Liburan ke Dieng & Jogyakarta (Edisi Singkat)

4:16:00 PM

Kali ini saya akan menceritakan tentang liburan kami ke dataran tinggi Dieng dan juga ke Jogjakarta. pada awalnya saya merencanakan liburan untuk keluarga saya itu untuk mengunjungi Malang. Rencananya akan dilakukan pada akhir tahun kemarin. Berhubung karena kami juga sedang melakukan renovasi rumah, sehingga kebutuhan akan  dana untuk renovasi rumah melonjak sehingga kami membatalkan liburan akhir tahun kami ke Malang. 

Dengan masuknya liburan pertengahan tahun untuk anak-anak sekolah. Azra dan Nabil tidak melakukan liburan ke luar kota. Mereka hanya berlibur di rumah, karena Nabil juga akan di sunat. Sehingga praktis liburan akhir tahun kemarin kami tidak bisa kemana-mana. 

Masuk ajaran semester kedua saya merencanakan sebuah liburan singkat di Dieng. Ini adalah kali  kedua untuk menuju dataran tinggi Dieng. Sebelumnya pada tahun 2014 telah berusaha untuk menuju Dieng dari Wonosobo, akan tetapi tidak berhasil mencapai ke Dieng dikarenakan oleh kabut tebal yang turun setelah hujan. Sehingga jarak pandang yang terbatas menghambat dan akhirnya kami membatalkan untuk menuju Dieng.

Kembali pada tahun 2019, ini saya merencanakan kembali liburan ke Dieng. Untuk persiapan Saya telah melakukan persiapan yang cukup matang baik itu dari rute yang akan dilalui tempat menginap dan juga tujuan wisata yang akan dikunjungi. 

Perjalanan kali ini saya mengajak seorang teman yang juga merupakan anggota dari komunitas kami yaitu Road to Sumatera (RTS) untuk bergabung dengan kami. Sebenarnya saya ingin mengajak rekan-rekan saya yang lainnya, akan tetapi saya takut kalau agenda ini  gagal. Sehingga saya tidak berani mengajak rekan-rekan yang lain.  Hanya kepada  Om Wike yang  saya ajak untuk bergabung dengan saya untuk menjelajah Dieng. 

Ini hanya berdasarkan dari pengalaman  tahun lalu, saya yang  mengajak teman untuk melakukan turing ke Malang dan saya juga yang membatalkan perjalanan tersebut. Jadi untuk menghindari hal tersebut kembali lagi, saya hanya mengajak satu orang saja untuk melaksanakan perjalanan Ini. Kalaupun kembali batal hanya ke satu orang saya meminta maaf hehehehe.

Perjalanan menuju Dieng ada beberapa jalur yang bisa di jalani, mulai dari jalur Pemalang, jalur batang, jalur Wonosobo dan jalur lainnya. Saya merencanakan untuk memulai perjalanan melalui tol dari Bekasi sampai Pemalang. Dari Pemalang nantinya akan melewati jalur Kajen - menuju ke dataran tinggi Dieng. Sebenarnya ada yang jalur lebih dekat lagi yaitu melewati Batang akan tetapi jalanannya terlalu ekstrem Jadi kami memutuskan untuk melewati jalur yang biasa saja yaitu jalur melewati jalur Pemalang-Kajen. 

Rencananya kami akan melakukan  perjalanan ini dengan menambah satu hari cuti yaitu pada hari Jumat, sehingga bisa memulai perjalanan dari hari kamis malam sampai dengan Minggu malam. Rencana awal perjalananakan menuju Dieng dan juga Wonosobo dan terakhir singgah di Kota Cirebon.  Kota Cirebon sendiri mau punya alasan tersendiri Kenapa kami memilih untuk singgah di kota ini. Alasan nya yaitu ingin mencicipi masakan khas kota Cirebon yaitu empal gentong. Berhubung perjalanan beberapa waktu lalu ke Guci dan  sewaktu singgah di Kota Cirebon kami gagal untuk mencicipi empal gentong. Sehingga menjadi impian bagi saya untuk mewujudkan makan empal gentong ini sekali lagi. 

Untuk itinerary awalnya, kami sekeluarga  dan keluarga om Wike akan memulai dari kota Bekasi lanjut melalui tol menuju tol Cikampek  diteruskan ke tol Cipali. Sampai ke kota Pemalang dari kota Pemalang Kami akan menuju ke Kota Dieng. Dari Dieng kami akan melanjutkan perjalanan menuju Wonosobo. Di Wonosobo nantinya kami akan menginap satu hari, sambil menikmati Kota Wonosobo. Selanjutnya kami akan menuju perjalanan pulang melewati Banjarnegara- Bumiayu dan terus melewati jalur biasa untuk menuju ke kota Tegal dari Tegal kami akan melewati jalur tol untuk menuju Cirebon dan dari Cirebon kami akan balik ke kota Jakarta dan Bekasi. Itulah rencana awalnya, saya buat terapi di tengah perjalanan rencana ini nantinya berubah. 

Day 1

Pada tanggal 24 Januari persiapan kami telah matang dan menunggu untuk dimasukkan ke dalam mobil celakaan mobil sendiri telah dibersihkan bagian luar dan bagian dalamnya juga. 

Tepat jam 05.00 sore, saya langsung beranjak meninggalkan kantor untuk menuju rumah. Hari ini Bunda tidak pulang bersama saya, dikarenakan bunda sedang ada meeting di daerah Pasar Minggu, sehingga bisa pulang sendiri dan ternyata Bunda lebih dahulu pulang dari pada saya. 

Selepas Maghrib saya mulai untuk memasukkan barang-barang ke dalam mobil. tidak sampai 30 menit pekerjaan itu telah selesai dan kami mulai bersiap-siap untuk meninggalkan rumah. Nenek dari Cilegon juga kami ajak untuk ikut serta dalam perjalanan ini. Di tempat lain Om wike juga telah melakukan persiapan yang sama dengan kami dan menunggu waktu keberangkatan.
Pasukan sudah siap berangkat
Rencananya kami akan berangkat pada pukul 08.00 malam. Ini untuk  menghindari kemacetan di Tol Cikampek yang sekarang kemacetan yang tidak bisa diduga akibat pembangunan jalan tol bertingkat. Sedangkan bertemu om Wike ditengah perjalanan di KM. 39 (rest area).

Tepat pada jam 08.15 kami meninggalkan rumah dan pada GPS Saya melihat kemacetan di Jalan Tol akibat pertemuan 3 tol yaitu tol dari JORR tol dari Tanjung Priok dan juga tol dari dalam kota. Semua kendaraan bertemu di satu titik. Yaitu  di Cikunir dan untuk menghindarinya kemacetan tersebut,  saya akan masuk dari pintu tol Bekasi Barat dan dari rumah untuk menuju Bekasi Barat. Kami akan melalui jalur jalan biasa melewati Galaxy dan terus ke Kemang Pratama dan masuk dari Bekasi Barat. 

Di depan pintu gerbang tol Bekasi Barat, hampir saja saya salah masuk pintu tol. Hampir saja saya mengambil  tol arah Jakarta. Untung saja bunda sempat memperhatikan jalan. Kalau tidak terpaksa kami Berputar kembali di Jatiwaringin. 

Masuk ke dalam tol Bekasi Barat arah tol Cikampek, perjalanan bisa dikatakan cukup lancar kendaraan bisa dipacu dengan kecepatan antara 60 sampai 80 km per jam walau terkadang ada juga sempat berhenti akibat penyempitan jalan, tapi itu tidak lama. Sekitar pada jam 10.00 malam akhirnya kami sampai di titik meeting point kami yaitu di KM 39 tepatnya di rest area disebelah Mesjid pada rest area tersebut. Kondisi rest area tidak terlalu ramai karena memang saat itu masih dalam hari kerja.

Ternyata om Wike berangkat lebih lambat daripada kami, mungkin  sekitar 15 menit dan masih dalam perjalanan. Kami menunggu di Rest Area Km 39.00.  Ini merupakan rest area favorit saya, kalau bertemu di tol Cikampek.
Menunggu teman

Kakak sedang berjalan jalan melihat kolan ikan
Kurang lebih sekitar 1 jam kami menunggu om Wike, mereka sepmta  tertahan akibat tersendat oleh kemacetan menjelang rest area. Tidak lupa saya mengisi bensin kendaraan saya terlebih duhulu sebelum melakukan perjalanan nanti. Mendekati jam 11.00 malam Akhirnya om Wike dan keluarga  telah masuk ke dalam rest area. 

Setelah sebelumnya menuju ke kamar kecil, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju ke dataran tinggi Dieng.  Saya ingin segera buru-buru meninggalkan rest area ini, karena di seberang jalan  terlihat kemacetan panjang menuju arah Jakarta. Saya tidak mau kejadian yang sama terjadi di arah perjalanan kami nanti. Kami pernah menghadapi perjalanan macet selama 3 jam dari KM 30 sampai 57. Sangat menyiksa sekali bagi saya pribadi.

Langsung saja kami meninggalkan rest area tersebut dan kemudian bergerak menuju ke tol Cipali. 
Alhamdulillah, dalam perjalanan menuju ke tol Cipali perjalanan lancar perjalanan. Kami tidak menemui kendala kemacetan. Perjalanan ini bisa dikatakan sangat lancar. Untuk berkomunikasi kami berdua menggunakan HT selama perjalanan, akan tetapi banyak sekali masalah pada HT yang saya bawa. Mungkin sudah saatnya untuk diganti dengan  menggunakan rig, hahaha. Sehingga membuat saya frustasi dan kadang mematikan HT. 

Di tengah perjalanan om Wike menginformasikan melalui HT, kalau ingin mengisi bahan bakar kendaraan.  Pada saat itu kami berada di tol Cipali dan di KM 82 langsung saja saya masuk ke rest area untuk melakukan pengisian bahan bakar. Ternyata di rest area ini ini tidak menjual bahan bakar. Di sini hanya tersedia tempat untuk beristirahat dan juga tempat penjual makanan. Segera kami keluar dari rest area untuk melanjutkan perjalanan. 

Day 2

Kemudian kendaraan kami pacu kembali dan kami menemukan kembali rest area di KM 102. Sayang sekali bahan bakar yang diinginkan oleh om Wike yaitu pertalite habis sehingga terpaksa om Wike mengisi bahan bakar Pertamax. Lumayan juga perbedaan harga jualnya. Perjalanan dilanjutkan sampai mata kami mengantuk dan kami akan beristirahat di rest area yang akan kami temui nanti. 

Hari sudah hampir menunjukkan jam 01.00 pagi, pada tanggal 25 Januari 2019. Kami bertemu dengan rest area di KM 166. Kemudian kami berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakarnya kendaraan om Wike dan sedangkan saya menunggu di parkiran di depan. Setelah mengisi bahan bakar. Diputuskan kita akan beristirahat di sini sekitar 1 atau 2 jam. Untuk tidur dan istirahat sejenak.

Kami menuju area parkir dari rest area ini dan kemudian saya dan om Wike keluar dari mobil dan  berbincang sejenak sebelum tidur.

Menjelang jam 03.00 pagi perjalanan dilanjutkan. Tujuan berikutnya adalah Pemalang. Kami mengharapkan di Pemalang ini kami akan melakukan sholat Subuh di masjid sambari beristirahat. Pada saat hari sudah terang, kami akan melanjutkan perjalanan ke Dieng.

Jam 04.30 kami keluar dari tol menuju ke arah Pemalang Di tengah perjalanan kami menemukan sebuah masjid yang ada parkirannya lumayan luas di posisi belakang mesjid.  Kami berhenti di sini sambari melaksanakan ibadah subuh. setelah sholat kami pun beristirahat sejenak memiliki tidur di area luar mesin sedangkan saya tidur di bawah sebuah tangga. Para ibu-ibu sibuk berdiskusi dengan tema bebas aliah ngerumpi hihihihi
Keluar dari Mesjid
Gerbang kota Pemalang ya ini?

Hujannya sudah selesai
Mendekati jam 06.00, kami pun mulai beranjak meninggalkan masjid untuk melanjutkan perjalanan. Di mesjid ini muncul masalah yang cukup membahayakan. Kacamata saya hilang. Saya berpikir kalau kacamata itu tersimpan di mobil ternyata tidak ditemukan. Setelah lama mencari akhirnya kacamata ini ditemukan oleh pengurus mesjid. Ternyata tertinggal di tempat wuduk. Alhamdulillah. Lumayan lama saya berkeliling mencari kacamata ini. Soalnya cadangan yang biasanya ada didalam mobil juga hilang.

Perjalanan menuju ke dataran tinggi Dieng, dari jalan Pantura  kami nantinya akan berbelok di Jalan Mayjen Sutoyo. Dari tempat kami berhenti tadi di masjid kami kembali bergabung dengan truk truk yang melewati jalur Pantura. Jalur Pantura tidak bisa dikatakan bagus kondisinya, kadang ada yang berlubang kecil tetapi sangat dalam sehingga sangat membahayakan bagi kendaraan kecil. banyak juga kendaraan-kendaraan berukuran besar yang berjalan lambat di tengah jalan. Sehingga untuk memacu nya harus melewati dari kiri jalan padahal standarnya kan dari kanan jalan. 

Setelah berjalan kurang lebih sekitar 15 kilometer, akhirnya kami sampai pada persimpangan yang di mana kami akan mengambil belokan ke arah kanan dan di perempatan tersebut banyak juga mobil-mobil bus menunggu untuk mengangkut penumpang yang ke arah Dieng. Kami berhenti sejenak di penjual soto ayam untuk membeli soto (buat om Wike sih). 



Selanjutnya adalah untuk mencari tempat  beristirahat untuk menikmati sarapan pagi. Awalnya, Saya ingin mencari tempat yang enak untuk berhenti yang di mana tempatnya ada pemandangan yang indah dan tidak terlalu ramai dengan kendaraan. Akan tetapi akibat desakan dari para penumpang yang sudah  lapar, akhirnya saya mencari tempat yang bisa kami memarkirkan dua kendaraan secara berdampingan dan juga tempat makan yang lumayan representative halah gayanya pake bahasa Inggris segala.

Udah kaya toko milik sendiri
Si eneng istirahat juga
 Tidak lama saya menemukan sebuah emperan pertokoan yang mana kami bisa melakukan sarapan pagi. Kebetulan sekali toko ini belum buka. Jadi kami buru-buru saja menggelar tikar untuk melaksanakan hajat sarapan pagi. Hebatnya om Wike tikar selalu stand by didalam mobil sedangkan saya selalu lupa meletakkan tikat yang sudah kami beli.

Langsung saja para ibu-ibu menggelar makanan di emperan toko elektronik yang masih tutup dan kami menikmati makanan yang telah tersedia akan kami bawa dari rumah masing-masing. Sebenarnya saya khawatir kalau seandainya tiba-tiba saja pemilik toko datang hahahaha dan membuka tokonya. Akan tetapi kekhawatiran saya itu tidak terjadi.

Ternyata, si mbak dirumah membungkus nasi lumayan banyak sehingga membuat perut kenyang bukan kepalang. Bahaya nih bisa bikin ngantuk mata.

Selesai kami makan perjalanan pun dilanjutkan. Perjalanan awal menuju Dieng cukup menguras tenaga untuk menghindari para pemotor yang berjalan agak ditengah jalan. Tidak ada kata minggir bagi mereka.  Padahal kecepatan motor begitu lambat. Bahkan ada juga sepasang suami istri yang bersepeda santai dengan menutupi setengah jalan. Walau diklakson masih ga mau menepi. Mantap...... Setelah kami akan mendekati gerbang Linggojati, kalau tidak salah para pemotor sudah mulai sepi. Kendaraan pun sudah mulai di bisa dipacu. Memang Jalanan mulai menanjak, tapi tanjakannya menurut saya belum terlalu ekstrem. Sehingga masih bisa dipacu, walaupun berkelok-kelok.
Masuk ke daerah Linggosari

Jalanan yang bagus
Awan hitam tampak dari arah Dieng sehingga saya membuat  khawatir dengan kondisi di perjalanan nanti. Apakah kejadian yang sama seperti kami beberapa tahun lalu terulang lagi? Ternyata benar saja di dalam perjalanan kami dihadapkan dengan kabut yang menghambat perjalanan kami menuju Dieng. 

Dalam perencanaan sebelum menuju Dieng. Saya ingin singgah sebentar di di daerah wisata Linggo Asri, karena memang kami akan melewati daerah tersebut. Akan tetapi rencana itu dibatalkan dikarenakan kabut tebal yang menyelimuti daerah tersebut. Papan namanya saja hampir tidak terlihat akibat tebalnya kabut, sehingga tidak memungkinkan untuk berhenti.

Perjalanan diteruskan menuju Dieng dan kabut tebal masih saja menemani kami di dalam perjalanan dan tanjakan semakin lama semakin agak ekstrim sehingga membutuhkan konsentrasi yang sangat penuh dari para pengemudi. Kadang kabut ini begitu cepat hilang dan tidak lama datang kembali. Hujan gerimis terus menemani kami mendaki bukit ini.

Di sebuah tanjakan, kami bertemu dengan jalan yang mengalami longsor. Jadi ada sekitar 4 meter badan jalan diurug dengan tanah. Kendaraan yang akan naik dipersilakan naik satu persatu.  Sedangkan untuk jalurnya  motor terpisah dari kendaraan roda empat. Kendaraan pertama naik adalah sebuah truk yang memang mesinnya besar, sehingga mudah untuk menaklukan pendakian tersebut.

Kemudian selanjutnya adalah mobil saya. Ancang-ancang saya ambil untuk mendaki tanjakan tersebut dan memamaki perseneling gigi 1. Pada percobaan pertama saya mengalami kegagalan dan harus mundur kembali ke bawah. Saya harus berusaha lebih keras pada percobaan kedua dan berhasil. Kemudian diikuti oleh om Wike. 

Selepas dari tanjakan tersebut perjalanan kami lanjutkan. kondisi jalan bisa dikatakan jalannya cukup mulus dan hanya tanyakan saja yang mulai menanjak lumayan curam. Jalan mendaki menurun dan berbelok-belok selama dua setengah jam, mengemudi untuk menuju ke dataran tinggi Dieng. 

Ditengah jalan kami bertemu dengan sebuah pasar yang cukup menarik perhatian saya. Barang yang menarik perhatian saya adalah pete saudara-saudara.... I love it so much . Saya meminta bunda untuk membeli pete tersebut akan tetapi berhubung akibat kemacetan posisi parkir dengan pasar lumayan jauh sehingga pembelian kami batalkan. Bukan dibatalkan sih tapi bunda menolak untuk turun soalnya kejahuan huhuhuhu...... Sedih sangat hati ini. 

Menjelang masuk ke kota Dieng para penumpang berteriak untuk  buang hajat dahulu. Padahal saya belum merasakan apa-apa. Alhamdulillah, kami menemukan sebuah masjid kecil sebelum memasuki kota Dieng sehingga kami bisa berhenti sejenak. Ternyata yang buang air komplen kalau airnya sangat dingin seperti air es.

Akhirnya pada jam 10.00 kami sampai juga di kota Dieng di sebuah kota kecil di di atas pegunungan. kembali om Wike mengisi bahan bakar di SPBU di kota Dieng, sedangkan saya menunggu diluar  SPBU kecil ini.
Langkah selanjutnya yang kami lakukan adalah mencari penginapan. Berhubung penginapan di sini rata-rata merupakan homestay. Jadi kami tidak bisa melakukan proses booking melalui internet. Semua harus dilakukan melalui telepon. Memang ada beberapa homestay yang menyediakan blog atau website akan tetapi saya kurang yakin, kalau itu merupakan pemilik langsung dari Homestay tersebut. Banyak juga calo-calo yang membuat blog homestay. Sehingga kita tidak langsung berhubungan dengan pemilik penginapan akan tetapi kita melalui calo dahulu. Mungkin ada juga yang langsung pemilik yang mengelola web, tapi saya lebih suka booking langsung dan liat kamar.

Penginapan yang pertama yang saya datangi adalah homestay Dahlia. Penginapan ini yang merupakan penginapan yang incaran kami. Akan tetapi di penginapan ini ternyata sudah di booking oleh para tamu lain. Kemudian kami bergerak tidak jauh dari penginapan tersebut yaitu penginapan Dena.

Harga yang ditawarkan di penginapan daerah ini berkisar antara 250rb sampai Rp400rb/ kamar. Kami tidak langsung mengambil kamar di penginapan ini, akan tetapi ingin terlebih dahulu membandingkan dengan kamar di penginapan yang lain. Kami membandingkan di beberapa penginapan yang lain akhirnya kami memilih juga penginapan Dena .

Ada beberapa pertimbangan yang kami jadikan Penginapan Dena sebagai penginapan kami adalah tersedianya  area parkir kendaraan. Ada beberapa penginapan yang kami lihat juga sebelumnya itu penginapan Sharon Dieng (agak masuk gang) tapi dekat mesjid gede. Penginapan Nusa Indah dan lain-lainnya. Penginapan Denai lumayan luas area parkir nya dan juga relatif murah walaupun untuk area dapurnya kami tidak memakai nya soalnya ada dapurnya berada di bawah. Juga alasan yaitu ruang tamunya besar dan ada balkon melihat sekeliling kota Dieng.

Kami kemudian membongkar barang-barang yang kami bawa di dari rumah dan kemudian saya langsung  mandi untuk persiapan melaksanakan ibadah Sholat Jumat. Hebatnya saya menggunakan kamar mandi di kamar lain yang masih kosong hahaha. Sebenarnya mata ini masih mengantuk akibat tidak tidur sampurna semalam, akan tetapi ibadah sholat Jumat telah memanggil.

Saya pergi ke mesjid salah menggunakan kostum. Soalnya saya tidak menggunakan sweater atau jaket padahal orang lokal disana pergi jumatan pakai jaket semua. 

Selepas melaksanakan ibadah sholat Jumat. Saya, om Wike dan Nabil kembali ke penginapan. Berhubung cuaca masih dalam keadaan berkabut dan serta hujan kami tidak bisa kemana-mana. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di penginapan.

Di dalam Hawa dingin, kami semua tertidur lelap. Baru pertama kali, saya tidur menggunakan switer dan juga sarung tangan berikut kaos kaki. Belum pernah saya tidur menggunakan kaos kaki dan sarung tangan selama hidup saya.

Di luar kondisi cuaca berubah sangat cepat, kadang berkabut kadang juga mulai terlihat terang. Kemudian tidak lama terang langsung lagi berubah menjadi berkabut, sehingga membuat malas bagi saya dan keluarga untuk bergerak keluar dari penginapan.

Saya mempunyai tujuan untuk berfoto di depan tulisan Dieng yang ada di pertigaan jalan. Sekitar jam 04.00 sore, saya mengajak Nabi untuk berjalan-jalan di sekitar penginapan. Dalam perjalanan kami bertemu penjual wedang dan  saya memesan 1 gelas wedang jahe yang untuk dikonsumsi  sebagai penghangat tubuh sedangkan Nabi tidak berminat untuk menikmati wedang jahe. Setelah Wedang habis perjalanan dilanjutkan menuju tulisan Kota Dieng  yang menjadi tujuan kami.  Berhubung kami hanya berdua hanya Nabil yang bisa di foto. Nabil menjadi keliatan kecil dibandingkan dengan tulisan Dieng.

Setelah itu, saya langsung balik ke arah penginapan, sebelum masuk penginapan saya menikmati semangkuk bakso dulu yang berada di depan penginapan. Ternyata rasa dari bakso tersebut jauh dari ekspektasi, saya sehingga saya tidak merekomendasikan bakso ini kepada  yang lain.

Ditengah jalan saya menginformasikn kalau saya keluar. Oleh om Wike dan langsung saja mereka sekeluarga keluar untuk berfoto juga. Sedangkan bunda lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya  dan bundah memilih untuk memesan nasi goreng ke tante Desi.

Selepas salat Isya saya mengajak nenek dan Bunda untuk pergi berjalan di sekitar penginapan. Bunda sendiri mempunyai tujuan untuk memberikan sarung tangan dan kaos kaki kepada anak-anak. Sedangkan nenek saya ajak sekalian dan ternyata saya sendiri disuruh untuk membeli obat alergi yang mendera Bunda.

Terhubung pada saat itu memang tidak pada musim yang ramai pengunjung dari luar sehingga kota ini pada malam hari sudah mulai terlihat sepi. Tidak lama kami berjalan di luar penginapan dan langsung saja kami kembali ke penginapan. Praktis hari ini mulai dari siang tidak banyak aktivitas yang kami lakukan ini diakibatkan oleh cuaca yang tidak bersahabat dan juga akibat kelelahan kami. Untung saja ruangan tengah di penginapan bisa kami pakai untuk berkumpul-kumpul. Berhubung tidak ada pengunjung lain jadi serasa milik sendiri homestaynya.

Day 3

Keesokan paginya, kami mempunyai agenda yaitu untuk mendaki ke bukit Sikunir untuk melihat sunrise di atas bukit (rencananya) akan tetapi berhubung cuaca tidak mendukung agenda tersebut kami batalkan.

Muncul ide dari om Wike untuk pergi Ke Jogyakarta dibandingkan menginap sehari lagi di Wonosobo. Sebenarnya saya ingin menginap di Wonosobo, soalnya kalau ke Jogyakarta sayang sekali kalau pendek waktunya.  Tapi akhirnya saya mengikuti ide dari om Wike untuk melanjutkan liburan ke Jogyakarta. Mungkin sianghari kami aakn langsung menuju Magelang untuk mengunjungi Borobudur dan menginap di Jogyakarta.

Tetapi pada jam 06.00 pagi, Ternyata hari terlihat cerah dan  kami bergerak untuk menuju ke tempat-tempat wisata yang ada di sekitar kota Dieng. Daerah yang kami kunjungi pertama adalah Candi Arjuna. Ternyata yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi penginapan. Mungkin hanya sekitar 300 meter saja. 
Bergaya dipintu masuk Candi
Setelah memarkirkan kendaraan, kami menuju ke pintu masuk yang ternyata masih dikunci. Kami sedikit bingung kenapa orang-orang lain bisa masuk ke dalam. Sedangkan pintu masih dikunci. Ternyata pintunya ada 2 buah dan juga bisa masuk memutar. Alhamdulillah, ternyata kami bisa masuk kerena ada petugas kebersihan yang membuka pintu masuk dan kami semua masuk ke dalam tanpa perlu membayar hihihihi.
Jalan masuk ke dalam Candi

Nenek dipandu ama cucu

Berfoto ria

Kompleks Candi Arjuna ini tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan komplek Candi Prambanan  atau Borobudur.  Dalam waktu singkat kami telah selesai sekeliling candi ini. Sebelum meninggalkan kawan candi. Anak-anak meminta berfoto dengan tokoh boneka yang ada disana. 
Akhirnya bisa juga berfoto disini

Istirahat sejenak
Bersama Teletubis



Gambar pegunungan

Berjalan menuju parkir mobil

Kentang goreng menu andalan disini

Biasa ibu-ibu
Untuk keluar dari komplek candi ini kita harus memutar melewati para penjual souvenir dan juga makanan ringan khas dari daerah Dieng yaitu kentang dan juga manisan Carica serta  berbagai macam cinderamata lain. 

Di sini kami membeli oleh-oleh dan  juga memakan kentang goreng asli dari Dieng. Enak sekali kentang ini dan saya sampai berebut dengan bunda. Soalnya sudah mau habis hihihihi.

Perjalanan dilanjutkan menuju ke Kawah Sikidang. Enaknya kunjungan ke kawasan Dieng ini letak antara satu tempat wisata ke tempat wisata yang lain tidak berjauhan. Jadi tidak memakan waktu lama untuk mengunjungi satu sama lainnya. Sekitar 10 menit kami telah sampai di kawasan Kawah Sikidang. Menjelang pintu masuk banyak penjual masker, karena memang di kawasan ini bau belerang cukup menyengat. 

Untuk masuk ke wisata ini dikenakan biaya masuk sekitar Rp15.000 per orang untuk dua tempat wisata yaitu kawah sikidang dan juga Candi Arjuna, Berhubung kami telah melakukan kunjungan ke kawasan Candi Arjuna, maka kami hanya dikenakan biaya setengahnya dari 4 orang kami hanya membayar 2 orang sedangkan untuk biaya parkir di dibayar di dalam. 

Berfoto dulu sebelum masuk, antri juga nih
Setelah memarkirkan kendaraan, kami  berjalan ke dalam kawasan kawah dan tentu saja tidak lupa mengambil beberapa foto-foto untuk sebagai kenang-kenangan. Di sini Nabil ingin berfoto dengan burung elang yang sudah terpajang di dekat pintu masuk untuk 2 kali pemotretan dikenakan biaya Rp10.000. Kami membagi dua sesi pemotretan itu kakak dan Nabil.
Bau cuy

Foto mesra dulu nih 

Pegel ga nak?

Kayanya beratan burungnya... heheheh

Our family feat. owl
Kami tidak lama di dalam kawah ini karena tidak tahan dengan bau menusuk dari belerang yang tertiup angin. Di dalam perjalanan menuju ke dalam mobil kami menanyakan lagi harga manisan carica yang dijajakan oleh para penjual oleh-oleh. Ternyata harga yang ditawarkan lebih murah daripada harga yang kami beli di kawasan ke Candi Arjuna. Untuk tambahan, Saya meminta bunda membeli lagi beberapa manisan Carica dan juga bunda membeli kentang mentah untuk dibawa pulang. 

Kami tidak bisa menemukan petani kentang yang menjual langsung hasil pertaniannya kepada para pembeli karena sebagian besar dari hasil pertanian telah dibeli oleh para tengkulak. Nenek juga  membeli kentang merah yang katanya baik untuk para penderita diabetes. 

Kami melanjutkan perjalanan menuju ke area wisata selanjutnya yaitu Telaga Warna. Walaupun hari sudah menjelang siang akan tetapi karena di atas pegunungan masih terasa sejuk. Matahari sudah bersinar sangat cerah sekali. Untuk memasuki Telaga Warna ini kami diharuskan membayar Rp15.000 yaitu terbagi atas 3 macam tiket yaitu tiket masuk, tiket asuransi dan satu tiket lagi yaitu kontribusi asuransi sebesar Rp1.000. Saya agak sedikit bingung dengan tiket masuk dari Telaga Warna ini di sini ada tiket masuk itu Rp7.500, kemudian ada lagi jasa sarana wisata sebesar rp6.500. Entah apa fungsinya jasa sarana wisata di sini padahal telah ada kita bayar tiket masuk sebesar Rp7.500. Mudah-mudahan semua tiket yang saya bayarkan memang dipergunakan untuk keperluan pengembangan dari area wisata ini.
Pintu masuk telaga warna
Kami langsung masuk ke dalam Telaga Warna. Tempat ini begitu hening dan enak  untuk dikunjungi bersama keluarga. Entah karena memang pada saat itu lagi sepi pengunjung, tapi saya merasakan bahwa kalau di tempat ini  menenangkan diri. Dari peta saya melihat kalau jalan setapak  ini bisa kita kelilingi danau dan kita akan bertemu lagi ke pintu masuk Akan tetapi karena keterbatasan waktu saya tidak berniat menjelajah ke sekeliling danau dan hanya ke beberapa tempat saja di dekat area pintu masuk. di sini kami sangat menikmati sekali dengan keheningan dan juga ke teduhan dari Telaga Warna ini. Terlihat ada juga karyawan dari suatu perusahaan mengadakan gathering di area ini.
Nabil sebagai kameramen

Masih Nabil jadi potografer

Pada belum mandi hihihihi

Backside of the ....
Setelah dirasa cukup kemudian kami kembali ke penginapan karena kami harus bersiap-siap untuk berangkat meninggalkan penginapan untuk menuju ke Yogyakarta.

Setelah berbenah  dan menyusun barang ke dalam mobil.kami meninggalkan penginapan pada jam 10.40. Tujuan pertama yang akan kami capai yaitu kawasan Candi Borobudur berdasarkan dari informasi Google Map untuk mencapai Candi Borobudur dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam berkendara dengan menggunakan mobil dari Dieng. 

Rute yang kami ambil yaitu Dieng Wonosobo dan kemudian langsung ke Magelang dan melewati jalur alternatif menuju Borobudur. Perjalanan dari Dieng menuju Wonosobo dihiasi dengan pemandangan yang indah. Hamparan perkebunan kentang yang membentang luas dengan berbagai lokasi dan juga jalanan yang kadang menurun tajam. 

Saya dan bunda kembali mengingat pada tahun 2014, saat kami berusaha ke sini pada saat kondisi berkabut sehingga kami tidak bisa naik ke atas puncak. Memasuki kota Wonosobo, jalan banyak di dijadikan satu arah. Jadi sedikit memutar untuk menuju ke suatu tempat, akan tetapi kami tidak berlama-lama di kota Wonosobo dan langsung menuju ke tujuan kami selanjutnya yaitu candi Borobudur. 

Berdasarkan peta yang kami pakai, sepertinya kami tidak mengambil jalur utama untuk menuju ke kawasan Candi Borobudur. Kami melewati sepertinya jalur alternatif sehingga kondisi lalu lintas cukup lengang dan jalan pun enak untuk dilalui. Jalanan yang beraspal bagus walaupun kadang-kadang masih ada jalan berlubang tapi tidak banyak. Jadi bisa dikatakan bagus semua. Jalur  menantang dengan banyaknya tanjakan dan turunan yang membuat mata ini tidak mengantuk sehingga konsentrasi penuh menghadapi jalur ini.

Hari telah menunjukkan pukul 12.30 siang dan untuk menuju ke kawasan Candi Borobudur hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 menit lagi (katanya si Gogle maps sih hihihihi). Kami memutuskan untuk berhenti di sebuah rumah makan yang berada di daerah entah dimana hehehe. Tapi yang pasti masih berada di Jalan Wonosobo-Magelang nama rumah makannya Mutiara Berkah. Sepertinya rumah makan ini baru dibuka sehingga belum terlihat banyak pelanggan yang datang dan kondisi dalam rumah makannya pun masih apa adanya alias masih dalam belum di finishing.
Ini dia rumah makannya

Menu andalan
Sebelum kami melaksanakan sholat kami minta menu terlebih dahulu, sehingga kamu bisa memesan makanan. Sewaktu kami akan memesan makanan kami sedikit agak terkejut dengan harga yang ditulis di daftar menu tersebut, karena harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan jika kami makan di di Jakarta atau Bekasi. Segera saja kami mengkonfirmasi harga tersebut sebelum kami salah sangka. dan memang ternyata benar warga tersebut memang lebih murah. Mulailah dilakukan  order.  saya sendiri memesan bebek goreng. 

Ternyata memang ukuran bebek goreng  lebih besar daripada yang pernah saya makan sebelumnya dan pantas saja harga bebek ini lebih mahal dan juga ayam yang harganya lebih mahal ternyata itu ada ayam kampung. Untuk tahu dan tempe goreng dihargai 500 rupiah harga yang sangat sangat jarang sekali kami temukan di Jakarta atau Bekasi. 

Untuk rasa makanan, terutama bebek gorengnya lumayan terasa bumbu dari bebek itu sehingga memang nikmat makannya. Untuk 5 orang (kami sekleluarga) makan di rumah makan itu termasuk minum total yang harus kami makan bayar adalah sekitar Rp110.000 dan itu sudah termasuk gorengan yang dibungkus untuk dibawa di jalan. Harga yang relatif murah untuk makanan di perjalanan. memang di daerah Jogja dan Solo terkenal dengan makanannya yang masih relatif murah dibandingkan di ibukota.
Befoto dulu sebelum masuk candi
Kami melanjutkan perjalanan menuju ke Candi Borobudur. Tadi sempat beristirahat sekitar satu setengah jam di rumah makan tersebut. Setelah kurang lebih dari 30 menit dalam perjalanan. Kami sampai juga di kawasan candi Borobudur.  Awalnya kami kesulitan menemukan lokasi parkir dan setelah memarkirkan mobil kami masuk ke dalam candi, sedangkan nenek tinggal di area parkir karena tidak kuat untuk berjalan jauh. Oh iya kali ini nenek ikut serta dalam perjalan kami. Saya sendiri berpikir untuk tidak ikut masuk ke dalam candi, karena badan saya sudah mulai terasa tidak nyaman alias tidak enak lagi, tetapi saya paksakan tetap masuk ke dalam kawasan Candi mengikuti yang lain.
Dari atas candi begitu hijau

Trio kwek kwek

Bersaudara dan sering berantem
Kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam di dalam candi untuk mendaki ke atas candi dan juga berfoto-foto di dalam candi ini. Butuh tenaga yang besar oleh saya untuk mendaki keatas puncak candi. Entah apa yang ada dipikiran para pengunjung. Padahal jalan naik dan turun dibuat berbeda. Tadi ada juga yang turun dari tangga naik. Jadi membuat kemacetan.

Terjadi masalah di mana Nabil diganggu oleh makhluk-makhluk penunggu, akan tetapi setelah diberikan ruqyah singkat oleh bunda dan dan juga tante Desi akhirnya kami juga bisa meninggalkan lokasi ini dengan tenang. Dia diperlihatkan orang tanpa kepala. 
Istirahat dulu sebelum ke hotel

Siluet om Wike
Sebenarnya kami belum memiliki tempat menginap di di Yogyakarta. Setelah keluar dari lokasi candi malah sibuk mencari di mana akan menginap malam ini. Akhirnya setelah berusaha mencari sembari menuju Yogya. Kami menemukan sebuah hotel yang berada di daerah Adisucipto yang merupakan hotel baru. Perjalanan menuju Jogyakarta di titik tertentu diguyur hujan lebat dan mendekati Yogyakarta kering. Memang sebaiknya kalau jika kita akan menginap di Yogyakarta terlebih dahulu kita melakukan booking hotel Sehingga nantinya tidak mempersulit kita sewaktu mencari tempat menginap.  Padahal saya sudah meminta bantuan teman didaerah sana dan juga om Wike meminta bantuan saudaranya. Entah kenapa hotel kebanyakan penuh dan harganya mulai naik.

Kami jalan-jalan menuju Jogja ini tidak direncanakan, karena memang tujuan awalnya hanya sampai Wonosobo dan kembali menuju Jakarta. Perjalanan menuju hotel sendiri bisa dikatakan ramai lancar, kecuali kami di tengah jalan bertemu dengan pembangunan entah itu pembangunan apa, sehingga menyebabkan kemacetan yang lumayan berarti di mana jalur yang semulanya 3 jalur  berubah menjadi satu sehingga membuat kemacetan yang lumayan lama.

Sekitar jam 08.00 malam, kami sampai di hotel tempat kami menginap. langsung saja kami bongkar semua peralatan perang  dan memasukkannya ke dalam kamar dan tentu saja langsung juga mandi dan bersih bersih. Pada jam 09.00 malam, dua keluarga keluar untuk menikmati makan malam sederhana di kota Jogjakarta. Berhubung kami sudah capek dan dan hari sudah juga lumayan malam Jadi kami akan makan malam di sekitar Hotel saja. 

Lokasi yang pertama kami temukan adalah rumah makan Padang yang mana ternyata rumah makan tersebut sudah habis menunya dan akhirnya menemukan sebuah restoran mie jawa yang berada tidak jauh dari hotel tempat kami menginap yaitu mie jawa Pak Bendot. Saya sendiri memesan bakmi godog, sedangkan yang lain memesan sesuai dengan keinginan jadi bermacam-macam juga pesanannya. Saya juga pernah makan mie jawa di di sekitar rumah  di Jatiasih. Akan tetapi rasa yang saya rasakan sewaktu mau makan Mie Godog atau Gadog yah.... di sana rasanya lebih enak (yang di Jogya loh yah). Padahal mie yang digunakan merupakan campuran dari mie kuning dan juga mie putih  sedangkan makan mie godog di dekat rumah hanya menggunakan mie kuning. 

Satu yang menjadi kekurangan dari makan mie ini adalah sambel. Malah  yang digunakan merupakan adalah cabe rawit utuh bukan cabe rawit dari digiling.  Untuk 5 porsi Mie  gadog, mie goreng dan juga mie Magelangan itu total yang harus dibayarkan sekitar rp76.000. dan itu sudah termasuk minuman. 

Setelah makan kami kemudian mencari  minuman karena di hotel hanya disediakan 2 botol kecil minuman dan langsung balik ke hotel setelah membeli beberapa botol minuman.

Day 4

Keesokan harinya perjalanan akan dimulai agak siang. Pagi harinya anak-anak ingin menikmati kolam renang yang tersedia di lantai bawah hotel. 

Paginya langsung saja setelah sholat dan menunggu hari terang anak-anak meminta untuk berenang. Saya sendiri masih tidur-tiduran di kamar. Masih ingin istirahat dan tidur.  Anak-anak tidak lama mereka berenang, hanya sekitar satu jam saja itu sudah puas.  Setelah itu mereka Langsung bersiap-siap untuk naik ke lantai atas.

Kami meninggalkan Hotel tepat pada pukul 10.00 pagi setelah menyantap sarapan sederhana ala hotel.  Setelah itu menuju ke tempat penjualan oleh-oleh di Jogja. Berhubung jalan di daerah Jogja menuju Solo kebanyakan satu arah jadi, untuk berbalik arah pun kami agak sedikit kesulitan karena harus terus mencari putaran arah terlebih dahulu .

Setelah berbelanja oleh-oleh,  kami menuju ke arah pusat kota Yogja itu di daerah Malioboro. berhubung saat itu adalah hari libur, maka  kondisi Malioboro  ramai dan saya agak kesulitan mencari tempat parkir dan menemukan parkir di sebuah gang yang tempatnya lumayan jauh dari pasar Beringharjo.

Setelah memarkir kendaraan, para penumpang turun untuk menuju Malioboro dan Pasar Beringharjo.  Saya sendiri tidak ikut karena tidak enak badan sehingga pengen tidur di dalam mobil. Selain itu Nabil juga sedang tidur.

Sekitar 2 jam keluarga om Wike dan keluarga saya menjelajah Malioboro dan kemudian pada jam 01.00 siang akhirnya mereka pun kembali ke dalam mobil dengan menggunakan dokar. Kami pun memulai melanjutkan perjalanan untuk kembali ke arah Jakarta.

Saya mulai meninggalkan parkiran sementara om Wike sedikit tersendat dan kamipun terpisah. Berhubung om Wike tidak tahu jalan dan saya juga hehehe. akhirnya saya bisa memandu om Wike melalui bunda, soalnya saya kan nyetir. Kami bertemu didepan warung sop Pak Min yang terkenal itu. Padahal saya ingin makan disana tapi no respon.

Setelah berdiskusi akhirnya kami berdiskusi dengan om Wike tentang rute yang akan kami ingin pilih untuk balik kerumah. Diputuskan mencoba jalur baru yaitu tol dari Solo menuju ke Jakarta. Memang kalau dilihat dari peta agak sedikit memutar, akan tetapi mungkin dari segi waktu bisa dipersingkat.

Kami memilih jalur tol Solo Jakarta adalah untuk mempersingkat waktu tempuh, jika dibandingkan kami mengambil waktu jalur Batang yang melewati jalur biasa. Perjalanan kami mulai pada jam 01.00 siang dan Baru 10 km berjalan waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 waktu seharusnya kami makan siang. Kondisi siang itu yang cukup ramai ditambah dengan turunnya hujan yang membuat jalan sedikit macet.

Untuk mencapai 10 km kami membutuhkan waktu 1 jam karena jalan dari Jogja menuju Solo, diakibat  terlalu banyak lampu merah dan kendaraan. Kami berhenti di rumah makan soto pak Sholeh di jalan Raya Solo Yogyakarta di Km 11. Ternyata di rumah makan ini tidak menyediakan soto ayam hanya menyediakan soto sapi. Jadi terpaksa nenek mau makan soto sapi. padahal nenek jarang makan sapi.

Disini kami beristirahat sekitar 1 jam sebelum kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Jalan Tol Solo Jakarta. Setelah kami melaksanakan ibadah sholat. Kami juga harus mengisi E-money sebelum memasuki jalan tol dan juga harus mengisi bahan bakar terlebih dahulu sebelum masuk kedalam tol.

Kami memasuki jalan tol Solo Jakarta pada pukul 05.00 sore dan langsung saya memacu kendaraan di dalam tol. Kondisi lalu lintas saat itu lancar jaya. Sepanjang perjalanan awan Gelap menemani perjalanan kami dan kadang kala hujan deras juga mengguyur di beberapa bagian.  Ternyata  benar saja di jalur Tol Solo menuju ke arah cipali, tidak ada SPBU yang tersedia. Mungkin karena masih baru jadi belum ada investor.

Kondisi jalan tol Solo menuju Semarang lumayan seram menurut saya karena jalannya yang naik turun dan sedikit berbahaya bagi untuk truk truk yang bermuatan berat dan kemungkinan akan banyak terjadi kecelakaan apabila perawatan dari kendaraan tidak dilakukan dengan baik. Banyak disediakan ram ram penyelamatan seandainya kondisi rem kendaraan tidak berfungsi.

Pada saat Magrib kami ingin berhenti sejenak di rest area akan tetapi sampai dengan beberapa kali rest area masih berupa jalan dan tanah kosong. Baru sekitar jam 8 malam kami bisa menemukan rest area yang kondisinya cukup menyeramkan. Soalnya rest areanya belum ada SPBU dan hanya sebagian yang jadi (eh dua ruko saja yang jadi)

Pada 200 km awal tapi bisa mendapatkan rata-rata kecepatan 100 km per jam. Dan makin lama ke arah kota Jakarta kendaraan yang melalui jalan tol makin ramai sehingga kecepatan rata-rata pun juga turun kami berhenti terakhir kali di Rest Area Km 102 di jalan tol cipali. Hampir  400 km kami lalui termasuk jalan tol yang baru diresmikan. Siapkan dana lebih di emoney kita sebelum masuk ke jalan to. soalnya top up nanti bakalan susah sementara rest areanya belum banyak tersedia.

Rest Area Km 102 ini kami makan malam dan kali ini saya memesan nasi goreng karean tertarik dengan nasi goreng Azra. Setelah nikmati nasi goreng langsung saja saya beristirahat didalam mobil sebelum melanjutkan perjalanan menuju rumah.

Inilah di mana kami bersama-sama dengan om Wike terakhir kali sebelum kami memisahkan diri. om Wike ingin tidur terlebih dahulu sedangkan, saya ingin hanya ingin istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Day 5

Pada jam 12.00 malam kami mulai perjalanan menuju kota Bekasi. Alhamdulillah,  perjalanan menuju kota Bekasi bisa dikatakan lancar sepanjang perjalanan.  Memang proyek LRT dan juga tol tingkat masih berjalan, akan tetapi kondisi perjalanan cukup lancar. Kendaraan masih bisa dipacu dengan kecepatan 60-80 km/jam.

Selepas dari pintu tol Bekasi Timur lalu lintas kami menghadapi kemacetan parah dan perjalanan saya menuju ke gerbang tol Bekasi barat membutuhkan kurang lebih 1 jam perjalanan. Sebenarnya saya agak ragu-ragu untuk mengambil atau keluar di Bekasi Timur.  Saya salah mengambil keputusan. Padahal jarak dari Bekasi Barat ke Bekasi Timur tidak terlalu jauh.

Akhirnya sampai juga di pintu gerbang Bekasi Barat dan banyak kendaraan yang juga keluar di gerbang tol ini. waktu menunjukkan pukul 02.30 pagi dan kondisi lalu lintas di Bekasi Barat menuju rumah tidak terlalu ramai atau bisa dibilang sepi sehingga saya bisa memacu kendaraan untuk menuju ke rumah. 

Tepat pada jam 03.00 pagi Akhirnya kami sekeluarga sampai di depan rumah dengan selamat Alhamdulillah perjalanan kami pulang pergi selamat. Semoga perjalanan kami kedepan lainnya bisa berjalan dengan lancar amin.


You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images