Lanjutan dari cerita sebelumnya (
klik disini)
Pada hari terakhir training ini,
training selesai lebih cepat dari jadwal seharusnya. Semua materi telah
diberikan kepada peserta. Sehingga training terakhir saya di Dubai berakhir
pada jam 10 pagi. Jam makan siang masih lama dan akhirnya saya memutuskan untuk
tidak makan siang di lokasi training, akan tetapi saya akan menumpang salah
satu peserta training yang akan pulang ke Sharjah. Hari ini saya akan
mengunjungi daerah Sharjah, sebuah kota yang berjarak 49 kilometer dari hotel saya berada.
|
Foto bareng dulu ama temen-temen |
|
Foto ama orang rusuh |
Tujuan saya kali ini hanya ingin
mengunjungi beberapa Mesjid yang berlokasi di Khalid Lake. Yaitu Mesjid An-Noor
dan Mesjid Al-Taqwa. Kedua Mesjid ini berlokasi di lokasi yang sama yaitu di
sekeliling Danau Khalid. Mesjid Raja
Faisal yang merupakan mesjid sumbangan
dari Kerajaan Arab Saudi (menurut info yang saya terima dari guide lokal saya,
yaitu Pak Iskandar atau Pak Mirza).
|
Ke hotel dulu mengantar barang ini |
Berangkat dari JAFZA (lokasi
training) saya berangkat menjelang jam 11 siang. Kemudian dalam perjalanan kami
melewati keramaikan lalu lintas kota melewati Dubai yang ramai. Menurut penuturan Pak Mirza kalau
menjelang hari libur kadang perusahaan ada yang jam kerjanya setengah hari pada
hari kamis dan libur pada hari Jumat. Sedangkan masuk kerja pada hari Sabtunya.
|
Menembus keramaian lalu lintas Dubai |
|
Tuh sensor tolnya |
|
Gedung maning |
Kadang mobil kami sedikit
terhambat dan kadang lancar. Sistem tol di negeri ini memang sudah lebih maju
dari pada di Indonesia. Semua kendaraan akan dilengkapi sensor. Setiap melewati jalan tol maka kendaraan akan
otomatis terpotong saldo dananya yang telah disimpan. Jika dana kosong maka
akan dikirimkan SMS, dan harus diisi. Jika si pegendara tidak mengisinya maka
kita akan didenda.
Saya juga melewati bandara yang
akan saya pakai nantinya untuk Berangkat balik ke Jakarta. Saat diperjalanan
rasa kantuk melanda. Saya tidak bisa tidur karena saya tidak mungkin
meninggalkan Pak Mirza tidur sementara dia kecapeean membawa mobil. Kendaraan
yang kami pakai saat itu adalah kendaraan keluaran China. Merek mobil tersebut
tidak pernah saya dengar di Indonesia. Kendaraan SUV yang sedang masa percobaan
untuk nantinya akan dijual di Dubai.
|
Berdua dengan Pak Mirza |
World Trade Center (WTC) yang lama kami lewati dan
bebagai macam gedung yang tinggi juga kami lewati. Akhirnya kami sampai juga di
lokasi yang kami rencanakan. Mencari lokasi parkir disini lumayan susah juga
soalnya hampir spot parkir yang tersedia sudah penuh. Akhirnya kami mendapatkan juga tempat parkir
walau agak jauh dari mesjid yang kami tuju.
|
Danau disebelah Mesjid |
|
Mesjid tujuan kami |
Dalam perjalanan menuju Mesjid kami melewati
pinggir danau yang udaranya sejuk sekali. Dipinggir danau dibuat jalan untuk khusus
pejalan kaki yang akan berkeliling danau, baik yang berolahraga atau yang
berkeliling danau. Dipingir danau ditanam rumput dan pepohonan yang berfungsi
untuk tempat para keluarga beristrihat. Menurut Pa Mirza, saat hari libur maka
danau ini akan penuh dengan keluarga yang berlibur dan menggelar tikar. Saat
saya datang disana saya melihat ada beberapa keluarga saja yang sedang
beristirahat di pingir danau. Walau cuaca saat itu terik akan tetapi tidak
terasa perih dikulit. Angin yang bertiup membuat teriknya panas tidak terasa.
|
Tampak Mesjid dari depan |
|
Tempat Wudu yang full AC |
|
Area depan Mesjid |
Sesampai di Mesjid An Noor, kami
kemudian mendekati pintu masuk akan tetapi pintu mesjid saat itu dikunci.
Beberapa jemaah melaksanakan sholat di luar mesjid dan tepatnya didepan pintu
masuk Mesjid. Memang kedatangan kami saat itu sekitar jam 1 siang dan sholat
zuhur telah selesai dilaksanakan.
Akhirnya kami memutuskan untuk
melaksakanakan sholat suhur disana. Setelah melepas alas kaki kami menuju
tempat mengambil wudu’ dan pas saya masuk ternyata tempat wudu’nya saja Full AC
dan dingin sekali dialam sana.
Setelah selesai berwudu’ kemudian
kami melaksanakan sholat didepan pintu masuk. Cukup banyak jamaah yang
melaksanakan sholat saat itu.
|
Didepan Pintu inilah kami sholat |
Kemudian setelah kami selesai
sholat, Pak Mirza melihat ada petugas Mesjid yang keluar. Dengan sigap beliau
langsung mehampiri dan berbicara dengan bahasa Arab. Pak Mirza meminta izin
kepada petugas untuk saya dapat masuk kedalam mesjid. Saya akhirnya
diperbolehkan masuk kedalam mesjid akan tetapi
melalui pintu samping. Alasan pintu mesjid dikunci adalah kalau pintu terus
dibuka, maka banyak sekali yang akan tidur-tiduran didalam mesjid. Ohhh itu
alasannya kenapa pintu mesjid dikunci. Negara Islam kok pintu Mesjid dikunci.
Ternyata pintu mesjid akan dibuka hanya pada saat masuk waktu sholat saja.
|
Bagian dalam Mesjid |
|
Ornamen langit-langit Mesjid |
|
Mesjid full karpet tebal |
Sesampainya kami didalam, saya
melihat lihat bagian dalam mesjid yang Full AC.Bagian dalam mesjid sangat adem
sekali dan karpetnya sangat empuk. Beberapa saat saya mengambil gambar bagian dalam mesjid ini.
Tidak beberapa lama kami selesai
melihat bagian dalam mesjid dan kemudian beranjak menuju keluar mesjid. Sebelum
kami menuju parkiran mobil, terlebih dahulu kami mendekat ke tempat air minum yang tersedia
diluar mesjid yang bisa dinikmati secara gratis.
Perjalanan kami lanjutkan menuju
ke Mesjid berikutnya di lokasi yang sama di sekitaran Danau Khalid. Tujuan kami
berikut kami adalah Mesjid At Taqwa. Mesjid ini menjadi tujuan saya karena
disekitar mesjid ini terdapat lokasi yang menurut saya lumayan bagus.
Sepanjang perjalanan saya
diterangkan kalau ini ada dua buah (souq)pasar yang saling berhadapan yaitu
pasar emas dan pasar ikan. Bertolak belakang banget inih pasar. Tidak berapa
lama saya melihat Mesjid yang dibangun oleh kerajaan Arab Saudi. Mesjid King Faisal terlihat megah
berdiri. Setelah itu hanya terlihat
banyak sekali apartment yang bediri yang menampung penghuni Sharjah.
|
Kalau ini pasar emas kalau tidak salah |
Tidak beberapa lam kami sampai
dirumah Pak Mirza di sebuah Apartment yang menjulang. Parkir kendaraan disini
agak berantakan disebuah lapangan kosong. Wah kalau lapangan ini dibangun lagi
Apartment baru bakalan pusing cari lokasi parkir mobil nih.
|
Area lokasi apartment Pak Mirza |
Kami langsung masu kedalam sebuah
gedung Apartment dan menuju lantai 26 dengan menggunakan sebuah lift. Saya
dipersilahkan masuk kedalam sebuah Apartment. Saya diperkenalkan dengan
anak-anak Pak Mirza. Anak Pak Mirza ada 4 orang. Satu diantaranya sudah menikah
dan sisanya masih tinggal bersama Pak Mirza. Satu diantaranya telah Hafiz
Alquran, ya Allah mudah-mudahan anak saya juga ada yang Hafiz. Kami sampai
disana sekitar jam setengah 3 sore.
|
Ruang keluarga kediaman Pak Mirza |
|
Dijamu keluarga baru |
Saya langsung disuguhkan makan
siang yang menjelang sore hehehe dengan menu ala arab gitu. Seperti biasa saya
cocok dengan menu yang dihidangkan (atau memang kita yang lagi kelaperan). Menu
Ayam, hati ayam dan menu lain yang pertama kali saya rasakan. Saya dan Pa Mirza
menikmati makan siang ini dengan lahap.
Selesai makan kami berbincang
diruang tamu yang merangkap ruang makan keluarga guide saya. Rumah yang full
AC membuat mata saya mengantuk. Agak
berat rasanya menahan mata ini agar tidak tertidur.
Menjelang Ashar kemudian saya
pamit untuk pulang menuju Hotel. Saya akan
diantar oleh Pa Mirza menuju terminal bus terdekat di Sharjah. Turun dari
gedung kami melaksanakan sholat terlebih dahulu di mesjid terdekat. Sedikit
kehebohan terjadi bahwa di mesjid kehabisan air sehingga jemaah susah mengambil air wudu’. Alhamdulillah, wudu’ saya belum batal
sehingga saya langsung masuk kedalam mesjid untuk melaksanakan Sholat Ashar.
Selesai melaksanakan sholat kami
keluar dari mesjid dan saya langsung ingat kalau untuk makan malam lebih baik
saya beli disini dari pada di hotel. Selain lebih murah dan tentu saja rasanya
lebih enak. Pak Mirza merekomendasikan sebuah restoran yang terdekat dari
mesjid dan restoran ini katanya enak sekali masakannya. Untuk kari kambing dan
juga nasi saya harus membayar 22 dirham atau sekitar 70ribu rupiah. Tapi yang
saya dapat lumayan banyak kari kambingnya. Disini mereka lebih kenal Kari
Mutton dibanding sheep atau Goat.
Kemudian sewaktu sampai di
terminal saya berpamitan dengan Pak Mirza dan saya sangat berterima kasih atas
pelayanannya kepada saya. Tadi sewaktu berbincang dengan anak-anak pak Mirza,
saya dianjurkan untu turun di Deira, sehingga bisa membeli oleh-oleh didepan
terminal, akan tetapi di terminal saya berubah pikiran. Saya memilih jurusan Sharjah – Union, karena
dari informasi yang saya dengar kalau di Union banyak menjual souvenir.
|
Seperti bus yang mebawa saya ke Union |
Di Terminal saya akan menaiki
Bis yang bertingkat. Ini adalah
pengalaman saya naik mobil
double decker.
Untuk naik bus ini ternyata kita juga harus menggunakan kartu nol sepetinya
kereta. Untuk perjalanan dari Sharjah menuju Union kita diharuskan membayar 10
dirham atau sekitar 35rb-an untuk menempuh jarak 15 km. Harga yang cukup mahal
bagi saya
hehehe.
|
Kondisi Bus yang kosong dan bersih di lantai dua |
Naik kedalam Bis setelah pamit
dengan pak Mirza, saya memilih lantai dua bus secara belum pernah cuyyy.
Dilantai dua Cuma ada beberapa orang yang mengisi. Didalam perjalanan mata saya ngat berat sekali padahal saya
ingin menikmati pemandangan di Sahrjah menuju Dubai. Kondisi bus yang bersih
dan sejuk memperparah kondisi saya. Akhirnya saya tertidur dan terbangun
menjelang masuk ke terminal bus Union.
Saya langsung turun setelah
berhenti dan menikmati alun alun (kata orang Indonesia) Union. Disana banyak
orang sedang menikmati waktu sore hari. Ada yang berolahraga dan ada juga yang
duduk santai. Sedangkan saya menikmati
keindahan sore terkahir saya di Dubai .
|
Menikmati sore hari di Dubai |
Tidak lama saya duduk disana,
saya langsung menuju stasiun Union untuk menuju hotel. Saat itu para
pekerja juga bersamaan pulang dari tempat kerjanya. Suasana MRT sangat penuh
saat itu. Untuk menuju hotel saya harus melewati 20 stasiun Metro. Perjalanan
yang sangat panjang.
Ditengah jalan saya, menambah
lokasi destinasi saya, karena dalam
perjalanan saya ke Sharjah tadi saya melihat sebuah sungai yang cukup bersih
dan didekatnya ada sebuah stasiun Metro yaitu Bussiness Bay. Kurang lebih atu
jam perjalanan dari Union saya sampai di
Bussines Bay dan turun disana. Kemudian berjalan kaki menuju sungai yang saya
ingin kunjungi.
Saya bertemu dengan banyak sekali
para pekerja yang akan pulang menuju kediaman mereka. Disekitar sana banyak sekali terdapat gedung-gedung tinggi
yang sepertinya perkantoran. Sepanjang jalan yang saya dengan kebanyakan bahasa
Inggris, India atau Philipina. Jarang sekali Bahasa Indonesia terdengar disini.
|
Ini sungai dari jauh bagus tapi pas didekati bau |
|
Ini Hotel tinggi banget |
Ternyata jauh juga perjalanan
saya menuju kesana. Saya harus melewati
Hotel JW mariot untuk melihat sungai
tersebut. Sesampai disana, ternyata pemandangan dari jauh berbeda sekali dengan
kalau melihat dari dekat. Kondisi Sungai memang bersih tapi baunya sangat
menusuk hiding. Saya hanya tahan beberapa sa disana. Sebelum meninggalkan
lokasi tersebut dan selanjutnya berjalan kaki menuju stasiun metro dimana tadi
saya turun.
Perjalana dilanjutkan menuju UAE
exchange (ga sampai sih) dengan menggunkan metro. Saya akhirnya turun di Ibn
Battuta Metro Station dan lanjut jalan
kaki menuju kamar saya yang indah hehehe.
Sesampai saya di hotel saya langsung mandi dan kemudian menyantap makan
malam yang sudah dingin. Setelah itu masih ada pekerjaan besar yang menanti
yaitu packing barang sebelum tidur soalnya besok pagi saya sudah harus berangkat
menuju bandara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar