Tidak terasa sudah hampir setahun
kami mudik balik ke kampung halaman di Sumatera Bara. Kampung halaman kami
berdua saya dan bunda yang berasal dari Sumatera Barat bunda berasal dari
Bukittinggi sedangkan saya berasal dari Pariaman.
Entah mengapa belakangan ini saya
malas menulis blog yang saya kelola walaupun sebenarnya ada beberapa topik yang
ingin saya tuliskan di halaman blog saya ini. Akan tetapi rasa malas itu selalu
muncul.
Dengan semakin dekatnya musim
mudik tahun ini, semangat untuk menulis
blog kembali menggelora (malesnya setahun bro....). Untuk itu saya kembali mencoba mengingat perjalanan
kami yang sudah hampir setahun berlalu, dan akan saya tuliskan di dalam blog
saya ini eh blog keluarga cuy hehehehe.
Untuk persiapan mudik, ceritanya
saya persingkat saja. Semua barang-barang yang yang akan kami bawa telah kami
persiapkan. Baik itu pakaian, menu makanan, snack buat anak, P3K dan telah kami
packing dan menjelang mudik. Hampir setiap malam kami melakukan meeting
koordinasi antar peserta mudik keluarga
yang terdiri atas saya sendiri, bunda, Azra dan Nabil. Setiap meeting
kami terus mematangkan persiapan untuk melakukan mudik. Padahal ini mudik ke
tujuh kalinya kami melewati jalur darat.
Sedangkan persiapan di grup mudik
Road to Sumatra juga telah melakukan persiapan matang diantaranya membuat atau
membagi kepulangan peserta berdasarkan hari dan kemudian membeli membuat grup
kecil yang terdiri atas member yang akan pulang pada hari yang sama. Sehingga
mereka bisa berkreasi sendiri diantara mereka selama mudiknya. Kami tidak lupa
membuat kaos mudik dan juga stiker mudik yang nantinya akan dipasang pada
kendaraan peserta mudik bareng sehingga di perjalanan kami akan saling bertegur
sapa jika bertemu.
Stiker depan |
nomor depan |
Nomor dibelakang |
Untuk pembagian stiker dan kaos
mudik jadi dilakukan di saat kopdar bulan puasa yang seperti biasa dilakukan di
Taman mini. Rencana awalnya kopdar dilakukan pada pagi hari akan tetapi akan
permintaan dari anggota yang lain kopdar dilakukan pada sore hari dan sekaligus
untuk berbuka bersama bersama anggota di Taman mini. Untuk menu makanan para
peserta membawa menu masing-masing.
Akhirnya pada tanggal 29 Mei hari
yang kami sekeluarga tunggu-tunggu di mana kami akan menjajal tanah Sumatera
lewat jalur darat. Pada malam sebelumnya kami telah mempersiapkan bahwa semua
barang yang akan dibawa dan diletakkan di depan pintu. Keesokan harinya saya
tinggal memasukkannya aja ke dalam mobil. Untuk barang-barang yang masuk ke
dalam roofbox saya sudah masukkan
terlebih dahulu, karena biasanya barang-barang tersebut tidak akan dibongkar
selama perjalanan. Hanya yang
barang-barang yang ada di dalam mobil saja yang akan aktif pergerakannya.
Sedangkan untuk pemilihan barang yang akan diletakkan di atas box. Biasanya
dipilih barang yang makan tempat, akan tetapi mempunyai bobot yang ringan.
Siap-siap dulu malamnya |
Setelah kami melaksanakan sahur
bersama terakhir di kota Bekasi.
Keluarga kami langsung bergerak
untuk menuju bandara Soekarno-Hatta untuk mengantarkan nenek dan Uncu menuju
ke bandara. Mereka berdua akan melakukan perjalanan mudik dengan menggunakan armada
pesawat udara, sedangkan kami menggunakan jalur darat. Hal ini disebabkan, nenek sudah tidak mampu lagi melakukan
perjalanan jauh dengan menggunakan mobil sehingga mereka berdua mudik dengan menggunakan
pesawat udara.
Sementara itu kami menunggu
bertiga di dalam mobil. Mendekati jam 7 pagi semua proses check-in nenek dan Uncu
selesai dan bunda telah kembali ke mobil ,sehingga kami pun bisa bergegas untuk
kembali ke rumah untuk bersiap-siap melakukan perjalanan jauh.
Kami sampai di rumah pada jam
mendekati jam 8 pagi. Saya memasukkan barang-barang yang akan
kami bawa ke dalam mobil dan menyusun dengan rapi. Setelah proses memasukkan
barang selesai, saya masuk ke kamar untuk beristirahat sebelum nantinya akan
berkendara full layaknya supir bus di jalan Sumatera.
Pada jam 10 pagi saya bangun dari
tidur sedangkan bunda masih sibuk dengan urusan daput dan anak-anak masih
menikmati libur dirumah. Selesai mandi, kami bersiap-siap untuk meninggalkan
rumah. Kami bertiga perempat meninggalkan rumah pada jam 10.30 pagi hari untuk
bertemu dengan rekan mudik bareng Road to Sumatra (RTS) yang berkumpul di rest
area KM 68 to Jakarta Merak.
Kami akan mengambil jalur yang
sama seperti jalur mudik kami tahun lalu yaitu menggunakan jalur lintas barat
sedangkan untuk anggota mudik bareng jalur lintas barat kali ini jumlahnya
memang sedikit berkurang dari pada tahun lalu yang berjumlah 20 orang tahu
untuk tahun ini jumlah kami hanya sekitar 16 kendaraan. Total peserta mudik
bareng grup RTS ada 90an kendaraan terbagi atas 3 jalur mudik disumatra yaitu
lintas Timur, lintas Tengah dan Barat.
Akan tetapi kami mengharapkan
lebih terkoordinasi lagi perjalanan mudik kali ini. Sebelum memulai perjalanan kami
melihat terlebih dahulu kondisi lalu lintas untuk menuju ke titik kumpul kami
yang berada di KM 68 jalan tol jakarta-merak. di dalam tol dalam kota jakarta terpantau kondisi lalu lintas yang
macet. Sehingga kami memutuskan untuk menggunakan jalur yang sedikit memutar
yaitu melewati jalan tol JORR dan nanti tembusnya ke Tol Ancol dan terus ke tol
Puri dan akhirnya juga masuk ke tol Jakarta merak di KM 10.
Perjalanan yang memutar ini
memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan kondisi jalanan yang tidak macet akan tetapi
karena jalanan yang jauh. Kami sekeluarga sampai di rest area km 68 pada jam
12.30 siang hari tepat setelah masuk ibadah salat zuhur.
Sementara itu didalam rest area sudah
ada rekan yang lain telah berdatangan di titik kumpul ini. Untuk titik kumpul ini
merupakan titik kumpul dua rombongan untuk jalur lintas barat dan juga jalur
lintas tengah yang berangkat pada hari itu.
Setelah beramah-tamah sebentar
saya pun dan keluarga melaksanakan ibadah salat dzuhur dan kemudian melakukan
briefing singkat kepada rekan-rekan yang akan melakukan perjalanan bersama. Untuk
rekan-rekan yang menggunakan jalur lintas tengah berangkat sedikit agak lama
dari pada kami. Tidak lupa doa bersama untuk menharapkan Ridho Allah. Pada
tepat jam 1 siang langsung meninggalkan area pemberhentian untuk menuju ke
pelabuhan merak. Adapun rekan-rekan RTS lintas Barat adalah :
- Om Mahfud
- Om Jendra
- Om Hendros
- Om Fikri
- Om Arief (fotografer RTS)
- Om Wike
- Om Anton
- Om Sony
- Om Febi
- Om Fendi
- Om Rio
- Om
Yandri
- Om Safril
- Om Doni
- Om Abi
- Om Isra
Pada saat itu, kami masih
berkumpul hanya 14 orang sedangkan Om Febi telah terlebih dahulu menuju merak
dan akan menunggu kami di rest area jalan tol Bakauheni Lampung. Sedangkan Fikri juga masih
dalam perjalanan menuju rest area. Diharapkan bisa bergabung bersama kami di
perjalanan, saat kami menuju ke pelabuhan Merak.
Foto-foto dulu sebelum berangkat |
Lima belas kendaraan sampai di pelabuhan
merak pada jam 2 siang dan langsung kami menyebar ke semua loket yang ada di pintu
masuk pelabuhan Bakauheni Merak. Kali ini saya telah melakukan top up e-money,
karena berdasarkan informasi pembelian tiket kapal sekarang sudah mengharuskan
pembelian menggunakan e-money atau juga bisa melakukan pembelian dengan secara
online.
Nunggu berangkat di KM 68 |
Om Arif in action (mobil RTS background) |
Proses pembelian tiket tidak
berlangsung lama, karena prosesnya sudah lebih baik daripada tahun sebelumnya.
Kami bisa langsung menuju ke dalam pelabuhan sambil menunggu rekan-rekan yang
lain yang akan selesai pembelian tiket. Ternyata oh ternyata di gerbang masuk
om Jendra tertahan, akibat ketidaksiapan para petugas pelabuhan dalam pembelian
tiket melalui secara online. Maksud hati ingin mempersingkat waktu dengan
membeli tiket secara online akan tetapi pada kenyataan di lapangan berbeda. Akhirnya
om Jendra yang paling terakhir yang kami tunggu.
Nunggu yang terjebak karena pembelian tiket online |
setelah semua kendaraan berkumpul
minus om Febi, kami langsung menuju ke dermaga 7 yaitu dermaga baru yang yang
belum sepenuhnya selesai tapi sudah dipakai untuk melakukan bongkar muat
kendaraan masuk ke dalam feri. Kami diarahkan oleh para petugas ke dermaga
tersebut. Saya melihat posisi kapal yang masih terbuka. Pikiran bodoh saya berpikiran
bahwa kami akan langsung masuk ke dalam kapal dan langsung berangkat menuju
tanah Sumatra. Tetapi pikiran saya salah, kondisi kapal pada saat itu ternyata sudah siap untuk berangkat alias angkat jangkar.
Kami terpaksa untuk menunggu kapal
berikutnya yang ternyata masih belum terlihat, sedangkan pelabuhan pada saat itu sangat terik panasnya pollll. Tidak bisa berlama-lama di luar kendaraan
untuk mengambil foto karena panas yang sangat terik. Bisa batal puasa nanti bro.
Pada saat itu kondisinya kami masih saat berpuasa.
Akhirnya kapal yang kami
tunggu-tunggu mulai merapat dan pada jam 15.30 sore. Kami mulai melakukan
proses naik kapal dan jam 4 sore kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan untuk
menuju pelabuhan Bakauheni.
Ternyata kapal yang kami naiki
tidak terlalu penuh bahkan bisa dikatakan kosong, soalnya bisa main bola. Kami
pun bisa beristirahat dengan leluasa di geladak kapal yang kosong. Tikar bisa digelar semaunya
dan beristirahat.
Tepar |
Tuh,.... kosong kan |
Melihat laut |
Bunda dan Nabil |
Saya dan Nabil |
Rest area RTS |
Sore hari di bulan puasa |
Seakan-akan kapal ini menjadi
kapal pribadi RTS (ngayal). Kali ini saya tidak berminat mengambil banyak
gambar karena sudah ada yang lebih ahli dari pada saya dalam pengambilan
foto-foto yaitu om Arief yang membawa kamera DSLR.
Saya hanya menikmati perjalanan
dan air udara laut dan juga beristirahat sambil tiduran di tikar sedangkan para
peserta yang lain nikmati dengan caranya sendiri. Hembusan angin membuat mata
ini menjadi berat. Emang sih akhirnya bisa tidur juga tapi kebangun karena
panas mulai menyengat badan.
Pada jam 6 sore kapal kami
mendarat di pelabuhan Bakauheni dan telah melakukan re-grouping. Kami masuk ke gerbang tol Bakauheni untuk menuju ke Bandar
Lampung. Kami memutuskan untuk melakukan buka puasa di perjalanan saja dan
untuk makan malam akan dilakukan di rumah makan Begadang 5 tempat meeting point kami selanjutnya.
Di dalam perjalanan ini yang
bertugas menjadi road captain adalah om Jendera dan di
belakangnya ada Mahfud. Sedangkan pada anggota lain mengekor dengan rapi di
belakang kedua orang ini. Sedangkan yang bertugas menutup jalan adalah om
Yandri dengan badak putihnya.
Kami tidak memacu kendaraan
dengan terlalu kencang, tapi cukup sesuai dengan kecepatan yang disarankan di
jalan tol. Sayup-sayup terdengar dari hari radio kalau para peserta lain yang
menggunakan jalur lintas tengah juga
telah mendarat di pelabuhan Bakauheni berarti mereka tidak jauh berada di
belakang.
Om Yandri kemudian menghubungi om
Febi untuk segera bisa bergabung bersama rombongan lintas barat yanag beliau telah terlebih dahulu mendarat dan menunggu
kami di rest area di jalan tol.
Tidak lama kemudian om Febi telah
masuk rombongan dan bergabung bersama
kami dan lengkapilah formasi penjelajah lintas Barat Sumatra dengan 16
kendaraan untuk menuju ke meeting point
berikutnya yaitu Rumah makan Begadang V yang berada di kota Bandar Lampung.
Selepas membayar tol di gerbang
tol (entah apa namanya) di kota Bandar Lampung langsung dihadiahi dengan jalanan yang masih belum selesai atau
bisa dikatakan rusak, serta banyaknya persimpangan menuju ke perkampungan warga.
Ini salah satu yang menghambat perjalanan kami untuk menuju ke rumah makan
tujuan. Akhirnya pada jam 19.30 sampai di rumah makan tersebut.
Nah……. kalau sudah sampai di rumah makan ini kegiatan acara bebas,
yang mau salat bersih-bersih atau makan itu urusan masing-masing. Pokoknya
diberikan waktu kurang lebih 1 jam untuk melakukan kegiatan itu semua.
Saya dan keluarga melaksanakan
ibadah salat terlebih dahulu. Salat kami melaksanakan bergantian. Giliran
pertama saya dan Nabil, melaksanakan
salat terlebih dahulu. Kemudian setelah kami selesai barulah bunda dan kakak
melaksanakan salat setelah kami kembali ke mobil. Ini tidak lain untuk
menjaga-jaga ada hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah melaksanakan ibadah sholat,
kami langsung menikmati hidangan yang kami bawa dari rumah. Kebetulan mobil kami
bersebelahan dengan om Mahfud yang juga menggelar hidangan yang di bawa dari
rumah. Lumayan untuk menghemat pengeluaran hehehehe……
Padai jam 9 malam kami mulai
melakukan persiapan untuk melanjutkan perjalanan untuk ke tujuan berikutnya yaitu di masjid Imanuddin yang
berada di daerah Tanggamus Lampung.
Saya terlebih dahulu mengisi
bahan bakar di SPBU yang ada di depan rumah makan ini. SPBU tempat kami mengisi
bensin ini, sekarang menyedihkan kondisinya di bandingkan dengan kondisi yang
saya temui setahun yang lalu. Pada saat saya melakukan mudik tahun 2018 kondisi
SPBU ini masih terawat dan bisa dijadikan tempat istirahat. Sedangkan saat itu
kondisinya tidak terawat dan tidak rekomen
untuk melakukan pengisian bahan bakar. Teman-teman saya yang lain telah
terlebih dahulu mengisi bahan bakar di SPBU sebelumnya.
Setelah rombongan Berhasil di
susun kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke bundaran Lampung yang dari
sana kami ngambil ke arah kanan dan langsung berbelok ke kiri yang menuju ke
jalan lintas barat tahun sebelumnya kami dari bundaran itu mengambil ke kiri ke
arah kota bandar Lampung akan tetapi agak sedikit motor sehingga menghambat
perjalanan kendaraan lain.
Perjalanan dari rumah makan
begadang 5 menuju ke masjid Imaduddin itu berjarak kurang lebih sekitar 124
kilo meter dan kalau ditempuh dengan perjalanan mobil membutuhkan waktu kurang
lebih 3 jam berhubung pada saat itu waktu sudah malam sehingga kondisi lalu lintas
sudah berkurang dan perjalanan kami tidak terlalu terhambat oleh kendaraan yang
lainnya dengan kondisi lalu lintas atau kondisi jalannya nya dan kami menikmati
sekali perjalanan malam ini kami tidak tergesa-gesa dalam mencapai meeting
point tersebut sehingga untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Akhirnya pada jam 12 malam kami
sampai di di masjid yang kami tuju langsung saja 16 kendaraan parkir memenuhi
area parkir masjid yang sebelumnya telah terisi sebagian oleh kendaraan pemudik
lainnya 16 kendaraan ini membuat penuh lokasi parkir masjid dan ada sebagian
kendaraan yang parkir di luar area masjid karena memang ini ada parkirnya
sangat terbatas.
Yang menjadi hal yang menarik
dari masjid ini yaitu lokasi masjid yang pas berada di pintu masuk hutan
lindung atau Taman Nasional Bukit Barisan. Sehingga ini adalah lokasi perhentian
terakhir sebelum kami masuk kedalam taman nasional dan di sini airnya sangat
segar begitu dialirkan ke anggota tubuh dan terus mengalir tiada henti, karena
memang tidak menggunakan keran. Air terus mengalir dari sumber alami, begitu
juga dengan warung yang berada di seberang jalan mesjid ini. Terdapat sebuah
keran yang terus terbuka 24 jam tanpa ditutup. Disini selain air yang terasa segar sekali untuk mengambil
wudhu dan juga melakukan salat dan setelah melakukan ibadah juga terdapat kopi
gratis yang disediakan pengurus masjid untuk para pemudik. Kopi yang saya
rasakan kemarin, sangat berbeda dengan kopi-kopi yang sebelumnya saya coba, sehingga wajib dicoba untuk tahun depan.
Tidak lama kami beristirahat di
sini kami langsung bergegas untuk melanjutkan perjalanan untuk menuju ke titik berikutnya yaitu di SPBU di daerah Bangun Negara
setelah kami meninggalkan masjid.
Ternyata di masjid Imaduddin, terjadi
1 insiden di mana om Wike ditinggal oleh rombongan besar, karena kami sendiri
tidak menyadari kalau mereka sekeluarga tertinggal. Sedangkan om Wike ternyata
telah menitip pesan kepada om Fikri, untuk dibangunkan kalau rombongan akan
meninggalkan masjid.
Sementara itu kami telah
meninggalkan mesin Imaduddin sedikit terhambat oleh karena adanya lewat yang
menutupi ruas jalan yang lebarnya tidak terlalu lebar. Setelah melewati truk,
kondisi jalan mulai lancar dan sepi karena memang di saat itu kami berada di
dalam Taman Nasional Bukit Barisan.
Ternyata om Fikri lupa akan pesan
tersebut dan om Wike yang tertinggal
sendirian di area masjid dan baru sadar telah ditinggal pada saat terbangun dan
melihat di parkiran hanya mobil mereka yang terparkir dan segera ngebut
mengejar rombongan yang telah berada di depan.
Dari cerita om Wike mereka berusaha
memanggil-manggil beberapa lama dari radio komunikasi dan tidak ada respon.
Sampai akhirnya diradio mereka menangkap pembicaraan rombongan besar. tidak
berapa lama kemudian mereka juga bisa bergabung bersama kami masuk ke dalam
rombongan.
Sepanjang jalan menuju SPBU di
daerah Bangun negara kami praktis tidak banyak bertemu dengan kendaraan lain
kecuali ada beberapa kendaraan yang terlihat seperti kendaraan travel yang
jalannya kencang.
Perjalanan sepanjang 91 km kami
tempuh kurang lebih 2 jam dan akhirnya kami berhasil mencapai SPBU tersebut
pada jam 3 dini hari.
Kami melewati Taman Nasional
bukit barisan dalam keadaan gelap gulita yang memang pada saat itu tengah malam
dan lampu lampu mobil dari barisan konvoi kami membuat suasana gelap itu
menjadi terang. Kami melewati Taman Nasional dengan aman dan kami melewati di Bengkunat dan kemudian
akhirnya kami sampai juga di di SPBU langganan kami tempat beristirahat di
daerah Bangun Negara Krui.
Kondisi jalanan yang yang bagus
dan juga lengang, bisa membuat kami lebih cepat dari rencana semula untuk
mencapai tempat ini. Beberapa kendaraan lain ada yang mengisi bahan bakar,
sedangkan yang lain memarkir kendaraan di area parkir untuk beristirahat. Saya
sendiri berbincang-bincang dengan om Rio di di pintu keluar SPBU.
Saya melihat om Rio membawa
makanan popmie di tangannya (sudah siap makan) dan saya pun ingin in menyeduh mie
instant sebelum berangkat tidur. Saya kembali ke mobil untuk meminta bunda
membuatkan mie, akan tetapi setelah dicari-cari barang yang dicari tidak
ditemukan (amazing huhuhuhu). Bunda
baru ingat kalau pop mie tersebut masih tersimpan dengan aman di atas lemari
pakaian di dalam kamar dirumah saudara-saudara. Akhirnya hanya
bisa menahan hawa napsu untuk makan yang hangat di dini hari tersebut dan saya kembali kedalam mobil dan merebahkan badan di kursi depan untuk
beristirahat.
Saya langsung terlelap akibat ngantuk
dan terbangun saat kaca pintu mobil kami diketok oleh anggota lain yang
membangunkan saya. Kami diminta untuk bersiap untuk kembali melanjutkan
perjalanan menuju kota Bengkulu.
Setelah melaksanakan salat Subuh
dan mencuci muka saya langsung kembali ke mobil untuk bergerak meninggalkan
tempat peristirahatan. Anggota rombongan mulai menyusun rangkaian di luar SPBU dan
kemudian melanjutkan perjalanan untuk menuju titik poin terakhir untuk hari ini
yaitu di kota Bengkulu.
Pelayanan dimulai dengan berjalan
perlahan menyusuri garis pantai barat Sumatera di daerah Krui ini, entah
mengapa jalan santai ini membuat mata saya kembali mengantuk. Saya meminta izin
kepada rombongan untuk menyegarkan mata sejenak terlebih dahulu untuk melaju
sedikit kencang dibandingkan rombongan dan ternyata om Fikri pun mengikuti saya
dari belakang, mungkin juga ngantuk.
Ternyata kejadian yang sama juga
menimpa om Rio. Di SPBU masih tertinggal om Rio yang masih tertidur di dalam
mobil seperti halnya om Wike yang juga ketiduran.
Akhirnya om Rio berhasil mengejar
ke tingkat tertinggalnya dari rombongan dan bergabung dengan rombongan kami, kemudian
melanjutkan perjalanan menyusuri pantai barat Sumatera yang berkelok-kelok.
Hari sudah beranjak terang dan
pemandangan pun sudah terlihat indah melihat pantai di di pantai Barat
Sumatera.
Di suatu spot kami pun berhenti
di sebuah pantai yang area parkirnya terbatas, kami hanya bisa memarkirkan
kendaraan di bahu jalan untuk berhenti sejenak beristirahat dan dokumentasi.
Nih viewnya featuring om Fikri fams |
Kali ini saya sebenarnya membawa
drone yang saya beli beberapa bulan yang lalu untuk pengambilan gambar. Berhubung
pilot drone yang masih newbie, gambar
yang diambil pun hanya biasa saja. Akan tetapi pemandangan di pantai Barat
Sumatera sangat indah untuk dinikmati.
Setelah beristirahat sejenak,
kami pun melanjutkan perjalanan untuk menuju kota Bengkulu. Tidak lama
berkendara, kami kembali berhenti di sebuah jalan turunan yang mana tahun lalu
kami juga berhenti di daerah ini. Posisi yang bagus pemandangannya untuk mengambil foto-foto sebagai
kenang-kenangan nantinya nya. Area parkirnya lumayan luas untuk berhenti dan
tidak menggangu pemakai jalannya.
Sekitar 30 menit kami berhenti di
sini. Daerah Krui adalah daerah yang paling indah yang menurut saya pantainya
dibandingkan dengan pantai-pantai di sepanjang perjalanan lintas Barat Sumatera
(yang kami lalui loh ya…..). Itulah mengapa kami sedikit terhambat perjalanan
kami akibat kebutuhan dokumentasi pribadi hehehe.
Namaya juga mudik jalan-jalan, ada spot bagus ya berhenti dan menikmati
keindahan alam.
Kembali kami berhenti di pantai
Linau untuk beristirahat dan juga untuk menunggu rekan-rekan yang lain yang
tertinggal di belakang. Di jalur lintas Barat Sumatera ini jalan yang kecil dan
sulit untuk mendahului. Akibatnya apabila telat mendahului, maka kita bisa
tertinggal dari rekan-rekan yang lain. Padahal belum lama loh kita memulai
perjalanan hahaha…...
Setelah semua anggota lengkap
berkumpul kami melanjutkan perjalanan untuk menuju kota Bengkulu. Seperti sebelumnya
perjalanan menuju kota Bengkulu jalannya dipenuhi oleh jalanan berkelok-kelok.
Kami melewati Bintuhan dan mana.
Selepas melewati mana rasa kantuk
kembali menghampiri dan saya ingin sekali cepat-cepat untuk sampai di kota
Bengkulu ini merupakan normal dialami jika tidak tidur pulas semalaman. Rasa
kantuknya akan terasa pada saat sore hari.
Perjalanan dari SPBU bangun
negara untuk menuju ke kota Bengkulu berjarak 358 km kalau menurut Google bisa
ditempuh dalam waktu 8 jam tanpa istirahat. Akan tetapi berdasarkan pengalaman,
kalau konvoi dengan rekan-rekan RTS akan membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam untuk
mencapai kota Bengkulu. Itupun sudah ditambah waktu istirahat. Jalannya pun tidak terlalu
terburu-buru akibat kondisi perjalanan. Kondisi jalan di sepanjang jalan dari
Krui menuju Bengkulu bisa dikatakan
bagus tidak seperti tahun sebelumnya yang dari daerah mana sampai Bengkulu
masih dalam tahap perbaikan tapi sekarang sudah selesai perbaikannya dan jalan
dalam kondisi bagus akan tetapi kendaraan tidak bisa terlalu kencang akibat
jalan yang berkelok-kelok.
Lintas Barat Sumatera ini tidak
bisa di diperuntukan untuk pemudik yang terburu-buru untuk mencapai kampung
halaman, karena memang pada lintas ini adalah lintas yang jalurnya jalur santai.
Juga pemandangan yang indah sangat rugi sekali untuk melewatkannya nya.
Rombongan terpecah akibat ada
beberapa rekan yang ingin cepat sampai di hotel dan juga yang ingin
beristirahat. Bahkan ada juga yang mengatakan yang jalannya santai. Akhirnya diputuskan
kita akan berkumpul di hotel saja nanti. Kami memberikan titik lokasi hotel kepada
rekan-rekan yang jalannya santai dan kami akan menunggu mereka di hotel.
Kami sampai di kota Bengkulu pada
jam 15.30. Setelah mengambil kunci diresepsionis dan langsung saja dilakukan
pembagian kamar kepada rekan-rekan yang telah melakukan reservasi. Satu-persatu
anggota RTS datang dan berkumpul di area check-in.
Setelah membagikan kunci masing-masing kamar dan segera saja kami bergerak
menuju kamar masing-masing untuk segera mandi dan beristirahat.
Posisi kamar saya berada di di
sebelah kanan hotel (gedung lama). Berdasarkan harga yang kami bayar, kami mendapatkan kamar yang
lama. Saya pribadi tidak ada masalah mau kamar lama atau yang baru selama itu
nyaman untuk beristirahat. Akan tetapi masalah terjadi pada pendingin kamar
yang tidak berfungsi. Setelah setengah jam di hidupkan, kamar hotel masih
terasa panas. Kami komplain kepada pihak hotel dan kamar kami pun diganti. Kami
bisa mendapatkan kamar yang berpendingin udara yang beroperasi secara normal
(walau ga normal normal banget sih hehehe).
Setelah mandi membersihkan badan,
badan ini butuh istirahat yang nyaman. Saya tertidur di dalam kamar sedangkan
anak-anak ingin menceburkan diri di kolam renang yang ada di belakang hotel.
Sekarang tugas bunda untuk menemani mereka. Saya sendiri mah bobok cantik di
kamar.
kakak lagi terbang |
Sore harinya hujan deras
mengguyur kota Bengkulu. Kami masih berada di dalam kamar dan hujan ini membuat
saya takut kalau-kalau jalan menuju ke Sumatera Barat terputus seperti yang
berita beberapa bulan yang lalu.
Setelah hujan berhenti dan waktu
berbuka telah masuk, kami melaksanakan salat di dalam kamar. Setelah itu kami
meninggalkan hotel untuk mencari makan malam soalnya bosen juga makan menu
bawaan dari rumah. Kami berputar-putar di kota Bengkulu. Jalanan besar di
Bengkulu gelap-gelap. Jadi parno sendiri. Penerangan jalannya tidak berfungsi
atau memang tidak diberikan.
Kami back to basic alias makan di rumah makan Padang yang ada di kota
Bengkulu. Padahal ingin mencari rumah makan yang khas di kota Bengkulu. Mungkin
sebagian besar sudah tutup (self thinking).
Jadilah makan makanan Padang sebagai menu makan malam. Mendekati jam 8 malam,
mobilpun kembali diarahkan kembali ke hotel untuk beristirahat sebelum melanjutkan
perjalanan keesokan paginya.
Sebelum masuk kamar, sekembalinya
dari makan malam. Saya bertemu dengan beberapa anggota RTS untuk
berbincang-bincang sebelum masuk ke dalam kamar. Sekitar jam 9 malam, kami
membubarkan diri dan saya kembali ke kamar. Perjalanan masih panjang.
Ibu-ibu duluan mah kalau poto-poto |
Masih ibu-ibu |
Gabungan nih poto-potonya |
Keesokan paginya jam 7.30 kami
sudah mulai berbenah. Sedangkan anak-anak tetap mencari kenikmatan untuk mandi
di kolam renang. Saya bertugas memasukkan
barang-barang ke dalam mobil. Rekan-rekan RTS lainnya juga telah bersiap-siap di
kendaraan masing-masing. Sebelum meninggalkan kotel, tidak lupa menyempatkan
diri untuk mendokumentasikan acara mudik bareng ini seperti biasa om arief
bertindak sebagai fotografer dadakan. Memang seperti biasa setiap tahun beliau
memang mahir mengambil gambar untuk diabadikan. Makanya didaulat sebagai
fotografer abadi di RTS (hehehe…..).
Jam 8.30 malam kami bergerak menyusun
rangkaian di jalanan pantai Panjang Bengkulu. Om Yandri dan om Safril telah
datang ke hotel kami untuk bergabung.
Kami pun meninggalkan hotel dan
menyusuri pantai barat Sumatera yang disebut pantai panjang. Sebelum meninggal
kota Bengkulu, kami masih berhenti sekali lagi untuk mengambil foto-foto (ga ada bosen-bosennya).
disini nih dronenya hampir hilang hihihihi |
Kami melanjutkan perjalanan
setelah berfoto puas berfoto-foto ria. Oh
iya….. saya pada pagi itu saya hampir kehilangan drone akibat angin kencang sekitar area kami berfoto-foto. Pada
saat kami berfoto-foto saya menerbangkan drone dan saya tidak memperkirakan
kalau di atas angin lebih kencang. Tapi alhamdulillah
berhasil saya dapatkan kembali drone itu, setelah usaha yang begitu keras.
Pengalaman bagi pilot beginner .
Intinya jangan pamer kalau angina kencang hahahaha…
Indahnya rombongan konvoi |
Kebelakang |
Dalam perjalanan ini alat yang
wajib digunakan semua peserta konvoi adalah melengkapi kendaraannya dengan alat komunikasi
antar kendaraan yaitu HT atau rig. Ini tidak lain untuk mempermudah koordinasi
antar kendaraan selama di perjalanan.
Perjalanan kembali terhenti di
Polsek ketahun karena ada beberapa dari rekan-rekan yang ingin mengisi bahan
bakar dan juga ada yang ingin ke kamar
kecil.
Setelah berkumpul semua kami
melanjutkan perjalanan menuju ke meeting point kami selanjutnya yaitu di rumah
makan Begadang 1 yang berada di kota Mukomuko. Rumah makan masakan Padang ini
mempunyai menu yang masuk dengan selera kami. Jadilah rumah makan ini titik
perhentian kami selanjutnya.
Perjalanan 176 km ini membutuhkan
waktu sekitar 4 jam untuk sampai ke sana. Kami sampai di rumah makan tersebut
pada sekitar jam 3 sore.
Sebagian dari peserta mudik ini
ada yang berpuasa dan ada juga yang tidak. Sebagian besar peserta konvoi berhenti
di rumah makan ini untuk membeli makanan untuk berbuka nanti (bagi yang puasa) akan
tetapi berhubung jam berbuka masih jauh. Rumah makan masih belum siap menerima
kedatangan lebih dari 10 kendaraan berikut keluarga yang ada di dalamnya untuk
membeli makanan. Akibatnya nasi yang tersedia di rumah makan ini habis walaupun
menunya sudah sebagian besar sudah ada. Tapi sayur anyang yang sudah tersedia
hamper habis diborong.
Rasa menu yang ada di rumah makan
begadang ini memang membuat kami ingin datang kembali untuk menikmati makan
disini kembali pada saat tahun lalu kami datang ke rumah makan ini pada jam 10
malam untuk beristirahat sejenak sekaligus untuk membeli makanan untuk makan sahur.
Juga tersedia disana the telur dan kopi telur minuman idaman laki-laki hihihi…
Ada juga dari peserta konvoi
masih melanjutkan perjalanan ke dikarenakan mereka tidak membeli makanan dan
mereka melanjutkan perjalanan dan akan bergabung nanti di saat berbuka.
Setelah menikmati makan siang
menjelang sore, perjalanan dilanjutkan untuk mengejar ketertinggalan kami
dengan rekan-rekan yang lain yang telah terlebih dahulu jalan di depan. Untuk
perjalanan selanjutnya kita perlu berhati-hati karena di sepanjang jalan menuju
Tapan, banyak sekali sapi yang berkeliaran di pinggir, jalan jadi kita harus
memperhatikan jalan dengan saksama. Kadang ada sapi yang menyeberang secara
mendadak.
Setelah dari rumah makan begadang
tadi suaranya adalah pemandangan indah di sepanjang pantai setelah Mukomuko ini
menjelang bandara Mukomuko yaitu jalan yang lurus dan berada di pinggir pantai.
kali ini kami tidak berhenti pada spot ini karena ingin mengejar cepat sampai
di rumah.
Pada saat melewati perbatasan
antara Bengkulu dan Sumatera Barat kami langsung dihadiahi jalanan yang
berlubang-lubang. Jadi pada saat itulah kita tahu bahwa di situlah perbatasan
antara Bengkulu dan Sumatera Barat. Memang jalan jelek tersebut tidak terlalu
panjang tapi lumayan menyiksa.
Seperti perjalanan
sebelum-sebelumnya jalanan di lintas Barat ini memang berkelok-kelok tidak sama seperti pada saat kita berada di lintas tengah
antara Linggau dan muara Bungo, yang jalannya bisa dikebut tapi sekarang
jalanan sudah mulai berlubang-lubang.
Kami sampai di kota Tapan pada
ba'da Maghrib. Kami berhenti sejenak untuk memberikan waktu kepada rekan-rekan
yang berpuasa untuk menikmati santap berbuka. Sedangkan yang tidak berpuasa
tentu saja menunaikan ibadah salat Maghrib.
Setelah beristirahat dan
melaksanakan ibadah salat Maghrib dan juga menikmati santap malam. Perjalanan
kembali dilanjutkan. Rrencana awal adalah akan menikmati kuliner ikan bakar di
daerah pantai barat. Akan tetapi om Doni memberikan ide untuk menikmati kuliner
sate lokan yang berada di pesisir Selatan. Lokan adalah sejenis kerang yang
banyak terdapat di muara dekat laut. Rencana ini lebih menarik bagi saya
pribadi dibandingkan ikan bakar karena lokan merupakan menu idaman yang jarang
ditemui. Tentu saja saya vote untuk rencana ini.. Sedangkan yang lain juga saya
karena sudah makan di saat berhenti tadi. kami dipandu oleh om Doni untuk
menuju ke rumah makan ini.
Sesampainya kami disini. Parkiran
jualan sate ini langsung penuh. Sekitar satu jam kami menikmati menu sate di
tempat ini.
Foto satenya ketemu yang lain belom |
Kami meninggalkan rumah makan
sate SMBS ini pada jam mendekati jam 10 malam. Kemudian om Doni pun telah pamit
duluan meninggalkan kami, karena rumah beliau tidak jauh. Perjalanan masih
tetap dipimpin oleh Road Captain om Jendra dan asisten om Mahfud.
Untuk mengatasi dan menghilangkan
rasa kantuk. Alat komunikasi HT menjadi alat pencegah rasa kantuk. Inilah
alasan mengapa kami menyediakan alat-alat komunikasi antar kendaraan, sehingga
bisa menghilangkan rasa kantuk pada saat jam-jam ngantuk. Padahal jalanan
berkelok-kelok dan mendaki.
Pada saat memasuki kota Painan,
beberapa anggota mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Om Wike dan om Anton yang
tujuannya ke Solok, memisahkan diri
dahulu dikarenakan rasa kantuk yang dialami tidak bisa ditahan lagi. sehingga
perlu beristirahat dan anggota telah berkurang dua lagi sehingga berjumlah yang
tersisa hanya bisa 13 orang. di tengah perjalanan Om Yandri mengajak kami untuk
menikmati kopi terlebih dahulu untuk sebelum membubarkan diri sampai di kota
Padang.
Pada awalnya om Fikri menawarkan
diri sebagai penunjuk jalan akan tetapi entah mengapa langsung berubah haluan, om
Yandri yang memandu kami untuk menuju ke kedai kopi yang terdekat didaerah
Simpang Haru. Kami sampai di kedai kopi yang berada di Padang pada jam 1 malam.
Artis dadakan RTS |
Anggota bandnya |
m |
malah ngopi dulu bukannya langsung pulang |
Peserta yang gabung untuk
menikmati kopi adalah om Safril, om Arif, om Jendral, om Febi, saya, om Helmi dan om Fendi. Menikmati kopi
yang tersedia di kodai tersebut sambil nikmati iringan musik. Sedangkan om
Mahfud, om Abi, om Isra, om Hendroz dan om Rio langsung memisahkan diri untuk
menuju rumah masing-masing.
Sambil menunggu saya memesan 2
bungkus mie aceh untuk sebagai bekal kami sahur nanti, sedangkan om Fendi ini
terus asyik bernyanyi diiringi musik live.
Setelah selesai ngupi-ngupi Saya,
om Helmi, om Fendi dan om Jandra izin pamit untuk berangkat ke ke kampung
halaman kami di kota Bukittinggi karena perjalanan masih sekitar 2 jam lagi.
Perjalanan menuju kota
Bukittinggi memang tidak sampai 2 jam, karena lalu lintas yang masih sepi dan
bisa memacu kendaraan. Pada jam 4 pagi saya dan keluarga sampai dengan selamat
di rumah kami di Bukittinggi.
Akhir kata terima kasih buat
rekan-rekan RTS akan perjalanan yang menyenangkan, semoga kita bisa mengulanginya
lagi di lain waktu. Perjalanan mudik adalah perjalanan yang kami sekeluarga
menunggu-nunggu setiap tahun semoga tahun depan bisa terulang kembali insya
Allah.