Kali ini kami hanya ingin
melakukan perjalanan wisata pada saat bulan puasa saja. Ada beberapa alasannya
yaitu karena saya tidak ingin menemui macet jalanan selama berwisata. Sudah
menjadi langganan tiap tahun saat liburan hari raya kalau daerah wisata di
daerah Sumatra Barat sangat penuhi dipadati oleh para pengunjung dan yang
parahnya untuk pulang ke rumah masing-masing terjadi kemacetan berjam-jam,
apalagi kami berada dikota Bukittingi. Pernah ada yang pulang pagi akibat
kemacet ini. Alasan lainnya si Uncu pulang jadi nenek tidak bisa jalan jauh
berjalan kaki, jadi kami menghemat untuk berwisata hehehe (padahal emang males
keluar).
Sembari menunggu waktu berbuka
puasa, bunda mengajak saya untuk pergi ke Lembah Harau seperti yang pernah kami
rencanakan sewaktu kami akan mudik dahulu. Rencananya kami akan berbuka di
daerah Payakumbuh makan sate Dangung-Dagung yang terkenal itu.
Jarak yang akan kami tempuh |
Jalanan ynag ramai lancar |
Kami berangkat dengan dengan
pasukan full team plus nenek dan 3
orang anak Mak Dang. Kondisi mobil saat itu lumayan penuh.
Perjalan menuju Jalan Bukittinggi
– Payakumbuh dapat kami tempuh dengan cepat. Kami mengambil jalan dalam sebelum
keluar di daerah Baso. Kondisi jalan Raya Bukittinggi Baso saat itu ramai
lancar. Kadang saya masih bisa mendahului kendaraan lainnya.
Masuk ke kota Payakumbuh lalu lintas
sedikit tersendat akibat banyaknya pedagang dadakan yang menjual gadangannya di
pinggir jalan, ditambah lagi lapar mata para pembeli yang akan membeli semua
yang dijual.
Selepas kota Payakumbuh jalan
mulai lancar, kami sedikit salah mengambil jalan. Seharusnya kami mengambil
jalan lurus pas di kantor Bupati Lima Puluh Kota yang megah, tapi kami
mengambil jalan kearah Pekanbaru.
Setelah berbalik arah. Kami masuk ke daerah pedesaan yang hijau oleh tanaman padi yang masih baru ditanam. Disebelah kiri kanan jalan dipasang tiang-tiang bambu yang akhirnya saya ketahui untuk pemasangan obor kecil dari botol.
Kami sudah masuk ke jalur yang benar |
Hamparan persawahan yang terbentang luas |
Deretan tebing batu sudah terlihat dari kejauhan |
Pemandangan yang sangat indah |
Kami terus masuk sampai menemukan
sebuah pos penjagaan yang kosong, hanya di jaga oleh segerombolan anak-anak ABG
labil. Bunda meminta saya untuk berhenti. Padahal kalau jalan saja ga masalah barangkali. Mereka meminta
uang masuk kedalam 20rb untuk sebagai uang pas masuk.
Sungguh miris sekali kampung
halaman saya ini. Saya bukannya tidak mau membayar tapi kalau mereka dibiarkan
seperti terus maka akan merusak citra parawisata Sumbar. Sumatra Barat adalah
daerah wisata yang tidak kalah dengan Bali tapi belum dikelola dengan baik.
Kami terus berjalan terus kedalam
sampai disebuah pertigaan kami diminta memilih belok kiri atau kanan. Akhirnya
kami memilih kekanan berdasarkan info dari anak-anak tadi. Katanya belok kanan
lebih bagus. Tidak lama kami sampai disebuah tempat yang agak sepi karena
memang saat itu adalah hari kerja. Cuma ada satu mobil yang akan bergerak meninggalkan
tempat tersebut.
Bujang |
Gadis |
Saya memarkirkan kendaraan
didepan sebuah mesjid kecil. Kami berada di sebuah lembah yang alami, sangat
indah sekali. Seakan kami dikurung oleh lembah tersebut. Didekat sana terdapat
beberapa kolam yang bisa digunakan untuk bersampan. Tentung saja tidak ada yang
gratis kawan. Kami tidak menyewa sampan tersebut karena tidak ada yang bisa
berenang. Suasana masih asri sekali.
Setelah puas berfoto-foto ria
kami kemudian berangkat menuju ke tempat lainnya. Sewaktu keluar kami diminta
uang parkir oleh petugas tidak resmi dan tidak tanggung-tanggung minta 5 rb
untuk 30 menit. Ini sudah seperti pemerasan saja. Tapi bunda tidak mau ada
masalah, tetap mau memberi. Akhirnya saya menambahkan uang 2rb lagi kepada itu
orang. Bertambah lagi minus lokasi ini disebabkan oleh oknum-oknum yang haus
akan uang.
Setelah itu kami tidak menuju
tempat lain tapi langsung menuju pulang. Hilang semangat untuk menuju tempat
lain jadinya. Akhirnya kami langsung
bergerak pulang.
Deretan tebing batu |
Masih sama |
Kantor Bupati yang berdiri megah diatas bukit |
Perjalanan keluar dari Lembah Harau
masih disuguhi pemandangan yang sangat-sangat indah. Semoga ada perbaikan oleh
pemerintah setempat dalam mengelola Pariwisata disini.
Deretan gorengan yang jarang ditemukan di Jawa |
Setelah dirasakan hasilnya mengecewakan |
Keramaian pasar Payakumbuh |
Perjalanan menuju Payakumbuh
masih ramai lancar dan hanya sedikit tersedat di Kota Payakumbuh. Kami
memutuskan untuk berbuka di perjalanan saja karena masih lamanya waktu berbuka.
Menjelang waktu berbuka kami
sudah sampai di Baso. Kami melihat beberapa lokasi yang akan kami jadikan
tempat berbuka puasa. Akhirnya kami berbuka di sebuah warung sate
Dangung-dangung di Simpang Ampang Gadang. Pas sekali dengan waktu berbuka.
Sate yang terlihat mengiurkan |
Walau rasanya biasa saja, tapi lebih baik dari pada sate di Jawa |
Rasa sate yang biasa-biasa saja
membuat saya tidak menambahkan sate. Setelah makan kami langsung membeli menu
untuk menu sahur karena bunda tidak masak sama sekali di ruma makan di jalan
menuju rumah. Jam 7an malam kami semua sampai dengan selamat dirumah. Semoga
ada perbaikan dimasa akan datang pada parawisata Sumatra Barat. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar