Selasa, 18 Juli 2017

Arus Balik edisi sendiri Bukittingi-Bekasi (Regu Pembuka RTS 2017)

Waktu liburan telah usai. Sekarang waktunya kami untuk kembali ke tanah rantau. Untuk Lebaran kali ini kami tergolong pendek waktu liburan yang kami ambil. Kami berangkat dari Jakarta Bekasi  tangal 16 Juni 2017. Seminggu sebelum Hari Raya Idul Fitri dan balik tanggal 28 Juni 2017, semua ini dikarenakan saya yang mesti kembali berangkat ke negeri orang pada tanggal 2 Juli 2017. Saya takut kalau nantinya di Pelabuhan Bakauheni terjadi kemacetan dan kepadatan arus balik yang bisa membuat sport jantung. Akhirnya diputuskan kalau kami berangkat dari tanah kampung halaman lebih cepat dari yang seharusnya.

Tanggal 28 Juni, kami mulai berbenah untuk melakukan perjalanan panjang. Kali ini nenek tidak ikut bersama kami, dikarenakan kondisi beliau yang sudah tidak bisa melakukan perjalanan darat lagi.  Kami berempat akan melakukan perjalanan bersama. Saya, bunda, kakak dan Nabil akan mulai melakukan perjalanan pada malam hari. Saya merencanakan untuk berangkat meninggalkan rumah pada jam 20.30 malam hari dengan tujuan nantinya saya akan singgah sebentar di kedai teman didaerah  dan kedai kopi orang tuanya om Werry sebelum kami memulai perjalanan kami.

Saya dengan malas-malasan memulai berbenah barang yang akan diangkut. Sebelum itu kami bersilahturahmi ke rumah kakak kandung bunda dan sekalian berziarah ke makam Inyiak Nabil dan Azra. Padahal dirumah bunda belum memulai aksi bebenahnya. Sedangkan saya kumat malasnya. Ditambah lagi hari saat itu hujan dengan deras, membuat saya makin malas untuk bergerak, tapi mau ga mau semua harus dilakukan.

Setelah semua barang dirapikan, saya belum bisa memasukkan kedalam mobil, karena cuaca masih belum bersahabat. Hujan masih terus dengan setia mengguyur kota Bukittingi sampai malam hari. Akhirnya dengan berbasah-basah ria saya memulai memasukkan barang kedalam mobil. Air mulai membasahi baju saya tapi saya terus memasukkan barang kedalam mobil dan kedalam Roofbox.

Jam 21.00 malam akhirnya semua barang telah dimasukkan kedalam mobil dan saya meminta bunda untuk mengganti baju, karena kami akan segera berangkat. Nabil masih semangat dengan kehadiran sepupunya, sedangkan si kakak udah mengikuti jam biologisnya. Yang tidur tepat waktu walau apapun yang terjadi.

Untuk jalur balik ke pulau Jawa, sebenarnya saya agak galau mengambil yang mana. Antara jaur lintas Timur dan lintas Tengah. Untuk sementara jalur Lintas Barat belum masuk kedalam perhitungan.  Mungkin suatu saat nanti saya akan mencobanya. Setelah musyawarah dan mufakat antara pemilik modal dan CEO mudik 2017 yaitu Bunda, saya sendiri, Azra dan Nabil sebagai Ketua Mudik 2017 akhirnya kami memilih Jalur Lintas Tengah. Ada beberapa alasan yang kami perhitungkan antara lain ; informasi dari rekan mudik yang telah melewati lintas Timur, pengalaman kami melintasi jalur timur tahun lalu, serta kami lebih familiar dengan jalur lintas tengah dibanding Timur.

Untuk jalur lintas Timur mungkin lebih cocok untuk yang baru pertama melewati jalur lintas Sumatra. Jalannya yang lumayan lebar, konturnya tidak separah jalur lintas tengah. Akan tetapi hal itu juga diikuti dengan kekurangan yaitu pemandangan yang monoton dan tempat beristirahat yang kurang dibanding lintas tengah Sumatra. Faktor yang utama adalah masih banyaknya truk yang mulai beroperasi.

Hujan akhirnya tetap dengan setia mengiringi keberangkatan kami meninggalkan rumah di kampung. Dengan formasi ideal akhirnya kami berangkat menuju tanah rantau di pulau jawa. Sanak saudara dikampung akhirnya melepas kepergian kami. hiks....

Saya ingin langsung menuju ke Baso, dan tembus ke Batu Sangkar. Informasi yang saya dapat dari teman dan juga Gmap. Kalau jalur Bukittinggi – Payakumbuh macet. Dari Gmap juga hasilnya merah semua dan merahnya itu sudah cenderung gelap. Aduh….. ini gimana nih. Saya mencari jalur alternatif untuk keluar dekat dengan Simpang Baso.  Akhirnya saya menemukan dan membuat jalur di Gmap agar keluar dekat dengan Simpang Baso. Jalur yang pertama kali saya ambil. Alhamdulillah signal internet di HP lancar jaya, walau mahalnya muahalnya amit-amit….

Menjelang persimpangan ke Jalan Raya Bukittinggi – Payakumbuh  ternyata lalu lintas  sudah tidak bergerak. Bakalan lama sampai di warung kopinya om Werry nih.  Perlahan akhirnya kami keluar dari jalan kecil menuju jalan utama. Kedua arah jalan Bukittinggi- Payakumbuh ternyata sudah tidak bergerak. Alhamdulillah, perlahan-lahan jalan menuju Payakumbuh bergerak pelan namun pasti (lebih banyak diam sih).

Saya terpaksa membatalkan kunjungan ke warung teman kuliah saya dulu, dikarenakan tidak memungkinkan untuk singgah dijalanan yang super macetnya. Kami bisa masuk ke simpang Baso-Batusangkar setelah bermacet ria dengan jalan 30 menit untuk menempuh 500 meter. Saya langsung tancap gas karena dari tadi om Werry sudah menelpon dan bertanya di Whatsapp. Kondisi jalanan yang basah tidak bisa membuat saya memacu kendaraan dengan maksimal. Ditambah lagi kalau jalanan yang berkelok-kelok.

Jalanan yang lurus dan naik turun adalah penanda kalau kami sudah mendekati kota Batusangkar. Kami sampai juga di warung yang dituju pada jam 23.00 lewat. om werry, om Herry dan om Fendy ternyata masih setia menunggu saya yang sangat-sangat molor (Anggota Road To Sumatra). Maafkan kami ya om. Setelah memarkirkan kendaraan saya langsung menyeberang menuju duduknya 3 Trio Libels diluar warung. Kami langsung hanyut berdiskusi sembari meminum kopi kawa suguhan dari orang tua om Werry. Om Werry langsung menuju ke mobil untuk memberikan gorengan hangat kepada keluarga saya di mobil. Sebenarnya anak om Werry menunggu Nabil, karena kami terlalu telat akhirnya dia sudah tidur.

Tepat jam 24.00 saya ijin pamit, untuk memulai perjalan balik ke pulau Jawa. Ternyata om Fendy dan Om Herry juga langsung membubarkan diri  juga. Saya meminta bunda untuk mengatur tujuan berikutnya adalah jalan lintas Sumatra di Handphone, karena GPS  kami sedang bermasalah kalau sudah masuk daerah ini.

Menjelang masuk kedalam kota Batusangkar, saya salah mengambil jalur. Padahal memang diarahkan kesini akan tetapi feeling saya berkata lain soalnya ga pernah lewat sana. Saya memutar kendaraan dijalan yang sudah sepi. Setelah melewati kota Batisangkar ternyata di GPS ada jalur yang saya ambil pada saya Mudik kemaren.

Sekarang saya hanya mengikuti jalur yang saya ambil kemarin.  Jalanan yang berkelok dan kecil membuat mata ini terus terbuka, lawan yang jarang dari depan membuat saya menikmati perjalanan ini. Satu kadang yang membuat saya terkejut adalah air yang tergenang dijalan yang membuat laju kendaraan saa langsung melambat drastis. Air juga terciprat tinggi sekali. Beberapa kali saya terjebak kedalam jalur ini. Di tengah perjalanan kendaraan saya beberapa kali tehambat olehnya da juga ada juga longsor. Pohon tumbang juga menambah kemeriahan acara balik saya. Saya sempat berpikir balik arah , akan tetapi pemuda setempat dengan sigap memotong pohon tumbang dengan meminta imbalan seiklasnya tentunya.

Disaat saya menungu pohon yang tumbang di bersihkan, pengemudi didepan saya mengajak kami berkonvoi untuk balik  ke Jawa. Saya mengiyakan ajakan tersebut. Kemudian kami beriringan menuju jalur utama Lintas Sumatra. Yang mengajak saya jalan bareng saya memberikan saya jalan untuk didepan. Wah ini orang salah lagi nih. Sesudah itu dua kali saya harus berhenti untuk menungu, karena rekan konvoi tertinggal dibelakang.

Setelah masuk ke lintas Sumatra kemudian, saya memacu kendaraan. Si rekan konvoi masih bisa mengimbangi saya. Akhirnya saya kembali menunggu sewaktu saya masuk kedalam SPBU untuk mengisi bahan bakar . Ajaibnya ternyata bahan bakar disana tidak ada menyediakan Pertamax, akhirnya saya keluar dari SPBU. Saya sejak itu tidak melihat si rekan konvoi lagi.

Beberapa SPBU yang saya masuki kondisinya hampir setali tiga uang, kondisi bahan bakar di tangki sudah sangat mengkhawatirkan. Dibawah garis ¼ tangki dan menjelang hidup itu tanda bahan bakar sekarat. Pikiran di otak sudah bekecamuk macam-macam. Mulai tidur di mobil sebelum bahan bakar datang dan menginap di SPBU. Saya terus membawa mobil dibawah guyuran hujan yang rata membasahi bumi Sumatra Barat. Baru kali ini saya mendapatan masalah seperti ini. Biasanya tahun-tahun lalu bahan bakar selalu tersedia dimana saya berhenti.

Sampai disuatu SPBU yang berada di daerah Dhamasraya akhirnya saya berhasilnya menemukan Pertamax dan hanya bahan bakar jenis ini saja yang tesedia disini.

Kelangkaan bahan bakar di jalur Lintas Sumatra memang sudah saya dapati dari beberapa anggota mudik bareng kami seaktu menuju kampung halaman. Saya berpikir kalau itu hanya masalah sesaat dan nantinya akan ada pemecahan masalah dari pemerintah. Tetapi saya salah.

Saya langsung mengisi penuh bahan bakar di mobil, akan tetapi perut saya yang kepenuhan juga minta dibuang. Sakit pencernaan akibat makan cabe ijo masih terus saya alami 3 tahun berturut-turut.
Perut ini sangat lega sekali setelah dibongkar, kamipun melanjutkan perjalan menembus gelapnya malam. Saat itu masih jarang para pemudik yang balik ke tanah Jawa. Sering terlihat kendaraan yang masih mengarah kearah Sumatra Barat. Lebih banyak yang masih kearah mudik malah, eh malah kami sudah balik huhuhuhuhu.

Saya memacu kendaraan ini lumayan kencang akan tetapi saya tetap berhati-hati dengan kondisi jalanan yang kadang berlobang atau tidak rata. Setelah beberapa kali, akhirnya saya mengikuti dua kendaraan yang saling memacu kendaraan mereka dengan kecepatan tinggi. Lumayan sebagai penunjuk jalan.

Rumah makan Umega kami lewati pada jam 03.30 pagi, padahal saya kemarin ingin membeli nasi bungkus disini. Kami terus melanjutkan perjalan menuju Muara Bungo. Kondisi jalan masih belum ada perubahan. Kewaspadaan terus tetapi di jaga. Selepas Muaro Bungo jalanan sudah bagus sehingga kendaraan bisa dipacu lebih kencang lagi.

Kami melaksanakan sholat shubuh di sebuah mesjid yang berada di pinggir jalan Jalur Lintas Sumatra. Lahan parkir yang luas membuat saya memilih mesjid ini untuk melaksanakan ibadah wajib di pagi hari. Setelah sholat ternyata perut ini masih belum beres, kembali saya menyetor di kamar mandi di mesjid ini. Sudah dua kali perut ini memaksa saya harus masuk ke kamar kecil. Untung saja kamar kecil di mesjid ini cukup bersih dan air tersedia dengan melimpah.

Pada jam 06.00 pagi kami sekeluarga telah sampai di kota Bangko, karena masih pagi kami masih tancap gas menuju kota Sorulangun yang berjarak 1 jam perjalanan dari Bangko-Sorolangun-Lubuk Linggau. Jalur yang lurus, bagus  dan kondisi lalu lintas yang masih sepi membuat saya semangat memacu kendaraan.

Setelah melewati kota Sorulangun, kami sampai di kota Lubuk Linggau pada jam 08.30 pagi. Tujuan utama bunda melewati kota ini agak siang agar bisa mencicipi pempek idamannya yaitu Pempek Familidin. Tahun lalu bunda gagal mencicipi pempeknya ini.

Ternyata pempek ini sudah agak mahal dibanding beberapa tahun lalu yang kami coba. Padahal kami sudah mengiklankan kalau pempek ini murah, ternyata itu sudah tidak berlaku lagi (Ya iya lah udah beberapa tahun harga tentu saja naik, orang di Jakarta saja property setiap senin naiknya).

Panggilan alam kembali memanggil saya, kembali saya menuju kekamar kecil. Masih belum beres perut ini ternyata. Akan tetapi untungnya masih bisa menunggu sampai di tempat istirahat. Nah perut yang tidak bisa kompromi yang saya takutkan.
Masuk kota Lubuk Linggau

Akhirnya ditemukan juga yang dicari Bunda
Kami memesan pempek untuk Nabil dan Azra sedangkan saya memesan Tekwan dan juga bunda (model belum tersedia). Harga sepotong pempek ini adalah 3 ribu rupiah dan tekwan sepiringnya dihargai 10 ribu rupiah. Untuk rasa pempek memang lumayan enak sepeti biasa, sedangkan untuk kuah tekwannya kami rasa masih kalah dengan kuah tekwan di Baturaja.
Perjalanan menuju Lahat
Kami melanjut perjalanan untuk menuju Kota Lahat. Perjalanan menuju kota lahat ini melewati jalanan yang berkelok-kelok, naik turun bukit, dan jalanan cenderung kecil sehingga susah untuk melewati lawan. Alhamdulillah didaerah ini kondisi jalannya tidak benyak perubahan dari tahun ke tahun. Masih tetap bagus tidak seperti simpang Meo.
Kondisi jalan masih bagus

Jalur lingkar kota Lahat
Pada jam 12 lewat kami telah melewati kota lahat. Saya memilih untuk melewati jalur lingkar dan tidak melewati Lahat. Saya lebih memilih jalur yang sedikit jauh dari berspekulasi tentang kemacetan di kota Lahat.

Jalur lingkar  Lahat yang saya lewati ternyata hampir 80 persen sudah mulus, padahal kemarin waktu kami konvoi balik masih banyak dalam tahap pengaspalan ulang. Hanya sedikit tersisa jalan yang masih dalam kondisi rusak atau tidak rata.

Tidak lama kemudian kami sampai juga di ruma makan langganan kami untuk makan siang yaitu rumah makan Telaga Biru. Patokannya tidak sulit kalau sudah melihat gunung Jempol berarti rumah maka ini sudah dekat. Rumah makan yang berada agak menjorok kedalam ini berkoloborasi dengan SPBU yang sepi. Padahal SPBU ini di jalur lintas Sumatra. Berarti ada yang salah dengan SPBU ini.

Kami di rumah makan ini hanya menumpang makan saja tidak makan di dalam rumah makan ini hehehe. Para pemudik bayak sekali saat itu akan tetapi masih ada lokasi parkir yang kami tempati.

Selepas saya meregangkan otot yang penat selama 3 jam berkendara, saya dan Nabil menuju kamr kecil yang berada didalam rumah makan dan kemudian melaksanakan sholat di Musholla di sebelah rumah maka. Kondisi cuaca di lahat saat itu sangat terik. Setelah itu bunda dan Kakak bergantian ke kamar kecil dan juga sholat sementara saya makan siang dari menu yang kami bawa dari kampung. Menu yang kami bawa kali ini adalah cincang daging dengan sayur rebung. Nikmatnya tiada tara.
Hasil Jepratan Nabil
 Perjelanan kembali dilanjutkan setelah semua anggota masuk kedalam mobil. Perjalanan kali ini akan melewati daerah yang lumayan angker. Yaitu Simpang Meo dan Simpang Iman. Kota Tanjung Enim dan Muara Enim kami lewati dengan cepat karena memang kedua kota ini berdekatan. Sekarang tujuan akhir hari ini adalah menuju kota Baturaja yang harus ditempuh selama 3 jam perjalanan dari kota Lahat.

Kondisi jalan di sepanjang perjalanan menuju Baturaja lumayan bagus kalau tidak mau dibilang jelek. Jalan yang sudah ditambal kini sudah mulai berlubang kembali. Tidak disarankan untuk memacu kendaraan kencang-kencang disini kalau tidak mau kendaraannya menghantam lobang.  Jalanan yang dulu lubangnya dalam dan ditambal tinggi seperti gundukan. Kita harus piawai dalam mengikuti gerak kendaraan didepan kalau terlalu rapat. Penderitaan ini akan berakhir seiring dengan sampainya kita di kota Baturaja.

Dalam perjalanan kita bisa melihat banyaknya orang yang menjual buah Durian dan Duku sedangkan menjelang masuk kota Baturaja penjual Duku yang merajai samping kiri dan kanan jalan.

Sesampai di Baturaja kami langsung menuju hotel tujuan kami yaitu hotel Bukit Indah Lestari. Bunda langsung mengambil tugas untuk melakukan reservasi. Sedangkan saya langsung keluar dari mobil untuk merenggangkan badan. Bunda mengambil kamar yang biasa kami ambil di hotel itu. Kamar yang langsung bisa memarkirkan mobil didepan kamar.

Setelah menurunkan barang yang perlu diturunkan, kami semua bergantian untuk mandi menyegarkan diri setelah seharian berkendara. Bunda langsung ingin mencicipi pempek Baturaja incarannya. Kami pernah menikmati pempek murah meriah arah kota Baturaja. Kami berempat menuju tujuan yang dimaksud. Berhubung itu sudah dua tahun yang lalu, kami sedikit tersesat akhirnya kami sedikit berputar-putar di kota Baturaja.
Tekwan Baturaja di Pasar Atas
Namun malang tidak dapat ditolak, penjual yang kami cari tutup entah tutup karena hari raya atau karena memang sudah tidah laku. Bunda masih keukeh kalau penjual pempek yang dimaksud bukan disana. Akhirnya kami mencari penjual pempek yang lain. Beberapa toko pempek yag kami datangi ternyata habis dagangannya.

Kami diberitahu kalau banyak yang menjual pempek di Pasar Atas, maka melucurlah kami kesana dengan bermodalkan arahan om Gmap. Sesampainya ke penjual pertama ternyata kami masih kurang beruntung, pempek juga masih habis. Ternyata persaingan antar penjual disini begitu ketat. Kami bertanya kepada penjual tadi dimana lagi yang menjual pempek dengan cepat dia menjawab tidak tahu. Akhirnya bunda menyerah, kalau ketemu pempek saja beli kalau tidak ada makan nasi padang saja. Tidak jauh kami bergerak ternyata banyak kami temui penual pempek lain. Sampai segitunya itu penjual pelit informasinya.

Kami memilih salah satu dari banyak penjual pempek dan rasanya memang tidak mengecewakan dan harganya tidak mahal. Semua pempek yang dihidangkan habis dalam sekejap. Kemudian setelah membayar semua, kami singgah sebentar ke Minimarket untuk membeli minuman untuk Nabil dan Azra.  Kemudian kami segera balik ke hotel untuk beristirahat.

Nabil sudah siap tidur
Keesokan paginya kami berangkat meninggalkan hotel jam 7 pagi. Lebih pagi satu jam dari biasanya, dikarenakan saya ingin menghindari kemacetan di Bandar Jaya. Perjalanan dari Baturaja ke Martapura ditempuh dengan kecepatan rendah karena ingin enghindari lubang yang dalam disana. Sempat sedikit salah ambil jalur di daerah Martapura , akan tetapi akhirnya kembali kejalan yang benar.

Martapura – Bukit Kemuning – Kota Bumi – RajaBasa, disinilah kesabaran saya diuji. Baik itu oleh truk dan motor. Jalur ini pemotor lebih ketengah jalannya sehingga sangat berbahaya sekali. Kondisi jalan disini cenderung bagus walau ada kadang tambalan disana-sini. Kadang kita akan memacu kendaraan melewati kendaraan didepan eh si pemotor  malah ikutan juga. Kadang ada juga yang zig zag menghindari jalan yang berelombang. Kadang saya harus memaksa itu motor supaya minggir. Bukan saya arogan tapi untuk ukuran motor yang hanya segitu dan lambat tidak perlu menutupin jalan dan menghambat perjalanan orang lain.
Ketika kami memulai perjalanan jalan masih sepi

Sangat menyenangkan sekali melewati jalan ini

Masih sepi
Memasuki kota Bandar Jaya, yang saya takutkan terjadi. Kemacetan di Pasar Bandar Jaya. Kendaraan dialihkan ke jalan yang tidak ada petunjuknya. Setelah itu terserah anda. Seakan hanya ingin membuang kemacetan saja. Sewaktu saya kembali ke jalan utama saya bertemu dengan kendaraan lain yang ternyata jalan yang tadi dibuka sudah dibuka. Ini rekayasa jalan yang tidak jelas.

Saya melihat kalau pasar Bandar Jaya sudah dibuat gedung lantai dua. Wah bakalan bertambah macet lagi nih jalan nantinya. Seharusnya ini pasar dipindah ke tempat yang masih lapang bukan disini.

Kami terus melanjutkan perjalan menuju Rajabasa. Kami sampai juga akhirnya di restoran langganan kami di jalan Soekarno Hatta. Setelah melewati laron-laron motor dan juga truk. Kali ini saya merasakan kalau pemudik motor sangat banyak sekali. Ini adalah restoran kami sejak kami mudik beberapa tahun lalu. Kalau pas mudik kami selalu makan di Restoran Umega Gunung Medan, kalau balik kami selalu makan di Restoran ini. Inyik juga perna makan disini sewaktu beliau masih ada.

Saat kami sampai kondisi rumah makan ramai dengan pembeli, wah ini tumben. Waktu kami pertama sampai disini, ini restoran sepi-sepi saja. Sekarang mereka sedang ada pembangunan dibelakang. Tidak lama kami dilayani dan kami mulai melahap menu yang disediakan. Menu andalan di restoran ini adalah ayam popnya… Sampai Azra nambah ayam dua kali. Sedangkan Nabil makan dengan berantakan. Alhamdulillah kedua anak kami sangat suka sekali menu masakan Padang, Apalagi si Nabil yang sangat suka pedas.

Jam 1 siang kami melanjutkan perjalan menuju Bakauheni. Perjalanan menuju Bakauheni tidak beda dengan perjalan sebelumnya. Motor dan truk masih menjadi momok yang sedikit menghambat perjalan. Ditambah bus yang berhenti sembarangan serta adanya jalan yang mengecil. Saya memacu kendaraan jika ada kesempatan.
Tempat pembelian tiket Ferry di RM Begadang IV

Loket pembayaran

Tempat pengisiian formulir dan ada pegutas yang membantu juga

Informasi Live dari Bakauheni

Kondisi RM yang masih sepi dari arus balik

Ini rumah makannya (kita ga masuk sih)
Untuk balik saya membeli tiket ferry di Begadang IV, saat itu sangat sepi sekali para pemudik yang memanfaatkan fasilitas ini. Jadi sekarang kita diarahkan membeli tiket secara online, beda nama saja sih dari tahun lalu. Disini kita bisa memantau kondisi pelabuhan Bakauheni dari tenda penjualan tiket.

Kita akan diminta KTP dan STNK oleh petugasuntuk mengisi form pembelian tiket. Kita juga diminta untuk mengisi nama dan jenis kelamin para penumpang. Setelah itu kita akan menunggu dipanggil petugas kasir untuk melakukan pembayaran seharga 374rb dan selesai.
Makanan favorit saya lewat (sayang tidak beli)

Bakauheni sudah terlihat hiks (selamat tinggal tanah Sumatra)
Saya langsung mengarahkan kendaraan ke Pelabuhan Bakauheni. Sekitar jam 16.00 sore kami sampai jua di Bakauheni. Kami memantau kalau kapal Dhama Rucitra 1 bersandar di dermaga 3. Kami bergerak kesana dan langsung diarahkan petugas. Alhamdulillah, kami langsung masuk kedalam kapal tanpa menunggu lebih lama.
Langsung masuk ke lambung kapal

Kendaraan mudik masih sepi

Naik pakai eskalator
Awalnya saya berpikir kalau nantinya dilambung saya akan naik ke lantau dua. Tapi saya salah di lambung  jalan menuju atas mobil dimatikan alias ditutup permanen dan hanya bisa masuk lewat atas. Tapi biarlah akhirnya kami bisa mencoba naik kapal ini.
Ramainya penumpang dikapal (sepertinya yang tidak bawa mobil)

Bangku sudah penuh

Begitu juga yang lesehan

Terpaksa kami lesehan di lorong
Kami bergerak menuju ruang tunggu penumpang. Untuk menuju kesana disediakan eskalator, lumayan mewah kapal ini dari impresi saya. Disediakan juga tempat duduk dan juga ruang tidur. Berhubung yang gratis sudah di buking semua sama pemudik yang orngnya ga jelas kemaa terpaksalah kami lesehan dilantai saja. Dikapal ini kami sedikit tertahan oleh bongkar muat kapal yang belum selesai di Merak. Akhirnya kami menunggu sekitar 30 menit untuk sandar di Merak. Nabil sudah bertanya-tanya kenapa kapal kita tidak jalan-jalan.
Selamat tinggal Sumatra

Kapal berjalan pelan menuju tanah Jawa

Kapal berhenti menunggu giliran sandar
Artis panggung dangdut hehehe
Kami mendarat di tanah Jawa  sekitar jam 19.00 malam. Saya langsung memacu si eneng menuju rumah nenek di Cilegon. Sudah ingin sekali badan ini beristirahat. Tidak sampai lima belas menit akhirnya kami semua sampai dengan selamat ke rumah Nenek.

Besok paginya kami semua melanjutkan perjalanan menuju kediaman kami di Bekasi. Kami berangkat jam 08.30 pagi dan kondisi lalu lintas sudah ramai saat itu di kedua arah. Saya sedikit memacu kendaraan menuju rumah kami, dibutuhkan waktu 1,5 jam perjalanan dari Cilegon menuju Bekasi.  Pada jam 10 pagi sampai juga ke ruma kami tercinta. Alhamdulillah.

Petualangan yang menyenangkan semoga masih bisa diulang pada tahun depan insya Allah.

9 komentar:

  1. Assalamu'alaikum dan maaf lahir bathin Om Sonny, akhirnya keluar jg reptour mudik walaupun msh dijalur dan tujuan yg sama namun tetap puas dg tulisannya.... tulisannya naik borongan bacanya jg sekalian borong...heheee..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
    2. Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh om Lenky. Maaf ini kelewat ternyata comment om dari radar saya. Maklum om nulisnya tergantung mood, kalau mood bagus sekalian nulis. Kalau mood jelek ga nulis bulanan malah.

      Hapus
  2. videonya gak ada ya om....yg versi dash-camnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak ada hehehe. soalnya tahun lalu ada saya buat tapi berhubung mmcnya terbatas jadi sering ketimpa videonya. jadi ga full trip dapetnya...

      Hapus
  3. permisi om..saya rencana mau mudik tahun ini ke bandung dri bukittinggi ini mudik pertama saya jalur darat menggunakan mobil pribadi dan nyupir sendiri..masukanya om enakan lewat lintas timur atau tengah?klo lewat timur kami rencana nginap di palembang..kira2 waktu yg tepat brkt dri bukittinggi jam brp ya om?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pilihan ada di tangan tante dan tergantung supir juga. Supirnya ada berapa orang. Kalau supir cuma sendiri dan supirnya masih seger mending ikuti cara saya.
      Begini, saya ceritakan berdasarkan pengalaman saya. Kalau jalur timur itu jalannya cenderung rata dan lebar…. Walau kadang ada juga jalannya yang jelek. Masalahnya sekarang sewaktu masuk ke Palembang akan menemui kemacetan (kalau beruntung sih ga macet). Ini bisa dihindari lewat jembatan musi 2 atau yang lain. Nah keluar Palembang juga akan mengalami kemacetan sampai kayuagung kalau jalan agak siangan. Kecuali jalan tolnya sudah beroperasi lumayan mempersingkat waktu.
      Jalan dari Kayuagung menuju Bakauheni sih lebih lancar da lumayan bagus untuk yang pertama kali jalan darat. Tapi hati-hati mengatuk. Juga perlu diperhatikan truk yang jalan beriringan. Mereka kadang kalau disalip tidak memberi celah buat kita masuk diantara mereka. Sebaiknya menyalip mereka dijalanan lurus panjang
      Nah kalau jalur tengah jalanya lebih menantang dan menarik menurut saya. Pemandangan lebih bervariasi dan tidak bikin ngantuk. Tapi jalanannya relative kecil Antara linggau sampai baturaja. Juga jelek jalannya (sebagian kecil sih tapi menyiksa hehehe). Jalan muaro bungo sampai linggau bisa dikebut tapi hati-hati lobang. Dijalur tengah lebih unggul dari segi tempat istirahat dan SPBU juga pemandangannya.
      Untuk yang pertama kali jalan darat lebih baik jalur timur sih menurut saya (tapi saya dulu jalur tengah). Nah kalau jalan jam 10 malam dr Bukittingi akan sampai sore di Palembang berdasarkan pegalaman saya. Saya jalan 10 malam dr Bukittingi, istirahat dua jam di Gunung Medan (tidur kalau bisa). Subuh di Muara Bungo. Saya tidur 1 jam pagi hari jam 8an. Terus makan siang di Jambi sekitar 1 jam. Dan harusnya masuk Palembang jam 4-5 sore tapi berhubung macet saya masuk Palembang jam 7 malem.
      Nah kalau dari Palembang kalau mau cepat jalan subuh. Saya kemaren dari palembag jam 4 pagi dan jam 4 sore sudah di Bekasi. Itu sudah dengan 1 kali istirahat. Nah itu gambaran saya tentang perjalanan Bukittinggi-Jakarta. Kalau sampai bandung silahkan tambah beberapa jam lagi tergantung kondisi jalanan yang ga bisa diprediksi hehehe.

      Hapus
  4. hehehe ok om makasih atas pencerahanya dapet bayangan untuk mudik tahun ini. oh ya ok kapal yg besar biasa sandar di dermaga brp soalnya seru kalau dapet kapal yg gede

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapal kalau di Bakauheni. yang besar-besar di dermaga 1,2,3 dan 6. Tapi tidak menutup kemungkinan di dermaga tersebut akan masuk kapal kecil.
      Nah kalau kita masuk ke Bakau kadang diarahkan sama petugasnya kita ga bisa milih. Sekarang ya untung-untungan....

      Hapus