poto-poto" heheheee..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya... Maklum kekurangan kostum.... yang penting mah jalan-jalannya...

      Hapus
  2. Wah menarik sekali artikelnya mas.
    Jadi pengen ke Tokyo dan kota lainnya di Jepang
    Kalau berkenan silahkan kunjungi postingan saya; Hokkaido, Surga Yang Terdampar Di Jepang http://noprian-blog.blogspot.co.id/2015/12/hokkaido-surga-yang-terdampar-di-utara-jepang.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap juga itu kota hokaido. Semoga lain kali bisa berkunjung kesana. InsyaAllah. Salam kenal ya mas....

      Hapus

Like us on Facebook

Flickr Images