Mudik oh Mudik……

4:12:00 PM


Entah kenapa mendengar kata Mudik selalu terbayangkan menjelajah jalanan Sumatra dengan kendaraan pribadi alias mobil. Memang beberapa tahun belakangan ini kami sekeluarga diberi oleh Allah kelapangan rizki untuk bisa mudik ke kampung halaman kami di Sumatra Barat. Kebetulan sekali jodoh saya berasal dari propinsi yang sama hanya daerahnya saja yang berbeda. Bunda berasal dari Bukittinggi dan sedangkan saya berasal dari Pariaman.  Satu berasal dari daerah pegunungan dan pasangannya berasal dari daerah pantai dan kami bertemu di Ibukota Negara Indoensia yang bernama Jakarta. Ibukota Negara kita yang tercinta ini. Halah…… ini melenceng jauh…. Dari topik…. Back to the main topic soal mudik…

Pada tahun pertama kami menikah kami mudik untuk pertama kali saat itu menggunakan jalur udara. Berhubung masih berdua untuk biaya penerbangan belum terasa berat (dari segi biaya).  Tapi setelah makin kesini kebutuhan makin besar dan kamipun tidak pulang mudik lebaran dalam beberapa tahun. Dimulai 2008-2012, kami tidak mudik pada saat lebaran. Kami hanya mudik disaat liburan akhir tahun. Ini murni pertimbangan biaya jikalau kami mudik disaat lebaran biaya yang dibutuhkan sangat besar.

Alhamdulillah pada tahun 2013, kami diberikan rezki oleh Allah sehingga kami bisa mudik ke kampung halaman pada saat lebaran. Untuk saat itu kami menggunakan mobil sebagai moda transportasi kami menuju kampung halaman di Sumatra Barat.
Mudik pertama kami di Lintas Sumatra
Masih teringat dibenak saya saat saya menjemput bunda pulang kerja  untuk langsung berangkat menuju Merak untuk mudik pertama kali di Tahun 2013. Ini dilakukan untuk menghindari kemacetan pada penyeberanagan  nantinya. Ini juga merupakan kali pertama saya membawa mobil dengan jarak jauh. Sedikit demam panggung sepertinya saya. Saat melewati daerah di Sumatera Selatan, mobil kami selalu di tinggal oleh kendaraan pemudik yang lain. Padahal perasaan pedal gas sudah saya tekan dalam-dalam.

Ada kejadian yang lumayan mengerikan yang kami temui saat kami masih di daerah Lampung tengah kalau tidak salah. Kami melewati sesosok mayat yang masih tegeletak di tengah jalan. Sepertinya kecelakaan baru terjadi dan si mayat ditutupi hanya dengan dedaunan yang terkena bercak darah. Padahal perjalan kami masih jauh dan kami dihadapkan dengan pemandangan tersebut. Saya tidak melihat kendaraan lain disekitar skejadian, yang saya curigai sebagai kendaraan si penabrak. Saya pikir ini adalah hasil tabrak lari.

Selama perjalanan saya meminimkan untuk berhenti kecuali untuk makan. Kadang makan saja bunda saya suruh sambil jalan mobilnya hahahaha. Saat itu kami membawa bekal seadanya, sehingga keesokan harinya harus beli di rumah makan. Saking asiknya berkendara dan capeknya berusaha untuk melewati banyak kendaraan, kadang saya tidak mau berhenti kalau disuruh istirahat. Soalnya nanti harus overtaking kendaraan yang sama lagi. Padahal melewatinya kendaraan saja tadi susahnya minta ampun. Akhirnya perut juga yang menang dan sayapun harus berhenti.

Sedangkan pengalaman menegangkan lainnya adalah ketika akan memasuki kota Lubuk Linggau. Hari sudah malam dan ditambah lagi dengan hujan deras , mengurangi kemampuan pandangan saya. Jalanan yang gelap dan tidak berlampu sama sekali karena kami dihutan. Kami hanya mengikuti bus ALS yang ada didepan kami. Sampai satu ketika akhirnya kami jalan sendiri didalam gelapnya malam. Sekitar 30 menit kami jalan ditengah gelapnya hutan dan derasnya hujan. Tidak ada kendaraan lain didepan dan dibelakang kami. Hati ini berdebar-debar sampai tidak lama kemudian kami menemukan peradapan dan berhasil sampai di Linggau kemudin menginap di hotel langganan kami untuk pertama kalinya yaitu hotel Abadi.

Perjalanan ini mau tidak mau harus diteruskan dan akhirnya saya berhasil mencapai kampung pertama kalinya dengan selamat.

Sedangkan untuk Mudik kedua kalinya ini lebih enak. Diatas kapal kami bertemu dengan sesama pemudik yang akan juga menjajal tanah Sumatra. Saya terus mengekor rekan konvoi saya itu.  Kami terus konvoi sampai mendekati daerah simpang Meo.  Disana kami terpisah dan akhirnya kembali saya sendiri menuju ke kampung halaman.
Linggau Sorolangun jalannya mantap sekali

Bikin bejek gas selalu
Ditengah jalan saya bertemu dengan seekor ayam yang sedang ling lung….Awalnya itu ayam hanya berdiri di pinggir jalan dan saat mobil saya lewat, sang ayam dengan kencang berlari mendekati mobil saya dan akhirnya prakkkk……… saya menabrak ayam yang malang itu. Bunda langsung terbangun dan bertanya menabrak apakah saya .. saya menjawab menabrak ayam. Bunda kembali bertanya apakah yakin itu ayam bukan anak kecil. Saya kembali menjawab yakin sekali karena ayamnya masih trlihat dibelakang. Saya tidak berhenti karena disana terkenal dengan kriminalnya. Kalau nabrak ayam bisa dihitung sampai anak dan cicitnya itu ayam.

Saya menambah kecepatan untuk segera meninggalkan darah tersebut. Tiba-tiba dari kaca spion saya melihat ada sebuah motor yang bergerak mendekatai kami. Dug..dug..dug… pyar jantung ini takut si empunya itu ayam tahu kalau saya menabrak itu ayam dan meminta ganti untung ( ya iyalah kalau minta duitnya gede ya pasti untung dianya). Saya terus memacu kendaraan tapi sampai saat si pengendara berhasil menyusul kami dan melewati kendaraan kami. Kemudian si pemotor terus meninggalkan kami. Saya menarik napas panjang. Lega rasanya ternyata si premotor bukan si pemilik ayam.

Sedangkan untuk cerita mudik ketiga kalinya pada tahun 2015. Ini adalah mudik kami pertama secara konvoi dengan grup mudik kami yaitu Road to Sumatra yang dahulu bernama Kaskus Road To Sumatra. Kami bersama meninggalkan Jakarta kurang lebih ada 13 kendaraan dengan berbagai tujuan di Sumatra.  Cerita uniknya disini adalah saya meninggalkan rombongan besar saya, akan tetapi kami kembali bersatu alias regrouping di RM Taruko Jaya Kotabumi. Kami kembali terpisah dan bergabung kembali di Lubuk Linggau.  Dan terakhir kami regrouping di RM Umega Gunung Medan. Dari sinilah kemduain kami terus menjalin silahturahmi sampai sekarang melalui media social Whatsapp, Facebook.
Bersama sebelum berpisah di RM Umega

Konvoi mulai dari Linggau
Untuk tahun berikutnya di tahun 2016, mudik barengan yang kami adakan semakin banyak yang bergabung. Disini kami hanya sebagai perantara untuk mencarikan teman seperjalanan bagi para pemudik dari tanah jawa. Jadi pemudik tinggal mencocokkan tanggal dan waktu keberangkatan dengan pemudik yang lain. Walau kadang kala ada juga pemudik yang tidak mendapatkan teman seperjalanan karena ketidak cocokan waktu mudik.
Bersama dengan kel. om Herri

Om Panca dan om Herri
Mudik kali ini saya sudah meminta untuk tidak ditempatkan didepan menjadi Road Captain alias RC tapi dibelakang juga tidak apa-apa. Tapi rekan yang lain tidak mau, maka saya tetap diletakkan didepan dan akhirnya seperti biasanya saya meninggalkan anggota saya huhuhu……..

Semantara mudik tahun  lalu lebih baik yang saya rasakan. Kami bisa berkonvoi sampai akhir alias sampai tujuan. Saya meminta untuk diletakkan dibelakang saja alias sebagai sweeper dan akhirnya saya bisa terus dirombongan sampai akhir. Kadangkala saya merengsek kedepan untuk mengambil beberapa gambar sebagai dokomentasi. Tapi memang kalau rombongan besar ini kalau berhenti suka lama dan disinilah kita membuang ego kita masing-masing dan mendahulukan kepentingan bersama.
Rombangan Berhenti di Baturaja, Lahat dan menginap di Lubuk Linggau. Kemudian berhenti lagi disetelah Muara Rupit dan Istirahat siang di Gunung Medan di Rumah Makan kebanggan kami Umega yang saat itu penuh dengan pemudik lainnya.

Dimulai dari Gunung Medan lah rombangan kami mulai berpisah-pisah. Om Rizal dan Om Arief berpamitan menuju Pekanbaru, kemudian disusul om Dodi dan Om Jaka menuju Padang, Om Werry di Batusangkar, Om Edro dibukittingi dan saya. Sedangkan om Harpin dan satu rekan lainnya melanjutkan kearah Medan.
Foto walau belum semua
Itu sudah berlangsung 9 bulan lalu. Sekarang kami sudah menatap kedapan. Mudik tahun ini, grup Whatsapp sudah dipenuhi dengan rencana mudik tahun ini yang akan berlangsung dibulan Juni. InsyaAllah.

Saya dan keluarga (terutama saya sendiri hehehehe)… sudah mulai persiapan untuk menatap mudik tahun ini. Struktur kepengurusan mudik tahun ini sudah terbentuk dan ternyata tidak berubah dari tahun kemarin. Untuk Jadwal persiapan sudah kami persiapkan dengan sedetil-detilnya. Mulai dari persiapan sekolah, belanja lebaran dan juga belanja untuk mudik. Sampai dengan jalur keberangkatan dan jam keberangkatan sudah diatur didalamnya.

Saat yang indah dalam mudik menurut saya adalah ketika menaiki kapal da berada diatas kapal. Itulah hal yang paling nikmat menurut ketika mudik. Soalnya saat itulah saya bisa istirahat hahaha (galak gadang)…..
Pemandangan inilah yang sangat saya nikamti
Apalagi dapat kapal yang kosong
Tapi penderitaan itu tetap ada
Grup mudik di Whatsapp telah sibuk membahas untuk jalur mudik yang akan ditempuh kali ini. Kali ini kami ingin menjajal Jalur Lintas Barat Sumatra. Untuk Lintas tengah dan Timur sudah pernah saya cicipi. Sedangkan kali ini saya ingin mencoba hal yang baru. Jalur Barat Sumatra yang nantinya akan menembus Taman Nasional alias hutan dan menyusuri pantai sampai menuju Sumatra Barat.

Sebenarnya ada 3 jalur yang biasa dilalui oleh pemudik saat mudik lebaran. Jalur Lintas Barat Sumatra, Jalur Lintas tengah Sumatra dan Jalur Lintas Timur Sumatra. Ketiga jalur ini mempunyai ciri khas masing-masing. Mari kita beberkan perbedaanya.
  • Jalur Lintas Timur Sumatra.
Jalur Lintas Timur Sumatra
 Jalur ini biasanya dipilih oleh para pemudik yang akan menuju Palembang, Jambi dan Pekanbaru, karena memang rutenya jauh lebih dekat jika dibandingkan dengan Lintas tengah atau Lintas Barat. Untuk jalurnya sendiri adalah pas keluar dari Bakauheni kita lagsung belok kanan di pertigaan setelah SPBU. Sebenarnya ini disebut lintas Pantai Timur sedangkan Lintas Timurnya mulai dari Menggala.


Kondisi Jalan

Kondisi yang mulus

Entah dimana ini tapi kondisi jalan bagus
Kondisi jalanan di lintas ini  menurut saya lebih baik dibandingkan Lintas tengah. Jalanannya lebih mulus dan cenderung rata alias tidak berkontur. Kalaupun berkontur landau biasanya. Pada jalur ini bisa dilakukan untuk menguji kekuatan mesin di Jalur ini soalnya jalannya lurus dan bagus terutama didaerah lampung. Memasuki daerah Sumatra Selatan kalau masuk siang hari biasanya akan diuji kesabaran khususnya dari mulai Kayu Agung sampai Palembang. Jalan yang kecil dan jumlah kendaraan yang banyak terutama truk pengangkut batubara membuat jalur ini sering macet. Kalau saja ada satu truk yang mengalami kerusakan maka wassalam kemacetannya. Pemandangan di sepanjang jalan di Lintas ini lebih didominasi oleh Perkebunan Kelapa sawit dan karet. Kalau tidak ya kota yang dilewati….

Untuk jalur ini tantangannya adalah truk-truk ekspedisi yang kadang jalannya bersama-sama dan bahkan mereka rapat sekali sehingga susah untuk melakukan overtaking.
Jalanan yang sedang diperbaiki

Mulusnya jalur lintas timur Sumatra

Mulus banget
Dijalur ini SPBU juga sudah banyak tersedia jadi tidak perlu takut akan kehabisan bahan bakar. Kebanyakan ukuran SPBUnya besar-besar sehingga bisa dijadikan tempat untuk istirahat. Sedangkan untuk rumah makan, sebagai orang  asli minang jadi biasanya kita mencari rumah makan Minang untuk makan dan ternyata disini untuk rumah makan sedikit yang tersedia untuk dijadikan tempat beristirahat. Susah mencari rumah makan yang besar yang dijadikan tempat makan atau tempat istirahat. Jadi  bisa menggunakan alternatif SPBU sebagai tempat istirahat.

Untuk jalur Palembang – Muaro bungo dimana bersatunya kembali Lintas Timur dan Tengah (untuk mudik yang ke Sumatra Barat aja yah). Konisi jalannya lumayan bagus.

  • Jalur Lintas Tengah Sumatra
Jalur Lintas Tengah Sumatra
Nah sekarang kita pindah ke jalur berikutnya yaitu Jalur Lintas Tengah Sumatra. Namanya juga jalur tengah berarti ya adanya ditengah. Benar sekali jalur ini berada di tengah pulau Sumatra. Buat yang menuju kearah Sumatra Barat nanti akan bertemu dengan pemudik dari lintas timur di Muaro Bungo.

Kondisi Jalan di jalur ini dalam kondisi yang sedang sedang saja alias berubah tiap tahun. Tahun ini jelek tahun depan jadi bagus. Kadang yang bagus bisa menjadi jelek.


Daerah Sumatera Selatan biasanya penyumbang jalan jelek terbesar pada jalur ini. Mulai Martapura sampai Lahat. Hati-hati akan jebakan betmen yang ada di daerah ini. Kadang kita sedang kencang berkendara karena berpikir jalan bagus tiba-tiba ada jalan lobang yang menganga didepan. Sedangkan untuk didaerah Baturaja keatas sampai Lahat sudah menjadi langganan kerusakan jalan. Disinilah diuji kemampuan memilih jalan dan tes suspensi. Salah ambil jalan bisa gasruk bagian bawah mobil. Apalagi mobil yang mempunyai Ground Clearence rendah.


Jalur Mulai dari Bakauheni sampai Lampung mungkin kita akan sedikit terhambat oleh truk yang jalannya pelan akibat kelebihan beban. Sedangkan dari Lampung ke atas kita bisa sedikit menaikkan kecepatan. Berhati-hatilah dengan pengandara motor.

Jalanan di jalur ini bervaiasi ada lurus, naik turun, jalan besar dan kadang kecil. Sangat menarik sekali. Jalur ini merupakan jalur favorit saya dan keluarga untuk mudik dan balik lagi ke Jawa. Tidak diragukan lagi.
Istirahat di SPBU

SPBU di Rumah makan di daerah Lahat

Untuk SPBU tidak perlu diragukan lagi ketersediaanya. Sepanjang jalur ini banyak sekali terdapat SPBU yang ukurannya Jumbo-Jumbo.

Nah ini yang terpenting untuk tempat beristirahat juga banyak tersedia. Banyak juga tersedia rumah makan dengan area parkir yang besar-besar. Bahkan kalau kita bawa menu sendiri dan hanya numpang parkir saja juga bisa seperti yang biasa kami lakukan.


Pada jalur ini juga tersedia trek yang lurus yang bisa untuk menguji speed kendaraan kita. Di daerah Linggau – Sorolangun tempat kita menguji kendaraan kita.

  • Jalur Lintas Barat Sumatra
Jalur Lintas Barat Sumatra
Untuk jalur ini termasuk jalur yang jarang digunakan oleh para pemudik untuk mudik kearah Sumatra. Jalanan didaerah ini didominasi oleh jalanan yang berkelok-kelok dan juga tanjakan dan turunan. Ada beberapa tanjakan yang terkenal yang berada di jalur ini yang membuat jarang ada truk yang mau mejajal jalur ini. Salah satunya adalah tanjakan manula. Tanjakan yang panjang dan berliku yang harus dilalui para pemudik. Menurut saya kalau mobil pribadi masih bisa melewati tanjakan ini akan tetapi kalau mobil truk saya sedikit ragu.  Jalanan yang kecil juga membuat tantangan tambahan bagi yang ingin menjajal jalur ini.

Jujur saja saya belum pernah melewati jalur ini. Saya mendapatkan cerita ini dari rekan kami yang udik di akhir tahun kemaren. Rencanaya tahun ini kami aka mencoba jalur ini.

Pada jalur ini kita nantinya juga akan melewati Taman Nasional yang memang disekeliling adalah hutan jadi kondisi kendaraan harus benar-benar prima di area ini.

Kelebihan dari jalur ini adalah pemandangan samudra India. Sepanjang jalan kita akan disuguhi pantai-pantai indah dari Samudra India. Sedangkan kelebihan lainnya adalah kondisi jalan yang lumayan bagus walau kecil.

Untuk kekurangannya pada jalur ini adalah ketersediaan SPBU yang buka 24 jam. Mungkin karena jalur ini tidak terlalu ramai sehingga tidak semua SPBU yang buka 24 jam.  Juga rumah makan yang besar yang bisa dijadikan pemberhentian buat numpang mandi. Kan ga enak kalau nebeng di kamar mandi orang tapi yang makan disana ga ada. (Sumber om eko). Tapi sudah banyak tersedia maret-maretan alias mini market.


Itulah sedikit gambaran dari 3 jalur mudik ke Sumatra yang biasa dilalui oleh para pemudik. Untuk jalur yang paling banyak dilalui oleh pemudik sampai sekarang ini adalah jalur lintas tengah. Mulai dari Bakauheni – Kalianda – Bandar lampung- Gunung Sugih – Kotabumi – Martapura – Baturaja – Tanjung Enim - Muara Enim – Lahat – Tebing Tinggi – Lubuk Linggau – Sorolangun – bangko – Muara Bungo – Dharmasraya – Sijunjung – Batusangka – Bukittinggi ( Soalnya saya mudik ke Bukittinggi).

Buat yang mudik ke Padang ya lurus aja kalau di Sijunjung  da perlu belok kanan. Kalau buat yang ke Medan bisa ikuti jalur saya menuju Bukittingi dan nanti dari Bukittinggi masih jauh lagi nerusin ke Medan hehehehe.

Memang masih 3 bulan lagi sebelum mudik berlangsung tapi keriuhannya untuk mudik sudah terasa sekali di grup mudik kami di Road to Sumatra. Mulai dari pemilihan jalur sampai tanggal keberangkatan.

Untuk mudik lewat jaur darat ini sangat berbeda sekali rasanya dengan mudik dengan menggunakan moda transportasi lain. Dengan menggunakan kedaraan mobil kita bisa berhenti dimana saja yang kita sukan dan kapan saja kita mau. Menikmati perjalanan dan petualangan dengan keluarga. Walau petualangan dalam skala kecil. Ada senang, was was dan macam-macam perasaan tergabung dalam perjalanan ini.

Saya sendiri memilih melalui darat ini tidak lain tidak bukan selain menghemat dan juga memberikan petualangan buat anak-anak kami. Kedua anak saya pun tiap mudik selalu sibuk dengan persiapan mudiknya sendiri. Kakak yang selaku sekretaris sibuk membuat catatan persiapan dan si Ami juag sibuk kalau melihat kakaknya sibuk sampai suatu saat dia akan bosan.

Selaku supir utama dan merangkap cadangan hal yang paling menyenangkan bagi saya selama mudik dengan mengemudi adalah pas naik keatas kapal di Merak dan istirahata hahahaha. Selebihnya capek tapi menyenangkan. Menikmati hijaunya jalur lintas Sumatra adalah kenimatan tersendiri. Sedangkan melewati kesunyian hutan adalah kenikmatan tersendiri bagi saya.

Selama di perjalanan kekutan fisik harus dijaga dan jangan sampe mengantuk, karena waktu sepersekian dektik bisa membuat kita semua celaka. Persiapkan kendaraan dan fisik pengemudi sebelum keberangkatan. Pastikan mendapat istirahat yang cukup.
Nasi bungkus RM Umega (paporit sayah)
Intinya mudik dengan menggunakan mobil pribadi adalah pengalaman yang sangat menyenangkan bagi kami sekeluarga.

You Might Also Like

10 komentar

  1. Jangankan sekarang, pas baru saja balik mudik udah ngitung kapan lagi mudik tahun depan hahahaha... Om Pulang ndak?

    BalasHapus
  2. hehee... eforianya tak pernah habis, ndak Om sbb anak2 sdh mudik liburan semester kemarin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener om, kadang baru aja balik udah mikir mudik tahun depan. Trus per bulan ngitung hari mulu hahahaha....... Mudik lagi aja om lebaran sekarang.

      Hapus
  3. Bikin penasaran terus nich ...ini cerita seperti tidak ada habisnya kalau bicara masalah M U D I K !!! mudah mudahan co driver bisa berubah fikiran jajal lintas barat !!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener sekali om Yoyo, ini topik yang tidak pernah ada kata habis untuk dibahas. Semoga co driver jadi lintas barat hore......

      Hapus
  4. Saya dan suami ada pertimbangan mudik ke bengkulu tahun ini dengan mobil. Apakah bisa gabung di group nya Pak soni? No WA saya 087808970597

    BalasHapus
  5. Welcome buat om Catur yang nyamar atas nama istrinya....

    BalasHapus
  6. cerita yang selalu inspiratif, lanjutkan om

    BalasHapus

Like us on Facebook

Flickr Images